Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BAU mulut tak pernah menjadi perhatian khusus Umi Latifah. Perempuan 29 tahun ini biasanya hanya merasa mulutnya bau saat sedang puasa. "Biasanya jadi enggak banyak bicara," katanya Rabu pekan lalu.
Umi pernah punya pengalaman tak menyenangkan. Saat bepergian dengan kereta, orang yang duduk di sebelahnya punya masalah bau mulut. Apesnya, orang tersebut terus berbicara di sepanjang perjalanan. "Itu sangat enggak nyaman," ujarnya.
Meski terkadang disepelekan, halitosis alias bau mulut ternyata menjadi masalah banyak orang. Data American Dental Association yang dipublikasikan pada 2003menyebutkan satu dari empat orang punya masalah ini. Jumlah penderita dewasa bahkan lebih banyak, separuh dari populasi.
Beragam produk dijual untuk mengatasi halitosis, dari pasta gigi, obat kumur, sampai alat pengerok lidah. Juga penelitian untuk menghilangkan bau. Salah satunya studi yang dilakukan dosen Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia, Makassar, Asni Amin. Ia meneliti keefektifan buah kepel untuk menghilangkan bau mulut. Penelitian ini membawa Asni menyabet gelar doktor di Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, Januari lalu.
Kepel (Stelechocarpus burahol)yang juga dikenal dengan sebutan kecindul, cindul, simpol, burahol, dan turalakadalah buah langka Indonesia. Sejak dulu, buah ini digunakan para putri keraton di Yogyakarta dan Surakarta untuk menghilangkan bau yang keluar dari tubuh mereka. Para putri memakan kepel untuk mengenyahkan bau mulut, bau badan, bau feses, bau urine, bahkan bau kentut. "Bau urine dan fesesnya malah jadi wangi," kata Asni. Soal bau feses ini pernah diteliti di Institut Pertanian Bogor pada mencit.
Keefektifan kepel untuk menghilangkan bau mulut sendiri belum terbukti. Asni menguji kepel di laboratorium untuk melihat senyawa apa saja yang berperan menghilangkan bau. Dari hasil pengujiannya, ekstrak buah kepel dapat menyerap bau mulut dengan menurunkan kadar metil merkaptan dan dimetil sulfida, gas berbau tak sedap yang dikeluarkan bakteri penyebab bau mulut."Buah ini juga mengandung polifenol yang mungkin bisa menutupi bau," ucapnya.
Ada banyak penyebab bau mulut. Dokter gigi Anton Rahardjo menggolongkannya menjadi empat. Pertama, halitosis fisiologis, yakni bau mulut normal yang terjadi pada jam-jam tertentu dan akan hilang dengan gosok gigi, misalnya waktu bangun pagi, puasa, atau lantaran terlalu banyak bicara. "Saat itu produksi air ludahnya berkurang, sehingga menjadi bau," kata dosen Departemen Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat dan Pencegahan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesiaini.
Berikutnya adalah halitosis patologis, yakni bau mulut yang disebabkan oleh masalah dalam tubuh, misalnya karena karang gigi; penyakit periodontal; gigi miring; sakit lambung; sakit ginjal; masalah di telinga, hidung, dan tenggorokan; serta kanker paru. Lalu, pseudohalitosis, yakni orang yang masalah bau mulutnya sudah diatasi tapi tetap merasa bau mulut. Dan terakhir, halitofobia, yakni orang yang sebenarnya tak punya masalah bau mulut tapi merasa bau. "Yang terakhir ini masalah psikis, mesti ditangani psikiater," tuturnya.
Buah kepel yang diteliti Asni, ujar Anton, hanya bisa dipakai mengatasi bau yang normal alias bau karena fisiologis. Aroma tak sedap ini biasanya disebabkan oleh bakteri Porphyromonas gingivalis dan Fusobacterium nucleatum yang bermukim di mulut. Dua bakteri tersebut akan berkembang biak dengan cepat karena beberapa kondisi, misalnya sewaktu produksi air liur berkurang.
Manfaat buah kepel untuk mengusir bau mulut normal ini juga pernah diteliti dokter Bayu Dwi Siswanto untuk tesisnya di Fakultas Farmasi UI pada 2014. Ia mengolah kepel menjadi obat kumur dan membandingkannya dengan satu merek obat kumur yang terkenal di pasar. Dua cairan tersebut diberikan kepada dua kelompok yang masing-masing beranggotakan 30 orang selama sepekan. Pada beberapa hari pertama, kelompok pertama diberi obat kumur bikinan pabrik, sedangkan kelompok kedua memakai obat kumur dari kepel. Setelah itu dibalik, kelompok pertama menggunakan kepel, sedangkan kelompok kedua menggunakan obat kumur terkenal tersebut.
Hasilnya, menurut Bayu, kemampuan antiseptik obat kumur komersial sedikit lebih baik dibanding kepel yang diraciknya. Semua bakteri yang ada di mulut mati setelah menggunakan obat kumur tersebut. Tapi ternyata kemampuan menghilangkan bau mulut antara obat kumur ini dan buah kepel sama. "Malah kelebihannya, 80 persen subyek saya mengatakan lebih nyaman berkumur dengan kepel karena rasanya seperti minum jus. Yang produk komersial itu rasanya perih, pedas, dan menusuk," ucapnya.
Dokter gigi Gani Indrawan, salah satu peserta penelitian Bayu, mengiyakan. Gani lebih menyukai kepel dibanding obat kumur komersial dengan rasa green tea yang diuji Bayu. "Rasanya seger di mulut," katanya.
Menurut Bayu, cara kerja kepel ini berbeda dengan obat kumur komersial. Untuk menghilangkan bau, larutan kumur berbahan kimia ini membasmi semua bakteri dan menutupinya dengan bau wangi. Sedangkan buah kepel mengandalkan antioksidan dan antiseptik untuk melenyapkan bakteri jahat. Bakteri baik yang tak menyebabkan bau mulut tetap hidup. "Keseimbangan mulut jadi tak terganggu," tuturnya.
Buah ini juga mengandung struktur protein yang bisa menjerat bau tak sedap. Juga mengandung senyawa volatil aromatik yang mudah menguap dan menimbulkan bau enak. "Ini yang tak ada di buah lain," ujar Bayu.
Anton sepakat belum ditemukan buah yang khasiatnya sama seperti kepel dalam melenyapkan bau. Namun, untuk urusan bau mulut, ada beberapa bahan alami yang telah dikenal bermanfaat, seperti temulawak yang sudah dipakai di Korea Selatan untuk pasta gigi dan obat kumur. "Mereka mengimpor temulawak dari Jawa Tengah," ucapnya. Juga sirih, yang sudah digunakan dalam beberapa produk pasta gigi di Tanah Air.
Delima, ujar ahli herbal UI, Abdul Mun’im, juga bisa dipakai mengatasi bau tak sedap di mulut. Buah tersebut mengandung tanin yang bisa membunuh bakteri yang bersarang di mulut. Selain delima, teh memiliki tanin tinggi. "Mengkonsumsi teh setelah makan juga bisa menghilangkan bau," katanya. Teh, menurut Min’im, juga sudah dipakai di beberapa produk pasta gigi dan obat kumur.
Selain tanin, zat yang biasa digunakan mengusir bau adalah minyak asiri. Mun’im menyebutkan minyak asiri mengandung antibakteri. Cengkeh, sirih, kayu manis, dan jeruk adalah contoh bahan alami yang mengandung minyak asiri yang bisa digunakan mengenyahkan bau tak sedap. Namun bahan-bahan alami ini belum sepopuler sirih dan teh sebagai penghilang bau mulut.
Nur Alfiyah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo