Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Khawatir Puasa Ramadan Terganggu Asam Lambung? Berikut yang Perlu Diperhatikan

Cleveland Clinic Abu Dhabi menyebut jumlah penderita asam lambung naik saat puasa Ramadan. Berikut ragam hal yang perlu diketahui tentang kondisi ini.

3 Maret 2025 | 22.30 WIB

Gangguan asam lambung.
Perbesar
Gangguan asam lambung.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PUASA RAMADAN bisa menjadi tantangan bagi penderita asam lambung, terutama bagi yang sulit melewatkan jam makan karena bisa membuat asam lambung naik. Dikutip dari laman ssmc.ae edisi Maret 2024, asam lambung merupakan kondisi medis saat naik ke kerongkongan yang memunculkan sensasi terbakar dan tidak nyaman di dada.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kabar baiknya, kondisi ini bisa diatasi meski harus menjalani puasa Ramadan. Mengelola berbagai faktor pemicu -- seperti kelebihan berat badan, merokok, stres, makan makanan pedas atau asam -- termasuk mengubah gaya hidup, pola makan, dan juga minum obat yang diperlukan bisa mengurangi pemicunya dan meredakan rasa tak nyaman.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Para spesialis dari Gastroenterology Clinic di Cleveland Clinic Abu Dhabi, UEA, pernah melaporkan kenaikan jumlah penderita asam lambung selama Ramadan. Keluhan paling umum termasuk GERD dan gastritis atau peradangan di lambung. Berikut tips agar puasa Ramadan lebih nyaman tanpa gangguan asam lambung.

Hindari Makanan Pemicu Asam Lambung
Salah mengonsumsi makanan dapat menyebabkan kambuhnya masalah asam lambung sehingga makanan yang dikonsumsi saat berbuka puasa dan sahur harus dijaga. Saat berpuasa, penderita asam lambung dianjurkan untuk menghindari makanan dan minuman yang berpotensi membuat asam lambung naik, seperti makanan asam, seperti jeruk, lemon, dan tomat. 

Hindari Kafein dan Soda
Minuman yang tidak boleh dikonsumsi penderita asam lambung adalah yang berkafein dan bersoda. Saat berpuasa, penderita asam lambung diminta menghindari minum kopi, teh, soda, dan minuman sejenis untuk mencegah kenaikan kadar asam lambung. Penderita asam lambung dianjurkan untuk mengonsumsi lebih banyak air putih untuk menjaga hidrasi tubuh.

Perbanyak Asupan Serat
Penderita asam lambung sebaiknya mengonsumsi makanan kaya serat saat berbuka dan sahur untuk menjaga kesehatan lambung. Contohnya biji-bijian, nasi merah, roti gandum, sayur-sayuran, buah-buahan, dan kacang-kacangan. Jenis makanan tersebut dapat menghindari peningkatan asam lambung dan mengenyangkan untuk durasi yang lebih lama.

Makan Secukupnya
Makan terlalu banyak dapat mengganggu lambung yang memicu kenyang berujung mulas. Saat berbuka puasa dan sahur, hindari makan terlalu banyak sekaligus. Mulailah makan makanan ringan sebelum yang berat untuk mencegah peningkatan asam lambung yang mendadak, misalnya makan buah-buahan terlebih dulu saat berbuka yang dilanjutkan dengan makan nasi seusai salat tarawih.

Jangan Tidur setelah Makan
Setelah menyantap hidangan berbuka atau sahur, usahakan tidak langsung tidur karena kebiasaan tersebut dapat memicu asam lambung naik dan rasa mulas. Sebaiknya, beri waktu 2-3 jam jeda untuk tidur setelah makan agar proses pencernaan berjalan lanacar. Makanan yang dikonsumsi dengan jeda waktu tidur cukup lama dapat membantu makanan mengalir dengan lancar dari lambung ke usus halus. Namun, apabila rasa kantuk tidak dapat dihindari, penderita asam lambung dapat tidur dalam posisi duduk.

Buat Jadwal Minum Obat
Saat berpuasa, penting untuk memperhatikan jadwal minum obat asam lambung dengan tepat. Biasanya, obat diminum sekitar 30 menit sebelum sahur dan setelah berbuka. Apabila kebiasaan minum obat 3-4 kali sehari, alangkah lebih bijak bila berkonsultasi dengan dokter untuk mempertimbangan pengganti jenis obat yang cocok.

Jangan Tunda Waktu Makan
Saat berpuasa, penderita asam lambung hanya memiliki setidaknya dua waktu makan, yaitu saat berbuka dan sahur. Dengan terbatasnya waktu untuk makan maka penderita asam lambung disarankan untuk menyegerakan waktu berbuka dan menghindari melewatkan sahur. Saat menunda makan, perut dapat sensitif yang semakin lama semakin meningkat bila tidak makan seharian. Hal tersebut membantu mengurangi risiko asam lambung yang tidak nyaman.

Faktor Pemicu Masalah Asam Lambung

Faktor utama yang penyebab asam lambung tinggi atau refluks asam lambung (GERD) meliputi berbagai aspek, baik gaya hidup, pola makan, maupun kondisi kesehatan. Berikut macam penyebab tersebut, dikutip dari Antara pada Oktober 2024.

Obesitas
Kelebihan berat badan dapat memberi tekanan tambahan pada perut dan meningkatkan risiko refluks asam lambung. Lemak yang menumpuk di area perut dapat mendorong asam lambung naik ke kerongkongan.

Pola makan kurang sehat
Makanan tinggi lemak, pedas, asam, dan berkarbonasi dapat memicu peningkatan produksi asam lambung. Contoh makanan yang sering menyebabkan masalah ini termasuk gorengan, cokelat, dan minuman berkafein. Makan dalam porsi besar atau terlalu dekat dengan waktu tidur dapat meningkatkan risiko asam lambung naik.

Gaya hidup kurang sehat
Kebiasaan merokok dan minum minuman berkafein secara berlebihan melemahkan sfingter esofagus bagian bawah (LES), yang berfungsi mencegah asam lambung naik. Faktor lain seperti stres secara emosional atau fisik dapat mempengaruhi sistem pencernaan dan meningkatkan gejala GERD.

Obat yang Direkomendasikan untuk Mengatasi Asam Lambung

Berikut beberapa obat yang direkomendasikan untuk mengatasi asam lambung, yang dapat membantu meredakan gejala seperti nyeri ulu hati, mual, dan perut kembung.

Antasida
Ada beberapa obat jenis antasida yang baik untuk mengatasi asam lambung, seperti Mylanta yang mengandung aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida, efektif untuk menetralkan asam lambung. Selain itu, Promag bisa menjadi alternatif karena tablet kunyah ini berfungsi sebagai antasida untuk meredakan gejala asam lambung.

Obat lain yang praktis bisa menjadi pilihan adalah Polysilan, yang berfungsi sebagai suspensi yang mengandung aluminium hidroksida dan magnesium hidroksida, membantu mengurangi keasaman lambung. Sebelum mengonsumsi obat-obatan ini, sangat penting untuk berkonsultasi dengan apoteker atau dokter agar mendapatkan diagnosis yang tepat dan dosis yang sesuai.

Salsabilla Azzahra Octavia berkontribusi pada tulisan ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus