TEMPO.CO, Jakarta - Pontianak sejak ratusan silam menjadi lokasi perantauan orang-orang Tionghoa. Warisan peranakan Tionghoa di wilayah yang dulu didirikan Syarief Abdurrahman Alkadrie ini berupa kuliner. Nah, untuk menikmati kuliner peranakan, saya mengunjungi Warung Rona.
Lokasinya berada Jalan Tanjung Raya II Nomor 3. Warung Rona menawarkan beragam menu makanan berupa nasi goreng, mi, dan kwetiau. Kami memesan kwetiau goreng dengan irisan daging sapi dan bakso; dalam daftar menu disebut mie tiaw goreng sapi bakso. Menu lainnya yang kami pesan berupa mie kuah bakso; yang disebut juga mie rebus bakso, dan mie sop bakso.
Dari tiga menu ini, semuanya memiliki karakter rasa yang berbeda, misalnya mi kuah bakso dan mi sop bakso. Meski tampilannya hampir sama, namun rasanya berbeda. Mie kuah bakso menampilkan mi, bakso dan tauge. Rasanya gurih dan asin, namun rasa kaldunya tak terlalu pekat.
Hidangan mie sop bakso di Warung Rona, Pontianak, Kalimantan Barat TEMPO/Bram Setiawan
Berbeda dengan mie sop bakso, rasa kaldu sapi begitu melekat di lidah. Mulanya sempat mengira seperti menyantap bakso, namun ternyata tak demikian. Hidangan utama menu ini adalah sup sapi yang dicampurkan dengan mi. Tekstur mie yang kenyal dan lembut berpadu nikmat saat dikunyah dengan bakso dan irisan daging sapi.
Untuk menu yang kwetiau goreng, rasa seperti umumnya ada gurih dan manis karena campuran kecap. Namun saat lidah mencecap rasanya, aroma kaldu sapi cukup terasa. Hidangan ini menjadi tak sekadar berasa gurih dan manis, namun sangat terasa daging sapi. Porsinya pun jumbo. Soal harga, untuk mie rebus bakso Rp20.000, mie tiaw goreng sapi bakso Rp22.000, dan mie sop bakso Rp. 20.000.
Mie rebus bakso di Warung Rona, Pontianak, Kalimantan Barat. TEMPO/Bram Setiawan