Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kartun

Perahu razak

Orang melayu di riau pernah berjaya di lautan dengan perahu layar, disebut lancang. atas usaha r.a razak jenis perahu ini di pamerkan dalam peringatan 17 agustusan di tanjung pinang.(ils)

31 Januari 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ORANG Bugis punya jenis perahu kebanggaan bernama pinisi atau lambo. Maka orang Melayu, terutama yang berdiam di Riau, punya perahu kebangaan pula, disebut lancang. Tapi orang Melayu di Riau kurang beruntung ketimbang orang Bugis. Karena sampai detik ini orang Bugis masih mampu membuktikan rasa kebanggaannya dengan menunjuk pinisi atau lambo yang berkeliaran di lautan. Sedang orang Riau hanya mampu berkisah. Atau cuma sanggup memperlihatkannya dalam bentuk lambang daerah. Karena perahu-perahu nelayan yang banyak berkeliaran di celah-celah kepulauan Riau masih diragukan sebagai keturunan lancang. Mengingat jenis lancang dahulu kalanya adalah perahu perang. Tapi tentulah perahu-perahu nelayan itu bisa saja tempo dulu dipakai untuk berperang. Di antara jenis lancang yang mashur adalah lancang kuning. Karena jenis ini adalah perahu kebesaran raja-raja Melayu Riau buat tugas-tugas inspeksi, pesiar atau terjun ke medan perang. Konon asal-usul itu perahu dari Semenanjung Malaka juga. Sampai ke kepulauan Riau karena dibawa scorang raja Semenanjung Malaka yang minggat. Maka begitu kerajaan Melayu Riau bangkit di tahun 1722 itu perahu sudah dikenal sebagai perahu kemegahan raja. Dan sekarang ini, perahu kemegahan itu cuma bisa ditonton dalam keramaian 17 Agustusan di Tanjung Pinang. Ini tak salah lagi hasil kerepotan RA Razak yang mashur dengan "Kandil Riau"nya. Orang yang gandrung pada kemegahan Melayu tempo dulu ini dengan modal dari kantongnya sendiri telah berpayah-payah mewujudkan itu jenis perahu sebagai obyek tontonan. Tapi masih diragukan apakah persis atau tidak dengan perahu yang sebenarnya. Meski Razak menjamin, karena "pendapat orang-orang tua di sini banyak saya jadikan pedoman". Ada kisah ngeri sehubungan dengan lancang, meski cuma buat tontonan. Menurut Razak, perahu itu tak bisa sembarangan dipertontonkan tanpa dipenuhi syarat berupa tumbal seorang perempuan cantik yang hamil. Sebab menurut Razak, pada waktu lancang kuning pertama kali diciptakan dan kemudian diluncurkan ke laut harus melalui galangan yang diganjel seorang wanita cantik yang hamil tua. Nah, kebiasaan ini konon harus juga dipenuhi apabila perahu jenis ini diluncurkan ke laut atau dikeluarkan buat suatu pameran. Sebab pernah terjadi ketika perahu tiruan buatan Razak diturunkan buat keperluan karnaval, pulau Penyengat diserang angin ribut dan seorang keluarga Razak meninggal dunia. Meski itu cuma dongeng, ada pemuka masyarakat di sana keberatan itu jenis perahu dijadikan lambang propinsi Riau. Karena hal itu berarti meresmikan lambang tirani. Sebab kisah itu dipandang orang-orang tua di sana sebagai bentuk kesewenang-wenangan raja. Meski pun dongeng yang dituturkan Razak sendiri itu terbantah oleh para ibu yang mengadakan pameran "Kehidupan Melayu" di Gedung Daerah, Desember kemarin. Perahu angker itu tak punya tuah apa-apa. Meski pun para ibu di Riau tersebut memamerkan itu perahu tanpa sesajenan perempuan bunting.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus