Al-Maeta Azizatul Fanni adalah bayi yang unik. Jantung bayi perempuan berumur dua setengah bulan ini terletak di dada sebelah kanan. Semestinya, organ yang bertugas memompa darah itu berlokasi di dada sebelah kiri. Maeta, dengan demikian, bisa dibilang sebagai bayi berjantung kidal.
Bagaimana keunikan itu berawal? Pasangan Purwanto dan Riati, orang tua Maeta, warga Dukuhkupang, Surabaya, memastikan proses kehamilan Maeta berjalan lancar. Hanya, Riati, 26 tahun, sempat mengalami kesulitan saat melahirkan Maeta, tepatnya pada 21 Mei lalu. Riati kesulitan mengejan sehingga harus dibantu dengan aliran oksigen dari tabung.
Setelah lahir dengan bobot 3,1 kilogram, hidup Maeta cukup normal. Namun, memasuki umur 19 hari, mulai muncul kejanggalan pada anak kedua keluarga Purwanto itu. Setiap kali menangis, sekujur tubuhnya membiru dan napasnya tersengal-sengal. Kerapnya sesak napas juga membuat Maeta susah menyusu pada sang ibu.
Merasa khawatir, Riati memeriksakan bayinya ke puskesmas setempat. Kemudian, dokter puskesmas menyarankan Maeta secepatnya diperiksa di RS Umum Daerah Dr. Soetomo. Keesokan harinya, dokter RS Dr. Soetomo, memberi tahu Riati bahwa anaknya mengidap kelainan jantung bawaan yang membutuhkan tindakan operasi. "Saya menangis. Mengapa anak saya diberi cobaan seperti itu?" kata Riati.
Maeta pun menginap di rumah sakit. Resep-resep obat mengalir siang dan malam, sehingga Purwanto harus membayar Rp 2 juta hanya dalam waktu seminggu. Sang ayah, 33 tahun, yang sehari-hari bekerja sebagai penarik becak, merasa kewalahan menanggung biaya perawatan Maeta. Apalagi permintaan dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) mentok karena, menurut pejabat yang dihubungi Riati, jatah JPS sudah habis.
Walhasil, bayi Maeta hanya seminggu menjalani rawat inap. Riati memilih jalur pengobatan alternatif, yang jauh lebih murah. Sekali seminggu, seorang dukun mengobati sang bayi dengan menggunakan telur bebek. Telur itu diputar-putar dan dipecahkan di atas dada Maeta. Hasilnya cukup lumayan. Maeta tak lagi mengalami sesak napas. Tubuhnya memang masih membiru saat menangis, tapi kadar birunya sudah jauh berkurang.
Dari sisi medis, kelainan Maeta pasti tak bakal usai hanya dengan memutar dan memecahkan telur. Menurut Teddy Ontoseno, dokter anak di RS Dr. Soetomo, kelainan yang disebut dekstokardia—jantung di sebelah kanan—itu tergolong cukup langka. Kemungkinannya hanya muncul pada satu dari 7.500 kelahiran. "Selama 20 tahun karir saya sebagai dokter, kasus semacam ini terjadi tak lebih dari sepuluh kali," kata Teddy, yang juga spesialis jantung dan pembuluh darah.
Dekstokardia adalah kelainan yang bersumber dari rotasi janin pada tiga bulan pertama kehamilan yang tidak berjalan normal. Ketidaknormalan ini diduga kuat gara-gara perubahan sifat materi genetik (mutasi) sel telur ibu. "Mutasi ini bisa disebabkan infeksi virus, bakteri, atau parasit saat si ibu hamil muda," kata Teddy.
Rotasi yang tak sempurna mengakibatkan seluruh organ dalam seperti jantung, hati, limfa, dan paru berada di seberang posisi normal. "Istilahnya, situs invertus totalis," kata Teddy. Maeta, menurut dugaan Teddy, juga mengalami "kidal" total. Organ yang mestinya ada di kiri berlokasi di kanan, dan sebaliknya. Sayang, pemeriksaan belum komplet saat Maeta dibawa pulang, sehingga dugaan itu belum terbukti.
Nartono Kadri, guru besar perinatologi di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, sepakat dengan pendapat Teddy. Soalnya, seandainya yang salah letak hanya jantung, pasti bakal terjadi gangguan metabolisme serius sehingga bayi tak mungkin bertahan hidup. Sebaliknya, nyawa bayi tetap aman bila yang terjadi adalah kidal organ yang menyeluruh. Metabolisme tetap normal meskipun organ-organ internal terletak di posisi yang tidak sewajarnya. Kenyataannya, Maeta masih bertahan hingga kini. "Artinya, ada hal yang lebih serius ketimbang problem salah posisi," kata Nartono.
Apa gerangan problem serius itu? Selain radang paru (pneumonia), berdasar pemeriksaan Dokter Teddy, pembuluh darah jantung Maeta tersusun kacau. Akibatnya, lalu lintas aliran darah jadi berantakan. Darah segar yang kaya oksigen tercampur darah yang mengandung karbondioksida. Maeta pun kekurangan pasokan oksigen sehingga tubuhnya gampang biru. Kondisi ini membutuhkan pembenahan melalui operasi bedah jantung.
Persoalannya, bukan karena uang bila hingga sekarang Maeta tak kunjung ditangani. Orang tuanyalah yang kini justru berkeberatan anaknya dioperasi kendati ada pihak yang telah bersedia menanggung biayanya. "Kasihan, dia nanti menderita karena harus dibedah," kata Riati.
Mardiyah Chamim dan Wahyu Dhyatmika (Surabaya)
GR
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini