Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Berdasarkan Air Quality Indeks (AQI) per 24 Juni 2022, polusi udara atau kualitas udara Jakarta menyentuh nilai 191. Angka ini berada di level merah yang berarti tidak sehat untuk dihirup oleh warga Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dengan data tersebut, Jakarta menempati kota dengan kualitas polusi udara terburuk di dunia. Sedangkan posisi kedua, yaitu Dubai, Emirat Ara di level 160.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
World Health Organization (WHO) membuat AQI mengenai dampak polusi udara dengan membagi menjadi empat polutan utama polusi yaitu karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen dioksida, ozon, dan hidrokarbon.
Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan
Tentu bukan kabar menyenangkan untuk warga Jakarta. Maka dari itu, perlu adanya antisipasi dari setiap individunya seperti mengenal bahaya dari polusi udara. Berikut adalah beberapa bahya yang perlu Anda kenali:
1. Kelahiran prematur
Melansir Medical News Today, polusi udara ditemukan sebagai penyebab hampir 6 juta kelahiran prematur dan sekitar tiga juta bayi dengan berat badan kurang pada 2019.
Senyawa yang dinilai menjadi penyebab risiko premature pada ibu hami adalah Partikulat Matter (PM2.5). Akibatnnya, kesehatan bayi menjadi tidak maksimal secara jangka pendek atau panjang.
2. Penyakit kadiovaskular
Penyakit kadiovaskular merupakan kondisi ketika terjadi gangguan yang menyerang jantung dan pembuluh darah. Sistem kardioviskular sendiri berfungsi menyalurkan persediaan oksigen bagi proses metabolisme tubuh
European Society of Cardiology dalam jurnal berjudul Expert position paper on air pollution and cardiovascular disease, menyatakan konsentrasi PM2.5 dan paparan knalpot diesel mendorong peningkatan tekanan darah secara akut.
Selain itu, polutan yang terdapat dalam berlalu-lintas dapat mendorong perkembangan hipertensi kronis itu sendiri. Tekanan darah yang tinggi menyumbat aliran darah sehingga berpotensi terkena serangan jantung.
3. Susah Tidur
Melansir Healthline, interaksi langsung dengan polusi udara dapat menyebabkan tidur terganggu secara jangka panjang. Bukan tanpa alasan, partikel dari polusi udara dapat menyebabkan iritasi dan pembengkakan saluran napas di bagian atas.
Selain itu, juga dapat memengaruhi dan menganggu sistem saraf pusat dan area otak. Area ini berfungsi untuk mengontrol pola tidur manusia.
4. Kanker paru-paru
Sama seperti merokok, polusi udara yang buruk menyebabkan kanker paru-paru. Menurut World Health Organization (WHO), polusi udara menyebabkan 29 persen dari semua kasus dan kematian kanker paru-paru.
Partikel udara yang dhirup secara terus-menerus akan menumpuk dalam bagian sel paru-paru. Efek jangka panjangnya adalah infkesi dan peradangan pada paru-paru. Hingga pada akhirnya berpotensi menyebabkan kanker-paru-paru.
5. Serangan Asma
Asma merupakan penyakit saluran napas kronik yang jumlahnya cenderung meningkat setiap waktu. Penyakit ini ditandai dengan inflamasi pada saluran pernapasan.Gejala dapat berupa proses respirasi berupa mengi, sesak, rasa tidak nyaman di dada, batuk terus-menerus. dan terdapat hambatan saluran napas pada ekspirasi
Sementara itu, partikel pada polusi udara mudah menempel pada dinding saluran pernapasan. Hal ini membuat banyak perubahan yang menyebabkan asma dengan berbagai cara.
Polusi udara dapat berinteraksi dengan dinding saluran napas menyebabkan perubahan struktur pada saluran napas atau remodelling saluran napas sehingga menyebabkan asma melalui berbagai cara.
FATHUR RACHMAN
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.