Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pakar nutrisi Sari Sunda Bulan menyatakan, pengenalan makan sehat pada anak-anak harus dilakukan sejak kecil. Bila tidak, risiko kesehatan akan terancam, salah satunya anak berisiko kekurangan gizi.
"Dampaknya kekurangan gizi," ujar Sari usai konferensi pers dalam rangka memperingati International Chefs Day 2017 di Modena Experience Center, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat, 20 Oktober 2017.
Sari menjelaskan, makanan sehat yang dimaksud harus mengandung gizi seimbang. Paling tidak, satu porsi makanan memuat karbohidrat, protein, mineral, dan serat.
Karbohidrat dapat ditemukan pada nasi, mie, dan kentang. Sementara contoh sederhana makanan yang mengandung protein adalah telur. Sementara itu, lanjut Sari, buah dan sayur adalah sumber mineral dan serat. "Itu udah salah satu pondasinya," katanya.
Baca juga:Keahlian Apa yang Wajib Diketahui Saat di Dapur? Ini Kata Chef
Jika gizi seimbang tak terpenuhi, dampaknya beragam lantaran bergantung pada jenis vitamin yang kurang dikonsumsi anak. Misalnya, anak yang kekurangan vitamin C akan mudah sakit dan memar setelah jatuh.
Tak hanya itu, rendahnya vitamin C menyebabkan gusi berdarah. Sebab, kata Sari, salah satu fungsi vitamin C ada menguatkan pembuluh darah.
"Anak-anak makan tapi buah dan sayuran kurang. Biasanya menyebabkan kurang vitamin C," kata Sari.
Risiko lain tak mengkonsumsi makanan sehat sejak dini, yakni sedikitnya kandungan serat dalam tubuh. Hal ini menimbulkan konstipasi atau sembelit yang mengganggu aktivitas manusia.
"Konstipasi itu parah loh bisa bikin keringet dingin dan pusing," ujarnya.
Menurut Sari, dengan makan sayur, buah, dan banyak minum air putih akan membantu melancarkan pencernaan manusia, khususnya buang air besar. Meski begitu, konsumsi makanan sehat juga perlu didukung dengan gaya hidup sehat, seperti aktif berolahraga.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini