Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Kenali 3 Vaksin Difteri dan Apa Pentingnya Imunisasi Lanjutan?

Difteri bisa menular pada siapa saja, anak, orang dewasa, pria atau pun perempuan. Kenapa perlu Imunisasi lanjutan atau booster?

7 Desember 2017 | 11.15 WIB

Ilustrasi vaksin. shutterstock.com
Perbesar
Ilustrasi vaksin. shutterstock.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Difteri bisa menular pada siapa saja, anak, orang dewasa, pria atau pun perempuan. Begitu disebutkan dokter keluarga dari Klinik Puri Mutiara dr M Saptadji kepada TEMPO.CO, Kamis 7 Desember 2017.

Lebih jauh, pemerhati kesehatan Dr Jusuf Kristianto PhD, menyebutkan bahwa faktor sanitasi, gizi buruk dan imunisasi sangat berpengaruh pada penularan difteri yang kini dinyatakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) Republik Indonesia sebagai Kejadian Luar Biasa ini.  "Sanitasi, gizi buruk dan imunisasi yang tak lengkap, jadi salah satu penyebab munculnya lagi kejadian difteri di Indonesia," ujar Jusuf. 

Baca juga:
Wanita Cenderung Selingkuh di Usia Pernikahan 6 Tahun, Pria?
Kasus Sunan Kalijaga, Dampak Marah pada Anak di Media Sosial
Tidur Siang Tingkatkan Produktivitas dan Waspada, Simak Kata Ahli

Imunisasi lengkap yang dimaksud adalah selain vaksin yang diberikan melalui imunisasi dasar pada bayi (di bawah 1 tahun), ada juga imunisasi lanjutan (booster) yang diberikan sampai anak kelas 5 Sekolah Dasar (SD). 

Berikut ini 3 jenis vaksin untuk imunisasi difteri yang harus diberikan pada usia berbeda,  seperti yang dirilis Kemenkes:

1. Vaksin DPT-HB-Hib 
Diberikan melalui Imunisasi Dasar pada bayi (di bawah 1 tahun) sebanyak 3 dosis vaksin DPT-HB-Hib dengan jarak 1 bulan. Selanjutnya vaksin ini juga diberikan sebagai booster (imunisasi lanjutan) pada anak umur 18 bulan sebanyak 1 dosis. Booster selanjutnnya diberikan pada tahap no 2 dan 3 berikut ini.

2. Vaksin DT
Vaksin ini deberikan sebanyak 1 dosis pada anak sekolah tingkat dasar kelas 1.

3. Vaksin Td
Vaksi ini diberikan pada murid kelas-2 diberikan 1 dosis vaksin Td, kemudian pada murid kelas-5 diberikan 1 dosis vaksin Td.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Disebutkan juga bahwa keberhasilan pencegahan difteri dengan imunisasi sangat ditentukan oleh cakupan imunisasi, yaitu minimal 95 persen.

Direktur Surveillance dan Karantina Kesehatan Kemenkes, Elizabeth Jane Soepardi, juga menyebutkan bahwa KLB Difteri kali ini disebabkan oleh imunisasi tak lengkap.  "[KLB] Difteri karena tidak imunisasi atau imunisasi tidak lengkap," katanya kepada TEMPO.CO Kamis 7 Desember 2017. 

Jane yang saat dihubungi sedang dalam perjalanan ke Entikong ini, juga menambahkan bahwa booster itu diperlukan untuk meningkatkan kadar antibodi. "Setelah imunisasi terakhir, kadar antibodi akan turun. Imunisasi lanjutan atau booster perlu untuk tingkatkan kadar antibodi," katanya.

Selanjutnya, kata Jane,  Booster tiap 10 tahun seumur hidup akan ditetapkan di Indonesia. "Bertahap [pelaksanaannya]. Booster tiap 10 tahun ini akan ditetapkan setelah kita bisa kendalikan difteri melalui Outbreak Response Immunization (ORI)," katanya

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600
close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus