Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
DIET Enak Bahagia Menyenangkan (DEBM) kini populer di kalangan warganet. Sejak muncul pada Februari tahun lalu, akun media sosial metode diet dari Indonesia ini sudah memiliki pengikut lebih dari sejuta.
Penggagasnya, Robert Hendrik Liembono, menjanjikan penganut diet ini bisa kurusan sonder puasa makanan enak. Ia mengatakan pola makannya tak membuat sengsara. “Dan menyenangkan karena diet ini diciptakan khusus untuk mereka yang hobi makan dan malas berolahraga, tapi ingin langsing,” kata Robert, Rabu tiga pekan lalu.
Cara menguruskan badan ala DEBM tak harus dengan berolahraga, apalagi minum obat. Robert, 30 tahun, hanya meminta mereka yang mengikuti metodenya mengubah pola makan. Lupakan nasi, gula, buah yang mengandung gula tinggi, umbi-umbian, dan mi atau aneka olahan tepung lain. “Kami sama sekali enggak anti-karbo, tapi jumlahnya diminimalkan,” ujar pria yang kini tinggal di Bandung itu.
Robert menyebutkan karbohidrat adalah salah satu biang keladi kegemukan. Kalau dimakan pada saat dan dengan cara yang tepat, sumber energi instan ini akan bermanfaat. Misalnya sebagai sumber tenaga bagi para atlet, kuli bangunan, dan tukang becak.
Namun, jika dikonsumsi orang yang tak banyak melakukan aktivitas fisik, karbohidrat yang tak dimanfaatkan justru akan menjadi timbunan lemak. Yang terjadi, sebagian orang yang jarang beraktivitas fisik cenderung mengkonsumsi karbo-hidrat berlebihan. “Padahal, makin banyak makan karbo, nafsu makan justru makin meningkat,” ucap Robert.
Karbohidrat juga membuat tubuh menyimpan garam. Kelebihan garam membuat tubuh menyimpan air, yang menyebabkan bobot tubuh naik, sehingga beberapa diet menganjurkan agar garam dihindari. Mengurangi karbohidrat berarti mengurangi simpanan garam dan memangkas simpanan air di dalam tubuh, yang artinya menurunkan berat badan.
Robert Hendrik Liembono -Dok. Pribadi
Robert meminta para pengikutnya menyetop konsumsi gula, yang merupakan karbohidrat sederhana, dalam segala bentuk, baik gula murni, madu, maupun kecap. Kalau ada keinginan mengkonsumsi gula, ia merekomendasikan gula buatan maksimum satu bungkus kecil. “Karena khawatir menambah nafsu makan,” dia menjelaskan.
Karbohidrat yang boleh dikonsumsi hanya yang memiliki indeks glikemik rendah, yang oleh tubuh diproses lebih lambat dan lebih mengenyangkan. Jenisnya pun tak sembarangan. Robert cuma menganjurkan sumber karbohidrat dari sayur-mayur seperti wortel, buncis, dan sayuran hijau. Itu pun hanya boleh dikonsumsi pada siang.
Adapun pada pagi dan malam, Robert menyarankan banyak konsumsi protein hewani dan membolehkan konsumsi lemak. Protein meningkatkan metabolisme sangat signifikan (35 persen) dibanding karbohidrat (10 persen). Karena itu, lemak tetap bisa dibakar meski saat tidur. Protein juga membentuk otot yang ketika disimpan oleh tubuh ukurannya lebih kecil ketimbang lemak—sisa metabolisme karbohidrat yang tak terpakai. Jadi otot yang lebih banyak akan membuat tubuh lebih kurus.
Sumber protein bisa berasal dari ikan, daging, ayam, telur, atau jeroan. Pemasakannya boleh dilakukan dengan cara apa pun, dari dibakar, digoreng, hingga diberi monosodium glutamat (MSG) atau penyedap. “Tapi enggak boleh pakai gula, madu, dan kecap,” ujarnya.
Semua ilmu ini ia pelajari dari Internet. Robert tak berlatar belakang medis, juga tak pernah menguji dietnya secara klinis. Semua sumber dari dunia maya itu ia langsung praktikkan pada tubuhnya.
Beberapa tahun lalu, berat badan Robert pernah melonjak drastis dari 78 kilogram menjadi 107 kilogram. Akibatnya, penyakit asmanya kerap kambuh. Usahanya menurunkan berat badan, baik dengan berdiet maupun berolahraga, selalu gagal. Sampai akhirnya ia mendapatkan cara diet yang pada Februari 2017 ia namai DEBM itu. “Metodenya ada yang mirip dengan diet keto, tapi ada juga yang enggak. Misalnya diet keto banyak mengkonsumsi lemak, sedangkan DEBM tidak wajib konsumsi lemak. Yang penting protein hewaninya,” kata penulis buku DEBM: Diet Enak, Bahagia, dan Menyenangkan itu. Buku yang diterbitkan pada Mei lalu itu telah dicetak ulang empat kali.
Bobot Robert sekarang 75 kilogram. Asmanya pun jadi jarang kumat. “Tujuan diet ini menurunkan berat badan. Tapi, kalau baca di forum, banyak yang sakitnya sembuh. Ada yang kolesterol turun, sakit jantungnya sembuh, yang bertahun-tahun tak hamil jadi hamil,” ujarnya.
Aslamah, 38 tahun, salah satunya. Selain mendapati tubuhnya jadi langsing setelah berdiet DEBM selama delapan bulan, perempuan asal Jambi ini merasakan masalah tubuhnya hilang. “Dulu saya sering sakit di area tengkuk dan leher karena kolesterol tinggi, pernah sampai enggak bisa bangun tiga hari,” tuturnya.
Bella Aditama Kurniawan, 23 tahun, juga demikian. Bobotnya turun dari 68 kilogram menjadi 51 kilogram setelah setahun menjalani diet ini. Rasa sakit di leher yang ia derita sejak di sekolah menengah atas juga lenyap. “Dokter bilang sakitnya karena kurang kalsium, tapi dikasih obat enggak pernah sembuh. Ikut DEBM malah enggak pernah sakit lagi,” ucap Bella, yang tinggal di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat.
Namun, menurut dokter spesialis gizi klinik Gaga Irawan Nugraha, hasil yang mereka dapatkan itu hanya sementara. Kalau diterapkan terus-menerus, diet ini malah akan berbahaya bagi tubuh. Memangkas karbohidrat besar-besaran akan membuat pemecahan lemak dan protein tubuh menjadi tinggi. Pemecahan protein berisiko menjadikan otot dan massa organ lebih kecil. Selain itu, beban ginjal akan meningkat. “Hati-hati yang punya masalah ginjal,” kata dokter yang berpraktik di Rumah Sakit dr Hasan Sadikin, Bandung, itu.
Menurut ahli gizi Tan Shot Yen, penyakit yang tiba-tiba lenyap setelah penerap-an DEBM bisa jadi adalah masalah yang disebabkan oleh kelebihan karbohidrat. Tapi, dia menambahkan, mengurangi konsumsi karbohidrat secara drastis terbukti mengakibatkan sakit kepala, rasa lelah dan lesu, serta sembelit.
Dalam jangka panjang, efek diet sangat rendah karbohidrat serta tinggi protein dan lemak, seperti diet ketogenik, juga mesti diwaspadai. Penelitian kohor selama 20 tahun yang laporannya dipublikasikan National Center for Biotechnology Information pada Mei 2017 menunjukkan diet rendah karbohidrat, tinggi protein, dan tinggi lemak terbukti berisiko mengakibatkan penyakit jantung, gangguan pembuluh darah, dan perlemakan hati. Penelitian dilakukan dengan membandingkan kelompok yang terpapar diet rendah karbohidrat, tinggi protein, dan tinggi lemak dengan kelompok yang tak terpapar diet tersebut.
Cara memasak dengan menggoreng atau menumis menggunakan minyak yang mengandung lemak trans juga meningkatkan risiko gangguan jantung dan pembuluh darah. “WHO (Badan Kesehatan Dunia) saja gigih menghapus lemak trans pada 2023,” ucap Tan.
Alih-alih mengikuti diet yang berisiko, baik Tan maupun Gaga menyarankan orang-orang menerapkan diet seimbang. Meski prosesnya lambat, jika diet diterapkan dengan konsisten, badan akan sehat.
Dalam diet ini, porsi karbohidrat 50-55 persen dari makanan yang dikonsumsi dan sebaiknya berasal dari nasi serta buah-buahan. Selain itu, karbohidrat sederhana yang mudah dicerna, seperti tepung dan gula, seyogianya dihindari. Adapun lemak maksimum 30 persen dan protein 15-20 persen. “Juga jangan lupa serat, karena ini mengurangi serapan lemak dan kolesterol. Ditambah selingan buah-buahan yang berair banyak,” kata Gaga.
Berolahraga, menjaga kebersihan, dan minum tak boleh dilupakan. Tan juga menyarankan berolahraga 30 menit setiap hari, mencuci tangan sebelum makan, dan memproses makanan. “Serta cukup minum,” tuturnya.
NUR ALFIYAH, ANWAR SISWADI (BANDUNG)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo