Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hukuman Fisik Bikin Bodoh
HUKUMAN fisik terhadap anak dapat menjadi salah satu faktor penghambat perkembangan inteligensia (IQ) anak. Murray A. Straus, sosiolog dari University of New Hampshire, mengatakan hal itu berdasarkan penelitian terhadap 1.500 anak dalam National Longitudinal Survey of Youth.
Tingkat IQ rendah ditemukan pada anak yang ibunya memilih hukuman fisik untuk pendidikan disiplin. Negara-negara bagian Amerika Serikat yang penduduknya sering memberikan hukuman fisik kepada anak umumnya memiliki penduduk anak dengan IQ lebih rendah.
Pada penelusuran lain, Straus dan koleganya menganalisis perkembangan 806 anak berusia 2 sampai 4 tahun dan 704 anak berusia 5 sampai 9 tahun. Masing-masing kategori anak sesuai dengan umur itu terbagi atas yang kena hukuman fisik dan yang tidak. Empat tahun kemudian terlihat hasilnya. Tingkat IQ anak yang mendapat hukuman fisik 5 poin lebih rendah dibanding yang tidak. Adapun di kelompok anak yang lebih tua, perbedaannya 2,8 poin.
Diet Kurangi Gangguan Napas
JANGAN sepelekan dengkuran saat tidur. Gangguan napas yang kerap dijumpai pada orang-orang dengan berat badan berlebih ini bisa mengacaukan waktu tidur, meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, stroke, atau penyakit jantung.
Archives of Internal Medicine terbitan September 2009 menunjukkan penurunan berat badan dapat mengurangi atau menghilangkan potensi sesak napas itu. Penelitian melibatkan 264 orang yang menderita kegemukan. Ternyata kelompok yang mengikuti program diet dan latihan fisik mengalami penurunan gangguan napas tiga kali lebih besar dibanding kelompok yang tetap gemuk, yakni 13,6 persen berbanding 3,5 persen.
Anak Favorit Lebih Sehat
DIDIK anak-anak Anda untuk bersosialisasi dan bekerja sama dengan orang lain sejak kecil. Perilaku semacam itu ternyata juga membawa manfaat luar biasa untuk kesehatan si anak setelah dewasa nanti. Sebuah penelitian di Swedia yang dipublikasikan di Journal of Epidemiology and Community Health, edisi September 2009, menunjukkan bahwa anak-anak yang favorit atau populer terbukti lebih sehat pada akhirnya nanti dibanding temannya yang tidak berteman.
Penelitian itu melibatkan 12.500 responden yang lahir pada 1953. Saat menjalani pendidikan di tingkat enam, masing-masing diminta menyebut tiga teman yang paling menyenangkan untuk diajak bekerja sama. Dari pengumpulan data itu diperolehlah beberapa pengelompokan.
Anak mendapat label favorit jika sedikitnya ada tujuh temannya menilai anak itu menyenangkan. Anak dinilai populer jika ia disukai enam temannya. Anak dinilai terkucil jika ia hanya punya seorang kawan. Dan ia dianggap tersingkir jika tak punya kawan sama sekali.
Beberapa dekade berselang, ketika mereka sudah berusia 50 tahun, diperoleh hasil yang menarik. Mereka yang dulu masuk kelompok terkucil dan tersingkir lebih rentan dari serangan berbagai kondisi kesehatan. Sedikitnya 559 pria dan 483 wanita harus menjalani perawatan akibat kekacauan mental atau perilaku. Mereka berisiko dua kali lebih besar dibanding yang waktu kanak-kanak masuk kelompok favorit.
Bijak Memilih Alas Kaki
NYERI di kaki sering dikeluhkan para wanita yang ingin tampil anggun dengan sepatu hak tinggi. Gangguan yang ditimbulkan oleh alas kaki yang tidak tepat dengan bentuk dan ukuran kaki ini dipertegas oleh kajian yang dirilis di Arthritis Care & Research, seperti dikutip Healthnews bulan ini.
Penelitian yang dilakukan sejak 1948 dan dipimpin peneliti Alyssa B. Dufour bersama Institute for Aging Research of Hebrew Senior Life ini mempelajari rekaman 3.300 kaki responden. Dari jumlah itu tercatat 64 persen sering mengalami nyeri kaki. Dari wawancara akhirnya diketahui bahwa mereka pernah atau sedang mengenakan sepatu hak tinggi atau sandal tipis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo