Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Banyak yang menganggap vape atau rokok elektrik lebih aman dibanding rokok tembakau dan sering direkomendasikan buat yang ingin berhenti merokok. Padahal, faktanya kedua jenis rokok itu sama berbahaya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Vape bahkan disebut lebih berisiko pada kesehatan dibanding rokok tradisional dan berpotensi memicu demensia, penyakit jantung, dan gagal organ pada penggunaan jangka panjang, menurut penelitian, meski ada klaim dari badan kesehatan Inggris (NHS) mengisap nikotin dari vape tak lebih berbahaya dari rokok biasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Liverpool Echo edisi 23 Februari 2025, Dr. Maxime Boidin, pemimpin penelitian terkontrol pertama mengenai dampak jangka panjang vape dari Universitas Manchester Metropolitan di Inggris, percaya ancaman kesehatan vape bisa lebih barah dari rokok tembakau. Hasil penelitian akan disimpulkan pada Maret 2025.
"Para perokok biasanya keluar ruangan untuk merokok. Setelah habis satu batang, mereka akan mengisap sebatang lagi. Tapi pada vape, Anda terus melakukannya dan tak tahu sudah melakukan berapa isapan. Mengisap vape lebih mudah karena bisa dilakukan di area yang dilarang merokok," ujar Boidin, seperti dilaporkan Mirror pada 23 Februari 2025.
Mengaku terkejut melihat temuannya, ia mengungkapkan, "Yang kami temukan bahaya mengisap vape tak berbeda dengan rokok biasa. Awalnya saya juga percaya mengisap vape lebih baik dari merokok. Banyak orang yang melakukannya karena menganggap tak terlalu berbahaya. Mereka akan terkejut melihat faktanya," tambah Boidin.
Beli Vape Pakai Resep Dokter
Sebuah penelitian dilakukan Universitas Liverpool pada peserta berusia 18-45 tahun. Setelah melakukan serangkaian tes, hasilnya para perokok tembakau dan rokok elektrik mengalami kerusakan dinding arteri yang tak bisa mengembang. Aliran darah pun terganggu sehingga bisa memicu gangguan kognitif seperti demensia.
Boidin menyebut kerusakan akibat peradangan itu disebabkan kandungan nikotin, metal, dan zat kimia pada vape, seperti propilen glikol dan gliserin sayuran. Zat kimia dengan rasa seperti karbonil juga diketahui bisa menyebabkan peradangan dan stres oksidatif, memicu kerusakan dinding dalam arteri dan kematian sel-sel.
Boidin juga melontarkan gagasan rokok elektrik hanya bisa dibeli dengan resep di Britania Raya untuk menghindari masalah kesehatan. "Satu-satunya manfaat mengisap vape adalah membantu orang berhenti merokok tapi jika terus melakukan maka dampaknya sama saja. Saya kira dokter harus memberi resep untuk vape sehingga hanya bisa digunakan sebagai alat transisi dan hanya dalam waktu singkat," saran Boidin.
Pilihan Editor: Pakar Sepakat, Merokok Jenis Apapun Bisa Mengganggu Kesuburan