MALARIA merupakan salah satu topik yang dibicarakan dalam konperensi Australian Sociaty on Infectious Diseases di Adelaide, dua pekan lalu. Dalam pertemuan itu hadir juga Graham Brown, tokoh WHO (organisasi kesehatan dunia). Ada empat jenis malaria yang menyerang manusia. Pertama, Plasmodium falsiparum, yang dapat menyebabkan kematian bagi penderita. Anak dan orang dewasa yang belum memiliki kekebalan banyak yang menjadi korban parasit ini. Kedua, Plasmodium vivax, yang membuat sakit parah berlarutlarut. Ketiga, Plasmodium ovale, seperti Vivax, dapat kambuh setelah beberapa waktu. Dan terakhir, Plasmodium malariae, juga dapat kambuh setelah bertahuntahun. Berdasarkan penelitian, plasmodium ini didapati pada penerima transfusi darah dari donor yang meninggalkan tempat berjangkitnya malaria selama tiga puluh tahun. Kina (quinine) adalah obat paling dini dipakai untuk melawan malaria. Kini, obat tersebut dianggap toksik dan dipakai hanya untuk melawan malaria yang disebabkan Plasmodium falsiparum. Obat generasi berikutnya, seperti chloroquine, amodiaquine, mepacrine, dan sontaquine dibuat meniru susunan kina. Dan chloroquine, yang paling banyak digunakan, di samping efektif untuk semua jenis parasit malaria, juga baik untuk pencegahan. Namun, kini yang merupakan kendala, menurut Brown, semua jenis parasit malaria mulai kebal terhadap obat yang beredar itu. Obat untuk memerangi malaria yang ditemukan ahli Cina dengan komponen aktif artemether diharapkan dapat dijadikan andalan masa kini. Obat ini disebut qinghazu, yang secara klinis berhasil dicoba di Muangthai. Kelemahannya adalah reaksinya lambat tidak segalak chloroquine. Sementara itu penggunaan DDT sebagai upaya membasmi nyamuk pembawa malaria dinyatakan kuno, karena banyak nyamuk yang sudah kebal terhadap bahan kimia ini. "Tampaknya para ahli memang berpacu antara penemuan obat baru dan tingkat kekebalan parasit penyebab sakit malaria," ujar Graham Brown. Gatot Triyanto dan Dewi Anggraini (Melbourne)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini