Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Asfiksia adalah suatu kondisi ketika tubuh tidak memperoleh cukup oksigen. Tanpa penanganan segera, asfiksia dapat menyebabkan hilangnya kesadaran, cedera otak, atau bahkan kematian.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengutip WebMD, ketika bernapas, oksigen yang terhirup akan didistribusikan ke dalam darah dan membawanya ke jaringan tubuh. Setelah itu, sel dalam tubuh akan menggunakannya untuk menghasilkan energi. Ketika seseorang mengalami asfiksia, terdapat gangguan dalam proses menghirup oksigen itu atau mengeluarkan karbon dioksida. Hal itu dapat menyebabkan pingsan atau bahkan kehilangan nyawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Asfiksia bisa dibilang merupakan penyebab umum yang menyebabkan kematian. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), asfiksia menjadi penyebab dari 18.924 kematian pada 2018.
Penyebab Asfiksia
Melansir Healthline, terdapat banyak faktor penyebab asfiksia. Banyak penyebab yang disebabkan oleh terhambatnya saluran pernapasan, menghirup bahan kimia, atau cedera pada alat pernapasan, berikut lebih jelasnya:
Tenggelam. Tenggelam adalah kondisi saat seseorang tidak bisa bernapas karena menghirup air. Akibatnya, tubuh mereka tidak dapat mengirimkan oksigen ke jaringan dan organ mereka.
Asfiksia kimia. Asfiksia kimia terjadi akibat menghirup zat yang memotong suplai oksigen tubuh. Zat tersebut dapat menggantikan oksigen di paru-paru atau mengganggu pengiriman oksigen dalam darah. Bahan kimia yang menyebabkan asfiksia disebut asphyxiant. Salah satu contohnya adalah karbon monoksida, yakni gas tidak berbau dan tidak berwarna yang ditemukan dalam asap. Menghirup karbon monoksida dalam jumlah besar dapat menyebabkan keracunan.
Anafilaksis. Anafilaksis adalah reaksi alergi parah terhadap makanan atau obat-obatan. Selama anafilaksis, tubuh menganggap suatu zat menjadi berbahaya. Sistem kekebalan akan membuat antibodi yang melepaskan bahan kimia sehingga menyebabkan gejala seperti pembengkakan, gatal-gatal, atau sesak napas. Ini termasuk pembengkakan saluran udara bagian atas.
Asma. Asma adalah kondisi kronis yang menyebabkan peradangan pada saluran udara. Ini dapat menyebabkan gejala seperti kesulitan bernapas. Selama serangan asma yang parah , saluran udara akan membengkak dan menyempit. Tanpa penanganan segera, saluran udara bisa menjadi sempit dan menghambat suplai oksigen.
Saluran napas tersumbat oleh benda asing. Tersedak terjadi ketika benda asing tersangkut di saluran napas. Hal ini menyebabkan kesulitan menghirup oksigen.
Tercekik. Seseorang bisa tercekik ketika tekanan ditempatkan pada leher oleh tangan, pengikat, atau benda lain. Hal ini dapat mengurangi kemampuan seseorang untuk menghirup oksigen. Hal ini juga dapat menghambat sirkulasi oksigen dalam tubuh.
Posisi tubuh yang salah. Hal ini disebut asfiksia posisional, yakni kondisi ketika tubuh seseorang berada dalam posisi yang menghalangi saluran udara. Hal ini dapat terjadi jika posisi tubuh mengganggu inhalasi normal atau sirkulasi oksigen. Bayi yang baru lahir berisiko mengalami asfiksia posisional. Hal itu dapat terjadi jika bayi tidak dapat memposisikan diri untuk membuka blokir saluran udara mereka.
Kejang. Ketika seseorang mengalami kejang, mereka mungkin mengalami jeda pernapasan yang disebut apnea. Jeda ini dapat mengganggu asupan oksigen mereka. Kejang juga dapat menyebabkan suatu benda menghalangi atau menutupi saluran udara orang tersebut, yang mengakibatkan sesak napas.
Overdosis obat. Overdosis obat, seperti opioid, dapat mengganggu fungsi otak untuk mengatur pernapasan. Hal itu dapat menyebabkan kesulitan bernapas dalam-dalam dan menghembuskan karbon dioksida. Kondisi ini bisa meningkatkan kadar karbon dioksida dan mengurangi oksigen dalam tubuh.
HATTA MUARABAGJA