Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Saran Diet Konsultan Endokrin agar Tidak Menyiksa

Pakar mengatakan diet tidak akan menyiksa selama dilakukan dengan benar dan sesuai rekomendasi ahli atau pakar diet yang menangani.

22 Januari 2025 | 20.54 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ilustrasi diet intermitten fasting. Freepik.com/user14908974

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Spesialis penyakit dalam konsultan endokrin metabolik diabetes di RS Cipto Mangunkusumo Jakarta, Wismandari Wisnu, mengatakan diet tidak akan menyiksa selama dilakukan dengan benar dan sesuai rekomendasi ahli atau pakar diet yang menangani.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Tidak semua diet menyiksa. Kalau ngikuti resepnya dietisien kita enggak kelaparan karena di resepnya para teman-teman dietisien dan juga dokter gizi, mereka memberikan makanan yang gizinya bagus, cukup, ditambah mengenyangkan, kemudian tidak membuat rasa lapar lebih cepat muncul,” katanya dalam diskusi kesehatan daring, Rabu, 22 Januari 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia mengatakan makanan yang tepat tidak akan membuat diet tersiksa dan rasa lapar tidak cepat muncul. Contohnya saat makan pagi, protein diambil dari putih telur yang membuat kenyang lebih lama. Selain itu, jeda makan pagi dan siang harus diselipkan camilan agar saat makan siang tidak berlebihan. Jika tidak ada camilan, maka jeda waktu yang lama tersebut akan membuat tubuh mencari-cari makanan karena lapar.

Jangan lewatkan makan
Wisma juga mengatakan diet tanpa makan di jam makan juga merupakan persepsi yang salah dan bisa membuat lemas. Ia mengatakan justru saat diet jangan melewatkan makan, yaitu sarapan, makan siang dan malam.

“Jadi yang membuat kalau lagi diet lapar, lemas, itu karena dietnya salah berarti karena diet yang bagus itu harusnya tidak boleh membuat rasa lapar, harus fun karena dia harus ngelakuin itu seumur hidup,” jelasnya.

Ia juga menyarankan diet seimbang dengan kalori yang diukur sesuai keadaan badan dan ada zat mikronutrien yang diukur masing-masing dari karbohidrat, lemak, dan protein. Jika ingin menurunkan berat badan, ia menyarankan untuk defisit kalori dan olahraga. 

Salah satu diet yang dianjurkan adalah puasa intermiten dengan metode 16 jam puasa dan delapan jam makan. Ia juga menyebut diet rendah karbohidrat dan tinggi lemak protein untuk mengontrol berat badan boleh dilakukan namun tidak terlalu lama karena bisa berefek ke otot dan ginjal.

“Ini bukan diet yang disarankan untuk jangka panjang. Kalau mau coba buat nurunin berat badan, silakan. Tapi habis itu kembali ke diet yang normal yang kalorinya defisit,” saran Wisma.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus