Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
HIV bukan jenis virus yang mudah pindah dari satu orang ke orang lainnya. Penu-laran hanya dimungkinkan bila ada kegiatan antarindividu yang memungkinkan pertukaran cairan tubuh. Salah satunya adalah kegiatan seks yang memungkinan pertukaran cairan
kelamin yang salah satunya sudah mengandung HIV. Perpindahan semakin dipermudah bila mempunyai banyak pasangan seks yang berbeda dan juga adanya penyakit kelamin.
Fenomena yang sama juga terjadi pada pecandu narkoba suntik yang sering menyuntik bareng dengan menggunakan alat suntik yang sama. Perpindahan HIV pada sesama pecandu sangat mudah, karena langsung dari darah yang mengandung HIV pindah langsung dengan disuntikkan. Tidak mengherankan, kejadian penularan dan kecepatan penularan HIV sangat pesat pada para pecandu.
Ada dua cara penularan utama yang mendorong percepatan epidemi HIV di Indonesia: kegiatan seks berisiko dan menyuntik bareng pada para pecandu. Namun, konsep ini tidak cukup untuk memperkirakan besar masalah epidemi dan juga perkiraan epidemi HIV/AIDS di masa mendatang di satu wilayah. Yang dibutuhkan adalah informasi tentang orang-orang yang berperilaku yang berisiko tinggi terhadap HIV.
Konsep hubungan antarorang dalam pola transmisi virus dapat membantu perkiraan kecepatan epidemi di suatu wilayah. Dalam hal ini, konsep jaringan seksual (sexual network) bisa memberi gambaran. Dinamika penularan HIV sangat dipengaruhi perilaku seksual dengan banyak pasangan seks yang berbeda dalam satu periode yang sama (concurrent sexual partnerships). Perpindahan virus menjadi mudah karena ada banyak orang berbeda yang tidak saling kenal tetapi terhubung oleh jalur perilaku seksual. Bayangkan seorang perempuan yang berstatus kawin di kota A mendapat kiriman virus dari perempuan yang tak dikenal dan tinggal di kota B yang kebetulan melakukan kontak seksual dengan suaminya.
Bagaimana dengan jaringan seksual berisiko di Indonesia?
Pola jaringan seksual di Indonesia tergambar dari beberapa hasil survei perilaku di 10 provinsi di Indonesia. Pada kelompok lelaki yang sering bepergian dan berduit (mobile men with money), diperkirakan ada sekitar 51 persen yang mempunyai banyak pasangan seks yang berbeda dalam periode setahun terakhir.
Klasifikasi jaringan seksual lelaki pun bervariasi. Mulai dari yang tidak berhubungan seks, berhubungan seks dengan satu pasangan, ada juga yang berhubungan seks dengan beberapa penjaja seks. Bahkan ada sekitar 18 persen yang punya jaringan seks yang cukup kompleks: dengan istri, penjaja seks, dan pasangan seks lainnya. Rata-rata, kelompok pria ini memiliki sembilan pasangan seks yang berbeda dalam setahun terakhir. Di sisi lain, pasangan seks lelaki tersebut juga berhubungan seks dengan banyak lelaki lain yang berbeda. Walhasil, semakin padat jalur hubungan penularan antara orang-orang yang berbeda. Jalur perpindahan HIV pun semakin luas.
Ada pula perilaku berisiko pada kelompok lelaki yang menyukai sesama jenis, men sex with men (MSM). Sesuai dengan hasil survei yang dilakukan di Jakarta dan Surabaya pada 2004, fenomena MSM menambah kompleksitas jaringan seksual. Kelompok lelaki MSM juga memiliki banyak pasangan seks lelaki yang berbeda, selain yang tetap juga membeli seks dengan lelaki lain (termasuk waria). Jaringan ini pun tidak terisolasi hanya pada kelompok MSM. Sebagian dari mereka ternyata berhubungan seks dengan perempuan juga, termasuk istri dan penjaja seks.
Sementara itu, pecandu narkoba suntik juga mempunyai jaringan penularan ganda. Selain menyuntik bareng dengan jarum suntik yang sama, mereka juga melakukan kontak seks dengan
banyak pasangan. Sekitar 80 persen pecandu suntik di Surabaya mengaku membeli seks. Akibatnya, penularan HIV antarpecandu terjadi sangat efisien, yang kemudian dapat meluas ke kelompok lain (pasangan seks) yang bukan pecandu.
Jelas sekali informasi perilaku seks tersebut mengindikasikan tidak ada satu kelompok pun yang tidak terhubung satu sama lain. Ada banyak jalur perpindahan virus yang memungkinkan HIV terus pindah dari satu orang ke orang lain. Rekonstruksi pola jalur penularan HIV semakin rumit dan padat karena adanya mobilitas yang cukup tinggi. Bukan hanya lelaki yang berhubungan seks di banyak kota, penjaja seks pun sering pindah kota secara berkala. Para pecandu pun sering menyuntik di kota lain dengan kelompok pecandu yang berbeda.
Penting pula untuk kita catat hasil Survei Potensial Desa yang dilakukan Badan Pusat Statistik pada 2002. Survei ini menunjukkan hampir tidak ada kabupaten atau kota yang bebas dari tempat transaksi jasa seks. Artinya, tidak ada batas wilayah administratif atau kepulauan yang dapat membatasi penularan HIV.
Untuk memahami jaringan perilaku penularan HIV, tidak hanya sangat penting memprediksi epidemi, tetapi jauh lebih penting sebagai basis penyusunan strategi penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia. Respons penanggulangan epidemi harus terintegrasi dan melibatkan banyak pihak, termasuk pelaku aktif dalam jaringan risiko penularan tersebut. Bila tidak, maka HIV akan tetap menang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo