Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Fitri Hudayani, pakar gizi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana Jakarta, membantah mitos yang mengatakan makan daging kambing dapat meningkatkan risiko terkena hipertensi dengan cepat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Daging kambing masuk ke dalam kelompok lauk hewani dengan lemak sedang sehingga sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah yang tidak berlebihan,” katanya, Senin, 17 Juni 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Terkait mitos tersebut, Fitri mengatakan sebenarnya daging kambing memiliki manfaat yang baik bagi tubuh. Sebagai salah satu sumber protein hewani, 40 gram atau setara dengan satu potong daging kambing berukuran sedang mengandung energi sebesar 75 Kkal, protein 7 gram dan lemak 5 gram.
Adapun yang dapat meningkatkan risiko hipertensi adalah penambahan bumbu dalam daging yang dimasak yang tinggi natrium dengan takaran yang banyak. Misalnya garam dapur, kecap, atau bumbu penyebab.
Tidak bikin kolesterol naik
Daging kambing juga tidak meningkatkan kadar kolesterol dalam darah selama mengonsumsinya dalam batas wajar. Hanya gunakan dagingnya dalam kondisi yang bersih tanpa lemak sehingga kambuhnya penyakit dapat dicegah.
“Maka dari itu konsumsinya harus dibatasi dengan bijak,” pesan Fitri.
Ia juga membantah daging kambing tidak boleh dicuci sebelum dimasak. Menurutnya, sangat penting untuk mencuci daging untuk menghindari kontaminasi silang bakteri yang ada pada daging. Kontaminasi silang juga dapat dicegah dengan cara memasak daging kambing sampai matang.
“Sementara penyimpanan daging kambing setelah dari rumah potong hewan (RPH) atau tempat pemotongan harus disimpan dengan baik, tidak dengan tempat terbuka, dan jika disimpan di lemari pendingin jangan dekat dengan makanan lain,” sarannya.