Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Katup jantung surabaya

Tim bedah jantung di rs dokter soetomo, surabaya, telah sukses mengganti katup jantung sekitar 200 pasien, dan 90% diganti dengan katup jantung hewan. hanya satu pasien yang meninggal.

10 April 1993 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENGGANTIAN organ tubuh manusia dengan organ hewan, terutama untuk klep atau katup jantung, sudah dikembangkan di Surabaya. Tim bedah jantung yang terdiri dari para dokter Indonesia ini kini sedang menyiapkan peringatan ulang tahunnya yang ke-20. Sejak dibentuk pada tahun 1973, mereka telah mengganti katup jantung pada lebih dari 200 pasien. Dan katup itu 90% dari katup jantung hewan. Menurut Dokter Puruhito, 50 tahun, perintis dan ketua tim di RS Dokter Soetomo Surabaya itu, yang dipakai adalah katup jantung babi. ''Yang cocok memang katup hewan ini,'' kata dokter yang mendapat brevet dari Deutche Academicer, Jerman, dengan predikat cum laude itu. Penggunaan katup jantung babi sudah diakui dalam dunia kedokteran. Kalau yang dari kambing, misalnya, katupnya kecil. Sedangkan kalau memakai sapi, katup jantungnya terlalu besar. Soal katup jantung dari babi ini, sempat terjadi silang pendapat, terutama dilihat dari sisi ajaran agama. Misalnya dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Timur, yang berpedoman pada salah satu hadis dari Nabi Muhammad SAW, ''barang yang haram tidak bisa digunakan sebagai obat.'' Termasuk memakai alkohol (khamr) sebagai obat, Nabi minta digantikan dengan barang lain yang halal. Makanya, MUI Jawa Timur menyarankan agar diupayakan dulu mengganti katup itu dengan yang halal. Dan kalau memakai yang ''darurat'' itu dilihat dulu konteksnya. ''Selain katup jantung binatang, kan ada katup jantung mekanik dari plastik,'' kata Drs. Sun'an Karwalip, M.A., Sekretaris Umum MUI Jawa Timur. Kecuali tidak ada alternatif lain, dan apabila satu-satunya alternatif itu tidak dilakukan si pasien akan mati, apa boleh buat. Jadi, menurut alumnus Fakultas Syariah Universitas Medinah itu, bila itu benar-benar darurat, dan memang tidak ada alternatif lain, maka barang yang dinyatakan haram tadi menjadi halal. Karena itu, pihak tim dokter di Surabaya tidak gegabah, apalagi jika mereka hendak menolong seorang pasien yang beragama Islam. Sebelum bertindak mengganti katup jantungnya dengan katup dari babi, tim lebih dahulu menjelaskannya. Toh mereka menerimanya, dan belum ada komplain. ''Tindakan itu dilakukan karena darurat. Jika katupnya tidak diganti, si pasien bisa meninggal,'' kata Puruhito. Contohnya Kusmiati, 27 tahun. Karena katup jantung ibu dua anak ini rewel, tim tadi memutuskan menggantinya dengan katup jantung babi. Setelah diganti pertengahan Februari lalu, tubuhnya terasa enak. ''Dan saya tidak risi dengan katup jantung yang baru itu,'' katanya. Namun ada juga pasien bioprothesis (penggantian katup dengan katup jantung hewan) yang gagal. Ini dialami Zainal Arifin, 31 tahun. Warga Rungkut Tengah, Surabaya, itu akhir Desember tahun lalu meninggal. Katup jantungnya diganti dengan klep jantung babi, sudah satu tahun empat bulan. Jantung ayah dua anak ini kumat lagi, dan semalam dirawat di bagian gawat darurat. Pengguna bioprothesis sebenarnya tidak perlu dikontrol, kecuali pada tiga bulan pertama selesai dioperasi. ''Tapi Zainal hanya kontrol pada satu bulan pertama saja,'' kata Puruhito. Tingkat berhasilnya operasi ganti klep jantung di Surabaya itu terbilang tinggi. Dari 200 pasien yang diganti katupnya, 72% bertahan hidup 10 tahun. Hingga kini, tiap tahun, 1015 pasien yang katupnya harus diganti di RS Dokter Soetomo. Penggantian katup jantung secara bioprothesis, menurut Puruhito, cocok untuk kondisi di Indonesia karena memakai katup hewan menguntungkan dibandingkan dengan katup mekanik. Risiko pasca- operasi cenderung kecil, karena pemakainya tidak terus-menerus minum obat, dan terhindar dari efek samping. Lain kalau memakai katup mekanik. Setelah operasi ia masih diharuskan minum obat mencegah terjadi pembekuan darah (antikoagulasi) tiap hari satu pil, selama seumur hidup. Katup mekanik tidak menyatu dengan jaringan jantung. Alat itu selalu menggesek. Akibatnya darah bisa membeku. Diharuskan minum obat itu agar darah tidak membeku, sehingga katup itu berfungsi, tidak macet. Bagaimana pada wanita? Penggunaan katup mekanik ini sebaiknya dihindari karena efek samping obat antikoagulasi bisa mengakibatkan mandul. ''Dan kalau hamil juga akan menimbulkan pendarahan,'' kata Puruhito. Selain itu, jika malam sepi, bisa terganggu dengan bunyi ''klik, klik'' dari katup mekanik itu. Soal pilihan, apakah katup mekanik atau dari hewan? Menurut Profesor Asikin Hanafiah, itu harus dilihat dari kondisi pasien. Jika pada wanita muda, dokter spesialis jantung di Rumah Sakit Jantung Harapan Kita Jakarta ini sepakat agar mereka tidak memakai yang mekanik. Namun, untuk yang berusia lanjut, lebih baik memakai katup mekanik. Secara teoretis katup mekanik bertahan seumur hidup, tidak bongkar pasang. Katup dari hewan hanya bertahan 57 tahun. Ada dua kemungkinan seorang penderita penyakit jantung harus menjalani operasi ganti katup. Pertama, jika katup jantungnya mengalami penyempitan. Kedua, katupnya bocor atau ruang katupnya melebar. Bila katup itu hancur maka terjadi kebocoran. Dan jika katupnya berkapur terjadilah penyempitan. ''Untuk mengatasinya tidak ada jalan lain, kecuali katup yang rusak itu harus diganti,'' katanya kepada Edy Hafidl dari TEMPO. Biayanya sekitar Rp 10 juta. Gatot Triyanto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus