Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Karena Harapan Mereka Sembuh

Menurut beberapa dokter dan psikiater e. fuller tonrey, pengobatan gaib bisa di sembuhkan karena pengharapan kuat dari si penderita sendiri.

27 Desember 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAGI orang Kristen, pengobatan gaib, dalam arti cara pengobatan yang tidak dapat diterangkan melalui ilmu kedokteran modern, bukan hal yang aneh. Kekuatan penyembuhan yang ditunjukkan Yesus, seperti yang diungkapkan dalam Injil, menunjukkan bahwa pengobatan gaib itu memang mungkin terjadi. Bagi banyak dokter, apa yang disebut sebagai pengobatan gaib di era post-Jesus ini lebih ditafsirkan sebagai salah satu bentuk psikoterapi seperti yang dilakukan oleh para ahli ilmu jiwa dan dokter jiwa. Kisah pengalaman Ibnu Sina yang berhasil mengobati seorang gadis yang menderita depresi karena jatuh cinta, hanya dengan meraba nadi gadis tersebut merupakan contoh klasik dari psikoterapi di awal ilmu kedokteran modern. E. Fuller Torrey, seorang psikiater dari National Institute of Mental Health, Amerika Serikat, daqam bukunya The Mind Game mencoba menunjukkan perbedaan dan persamaan antara psikoterapi modern dengan cara pengobatan gaib yang dilakukan oleh dukun-dukun di berbagai negara. Ia telah melakukan penyelidikan di berbagai pelosok dunia termasuk Eskimo, sliku Iban di Kalimantan, dan juga balidn di Bali. Menurut Torrey, k ekuatan para ahli pengobatan gaib ada lah pada adanya pengharapan pada penderita, kemampuan pengobatan untuk membangkitkan harapan, dan reputasi pengobat itu sendiri. Pengharapan itu sendiri mempunyai kekuatan magis yang mengagumkan. Tidak jarang terjadi bahwa apa yang diinginkan oleh seseorang untuk terjadi, benar-benar terjadi apabila keinginan itu cukup kuat. Menurut Torrey, inilah yang dinamakan "sel fulflling prophecy." Pengharapan adalah determinan yang utama dalam perilaku manusia. Faktor pengharapan ini dapat membuat seorang sehat atau sakit. Bahkan mati. Dalam penelitian-penelitian yang dilakukan di Afrika dan Amerika Latin, faktor pengharapan ini pula yang berperanan dalam kematian karena ilmu "voodoo" atau guna-guna. Kalau seseorang yakin bahwa ada orang yang akan membunuhnya melalui "voodoo", maka dalam kenyataan ia akan mengalami sakit dan benar-benar meninggal. Keyakinan bahwa ia akan diguna-guna itu dapat tumbuh dari dirinya sendiri, atau sengaja "ditanamkan" oleh orang lain dengan berbagai cara secara terus menerus. Keberhasilan pengobat gaib, menurut Torrey, salah satu sebabnya adalah adanya pengharapan yang kuat bahwa dengan pengobatan gaib itu ia akan sembuh. Apalagi kalau si pengobat gaib memiliki dua faktor: kemampuan membangkitkan harapan dan reputasi sebagai pengobat gaib yang ampuh. Dengan kata lain, Torrey beranggapan unsur-unsur utama dalam penyembuhan seseorang adalah dalam diri orang itu sendiri. Cara-cara yang serba misterius, seperti diamatinya pada dukun-dukun Indian dan juga manang di suku Iban, hanyalah sebagai sarana untuk meyakinkan penderita akan keampuhannya, serta membangkitkan harapan akan terusirnya roh-roh jahat yang meng ganggu. Oleh karena itu faktor kepercayaan kepada pengobat menjadi salah satu faktor penentu yang utama. Suatu hal yang oleh dokter-dokter modern sudah mulai kurang diperhatikan. Cara berfikir yang secara analitik modern, dan melihat manusia sebagai kumpulan organ-organ yang dipandang secara terpecah belah, membuat para dokter itu semacam komputer. Di Indonesia perhatian para sarjana nampaknya belum tumbuh untuk meneliti pengobatan-pengohatan gaib yang tumbuh dalam masyarakat. Sedangkan Departemen Kesehatan sendiri menganjurkan tidak, melarang juga belum pernah. Cuma seperti yang dikatakan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan, dr l.G.M. Brata Ranuh MPH "pemerintah menjaga agar pengobatan gaib itu jangan sampai berbahaya dan memgikan masyarakat." Secara sendiri-sendiri beberapa dokter nampaknya sudah mendekati masalah ini. Malahan ikut serta mempraktekkannya. Misalnya dr Raden Soesilo yang menjabat sebagai dokter kabupaten di Kulon Progo. Di rumahsakit ia dinas sebagai dokter. Di rumah dia praktek kedokteran dicampur kebatinan. Menarik juga untuk dicatat Brigjen (Pur) dr S. Harnopidjati. Lulusan FKUI tahun 1953, sekarang dia Kepala Kesellatan Badan Koordinator KontraktorKontraktor Asing, Pertamina. Antara tahun 19O7 sampai I970 menjabat Rektor Universitas Sumatra Utara. JIKA dia tak berhasil mengobatti pasien dengan ilmu kedokteran. maka dia menyerahkan diri kepa—la Tuhan. Penyerahan ini memberikan petunjuk gaib. Ismail Marahimin, dosen di Fakultas Sastra Universitas Indonesia pernah minta pengobatan kepadanya. Soalnya Ismail menderita penyakitkeringat berdarah. Kulitnya sudah dipcriksa di laboratorium, tapi hasilnya menunjukkan dia sehat. "Saya sendiri tidak menderita dengan keadaan itu. Tapi warna keringat saya itu bertambah merah saja, seperti saga," ceritanya. Berdasarkan keterangan dari berbagai pihak akhirnya dia berangkat menemui dr Harnopidjati yang ketika tahun 1968 itu masih rektor USU. Harnopidjati meminta supaya disediakan kembang kantil. Kembang itu kemudian diletakkan di atas lemari. Di samping kembang itu disediakan pula segelas air bersih. Kalau sampai waktu maghrib, kembang itu supaya dibuang ke pagar. "Tapi alangkah kagetnya begitu saya melihat kembang kantil itu sudah terpotong-potong," kata Ismail mengenang. Langsung dia berangkat mencari dr. Harno. Jam 9 malam sang rektor datang ke rumahnya. Dia mengelilingi rumah tinggal Ismail. Dan berhenb di bawah pohon waru yang ada di pekarang an rumah itu. Dia kedengarannya mengatakan sesuatu kepada pohon itu. Kepada Ismail da kemudian berpesan agar membeli buah kolang-kaling. Taruh di dalam piring dan letakkan di bawah pohon waru di pekarangan rumah. Kemudian sorenya buah kolang kaling itu dilemparkan ke bawah pohon waru tadi. Sedang piringnya dibawa pulang. Begitulah akhir dari penyakit keringat darah yang ajaib itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus