Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Misteri Bobot Sila

Seorang remaja putri menggemuk secara ekstrem, dari 120 kilogram bertambah 25 kilogram dalam dua pekan. Penyebabnya belum jelas.

11 April 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SILA, 12 tahun, tak lagi menikmati main lompat karet seperti anak perempuan lainnya. Jumat dua pekan lalu, anak keenam Salma ini mengembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Mokodipo, Kabupaten Toli-toli, Sulawesi Tengah. ”Penyebab kematiannya, sesak napas akibat gangguan metabolisme,” kata Yusli, dokter spesialis anak yang merawatnya di rumah sakit itu.

Menurut Yusli, saat masuk rumah sakit dua pekan sebelumnya, keadaan Sila sudah parah. ”Penglihatannya sudah kabur akibat gagal ginjal,” katanya. Penyakit Sila akibat kelebihan bobot terlalu besar—120 kilogram. Berat badannya terus bertambah tiap hari saat dirawat di rumah sakit. Hingga ajal menjemput, berat tubuhnya menjadi 145 kilogram.

Saat merawat Sila, dokter Yusli mengaku kewalahan, karena pasiennya itu mempunyai kebiasaan makan tidak normal. Tiap dua jam, Sila makan, dengan porsi paling sedikit dua piring nasi. Akibat mengkonsumsi kalori lebih banyak dari yang diperlukan tubuhnya, terjadilah ketidakseimbangan antara asupan dan pembakaran kalori. ”Diperparah karenapasien ini kesulitan buang air kecil. Produksi kencingnyasedikit sekali, warnanya juga sudah merah,” katanya.

Kelebihan berat badan atau obesitas yang dialami Sila, menurut Yusli, karena pengetahuan keluarga dan lingkungannya terhadap bahaya kegemukan masih kurang. Padahal obesitas adalah sumber berbagai penyakit, seperti stroke, diabetes, sakit jantung, dan gangguan pernapasan.

Saat masuk ke rumah sakit, Sila mengalami sesak napas organik akibat penyakit ginjalnya. Sesak napas itu terjadi karena adanya gangguan keseimbangan asam-basa yang menyebabkan darah menjadi lebih asam (asidosis). Dokter sudah mencoba memberikan obat-obatan yang diperlukan dan dilanjutkan dengan mengurangi cairannya, tapi tak mampu menolong Sila.

”Kami anjurkan cuci darah, tapi rumah sakit di sini tak punya alat cuci darah,” ujar Yusli. Selain itu, terjadi pembengkakan di sekujur badannya, karena cairansudah merambah atau menjalar dalam tubuhnya yang berakibat gangguan pada sistem hormonnya.

Selain memang obesitas berbahaya, kenaikan berat badan yang ekstrem seperti dialami Sila merupakan kasus medis yang perlu lebih diteliti. Agnes Riyanti Inge Permadhi, dokter spesialis gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, menduga ada penyakit lain dalam tubuh Sila. ”Jika tak ada gangguan hormon atau pembengkakan, mustahil bisa bertambah 25 kilogram dalam waktu singkat,” ujarnya.

Dugaan serupa datang dari Ari Fahrial Syam, dokter spesialis penyakit dalam bidang gastronomi Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta. ”Saya menduga ada tumor otak, yang menyebabkan gangguan, merangsang hormon gigantisme, sehingga timbul keinginan makan terus,” katanya.

Apalagi keluarga Sila tak punya keturunan gemuk. ”Ibu, ayah, dan lima saudara lainnya berat badannya normal saja,” kata Yusli.

Ahmad Taufik, Moh. Darlis (Kendari)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus