Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Ketua Komisi Kesehatan DPR RI, Putih Sari, mendorong industri farmasi dalam negeri mengunakan penggunaan bahan baku dari alam dalam Indonesia. "Kami mendorong agar percepatan terhadap ketahanan industri obat, sesuai dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto yang ingin mengedepankan dan mengembangkan bahan baku obat dalam negeri, untuk bisa kita utamakan,” ujarnya dalam keterangan pers yang diterima Tempo pada 10 November 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Putih Sari menekankan pentingnya kolaborasi antara seluruh pemangku kepentingan dalam mendukung industri farmasi, terutama dalam pengembangan riset yang memanfaatkan kekayaan bahan baku alam Indonesia. Lebih lanjut Putih Sari mendorong industri obat seperti PT Ferron Par Pharmaceuticals untuk bisa terus mengembangkan Research and Development dalam pemanfaatan bahan baku dari alam untuk produk obat tradisional dan suplemen kesehatan
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Komisi Kesehatan DPR RI mendorong agar percepatan terhadap ketahanan industri obat, termasuk obat tradisional dan suplemen kesehatan bisa dilaksanakan secara baik. "Termasuk ketahanan bahan baku obat tradisional dan suplemen kesehatan, di mana negara Indonesia sangat kaya akan bahan alam," tambahnya.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama Anggota Komisi Kesehatan DPR RI Cellica Nurrachadiana menyampaikan bahwa Indonesia memiliki kekayaan alam. Kekayaan alam ini berpotensi untuk dikembangkan menjadi obat melalui riset. Pastinya ada dampak bagi petani-petani lokal yang ada di seluruh Indonesia. Ada banyak tanaman, sekitar 2.000 - 3.000 jenis tanaman di Indonesia, yang bisa dikembangkan untuk riset dan juga development untuk obat tradisional. "Sehingga tentunya di samping kita bisa berswasembada obat tradisional asli Indonesia, kita juga bisa melakukan bantuan pertumbuhan ekonomi bagi petani lokal yang ada di seluruh Indonesia,” kata Cellica.
Komisaris PT Ferron Par Pharmaceuticals Raymond Tjandrawinata menyampaikan paparan mengenai riset dan pengembangan Obat Modern Asli Indonesia (OMAI), yang merupakan salah satu fokus Dexa Group. "Obat Modern Asli Indonesia adalah bukti dari kekayaan alam Indonesia yang bertransformasi menjadi solusi kesehatan yang ilmiah dan terpercaya. Kami percaya bahwa dengan penelitian yang berkelanjutan dan kolaborasi dengan berbagai pihak, OMAI dapat menjadi produk yang membawa manfaat luas, tidak hanya bagi masyarakat Indonesia tetapi juga bagi dunia," kata Raymond.
Sementara itu Direktur PT Ferron Par Pharmaceuticals, Benny Sutisna Suwarno menyampaikan fasilitas produksi Ferron memiliki sertifikasi nasional seperti dari Badan Pengawas Obat Makanan dan juga sertifikasi internasional. “Sejak 2008 kita mendapat sertifikasi dari Inggris yakni dari UK-MHRA. Sejak saat itu kita aktif mengekspor produk ke Inggris dan kita pertahankan hingga saat ini, bahkan meluas hingga ke Polandia dan Belanda. Selain itu kami mendapat audit dari Portugal dan kami memburu sertifikasinya. Kita juga mendapat sertifikasi dari Australia, Jerman,” katanya.
Benny melanjutkan, untuk mendukung kemandirian farmasi, Ferron juga memproduksi obat kanker yang saat ini untuk memenuhi kebutuhan JKN.
Putih Sari juga mendukung agar obat berbahan alam yang telah tersertifkasi fitofarma bisa masuk dalam program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Menurut dirinya, Komisi IX akan memastikan penggunaan fitofarmaka sampai ke hilir. “Komisi IX akan memastikan kebijakan terkait penggunaan produk-produk fitofarmaka masuk ke dalam program JKN, sehingga kemandirian produk obat, suplemen, dan obat tradisional bisa optimal mulai dari hulu sampai ke hilirnya,” kata Putih Sari.
Pilihan Editor: Mengapa Industri Farmasi BUMN Rugi Setelah Pandemi?