Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Konsumen Masuk Toko Dapur Cokelat: Bisa Pesan Kitchen Set?

Pendiri Dapur Cokelat, Ermey Trisniarty bercerita saat toko kuenya dianggap tempat memesan seperangkat kitchen set dan asal usul nama Dapur Cokelat.

9 Oktober 2021 | 10.11 WIB

Pendiri Dapur Cokelat, Ermey Trisniarty. Dok. Dapur Cokelat
Perbesar
Pendiri Dapur Cokelat, Ermey Trisniarty. Dok. Dapur Cokelat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Bagaimana bisa seorang calon pembeli yang masuk ke sebuah toko kue kemudian memesan kitchen set? Apakah pembeli itu salah masuk toko, atau toko itu memang tampak seperti ruang pamer interior rumah?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Peristiwa ini dialami oleh Ermey Trisniarty saat membuka toko kue dan cokelat, Dapur Cokelat di Jalan Ahmad Dahlan, Jakarta Selatan, pada 2001. Pendiri Dapur Cokelat itu menceritakan bagaimana saat seorang konsumen masuk ke toko kue pertamanya lalu memesan kitchen set.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dalam jumpa virtual peluncuran buku "Dapur Cokelat Bercerita" pada Kamis, 7 Oktober 2021, Ermey memulai kisah dengan nilai mata uang dolar yang naik signifikan pada 2001. Saat itu, dia sudah memutuskan memulai bisnis kue dan cokelat bersama kakaknya, almarhum Gusnidar dan Okky Dewanto yang kemudian menjadi suami Ermey.

"Kalau sudah masuk bisnis, apalagi usaha pastry, kami membutuhkan peralatan skala besar dan itu impor," kata Ermey. Walhasil, modal terpakai untuk membeli peralatan memasak tadi. Lantas bagaimana dengan toko kue pertama yang akan dibuka? Sementara mereka juga harus memikirkan promosi dengan anggaran terbatas.

Saat membenahi toko di Jalan Ahmad Dahlan itu, Ermey Trisniarty punya ide membawa semua peralatan memasak di rumah. "Kebetulan waktu itu mama punya usaha katering," ucapnya. Jadilah Ermey memboyong berbagai peralatan masak, seperti oven, mikser, dan berbagai peralatan memasak yang sudah tak terpakai atau rusak. Ermey juga membawa koleksi cangkir atau mug pribadi ke toko.

Toko Dapur Cokelat di Jalan Ahmad Dahlan pada 2001. Dok. Dapur Cokelat

Dari situ, dia mendekorasi toko pertamanya seperti dapur. "Kami membuat interior dan feel-nya seperti suasana di dapur," ucapnya. "Kami memanfaatkan barang-barang yang ada untuk menjadi dekorasi. Dan itu membawa berkah tersendiri."

Setelah toko buka, datanglah seorang perempuan masuk ke toko tersebut. "Mbak, saya mau pesan kitchen set," ucap Ermey menirukan ucapan wanita tadi. Spontan Ermey menjawab, "maaf kami enggak jual kitchen set. Tetapi kami jual cokelat dan kue-kue."

Setelah dua bulan toko Dapur Cokelat berdiri, Ermey Tristiarty mengatakan, satu per satu wartawan datang ke tokonya untuk menulis tentang interior yang unik. Sebab saat itu, belum ada toko kue yang menyuguhkan suasana dapur di dalamnya.

Baca juga:
Cerita Adonan yang Menyelamatkan Dapur Cokelat Selama Pandemi Covid-19

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus