Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Jarum Berbuah Virus

26 Maret 2000 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DONY Hendrawan, bukan nama sebenarnya, tepekur putus asa. Mahasiswa sebuah akademi swasta di Bandung itu baru saja berkonsultasi dengan dokter. Hasilnya, setelah serangkaian tes medis, "Saya positif tertular HIV," kata Dony, yang merasa dunia seolah runtuh. Untuk penyakit AIDS, yang disebabkan oleh virus yang menghancurkan sistem kekebalan tubuh itu, belum ada obat yang cespleng. Dan kini virus itu bersarang di tubuhnya.

Menilik perilaku seksualnya selama ini, Dony pantas kaget. Pemuda 22 tahun ini bukan penganut seks bebas, apalagi gonta-ganti pasangan. Tapi Dony mengundang HIV—human immunodeficiency virus—lewat pintu lain. Selama empat tahun terakhir, Dony mencandu putaw alias heroin melalui jarum suntik. Bila sedang teler, Dony tak peduli soal kebersihan jarum suntik yang dipakai bergantian. Tiga sampai lima kali seminggu, darah plus beragam bibit penyakit yang menempel di jarum—dari nadi sepuluh teman gengnya—bercampur tak keruan dan masuk aliran darah Dony.

Dony bukanlah satu-satunya orang yang tertular HIV lewat jarum suntik. Menurut Zoebairi Djoerban, Ketua Harian Kelompok Studi Khusus AIDS Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, trend pecandu narkotik dan obat berbahaya (narkoba) tertular HIV memang meningkat. Di kliniknya, di Jakarta, biasanya Zoebairi hanya memeriksa satu-dua pasien HIV per bulan. Tapi, dalam dua bulan terakhir, ada 30 pasien HIV/AIDS. "Sebagian besar tertular lewat jarum suntik," katanya. Zoebairi yakin, trend ini juga terekam di berbagai klinik dan rumah sakit yang melayani pengobatan AIDS.

Di Klinik Al-Jahu, yang dipimpin psikiater Alex Hukom, misalnya, dalam setahun terakhir ini sedikitnya ada 30 persen pecandu yang tertular HIV dan virus hepatitis. Namun, Hukom tak bisa menyebutkan berapa persisnya pecandu yang tertular kedua virus berbahaya ini. Sudirman, Direktur Utama RSKO Fatmawati, juga membenarkan adanya pasien yang tertular HIV dan virus hepatitis melalui jarum suntik. Tapi Sudirman tak mau menyebut rincian angkanya. "Itu rahasia," katanya.

Sebenarnya, kampanye risiko penularan HIV lewat jarum suntik sudah digeber bertahun-tahun lalu. Tapi, seperti halnya konsumsi narkoba, penggunaan jarum suntik terjegal sikap cuek terhadap keselamatan sendiri. Dony, misalnya, tiga kali keluar-masuk klinik penyembuhan kecanduan narkoba. Di setiap klinik, selalu dijelaskan risiko tertular HIV melalui jarum suntik. Namun, saat ia ketagihan heroin, segala hitung-hitungan risiko itu lenyap. "Emang gue pikirin," kata Dony cuek, "Yang penting mutaw."

MCM, Rinny Srihartini (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus