BELAWAN, pelabuhan terbesar di Sumatera, bak mau meledak. Pekan
lalu, 16 kapal barang yang lagi bongkar muat, hampir menutupi
seluruh kade pelabuhan sepanjang 2,6 km. Sementara 6 kapal
lainnya antre menunggu tempat lowong di luar pelabuhan.
Pemandangan hampir terjadi setiap hari di Belawan sekarang.
Kesibukan itu disebabkan meningkatnya arus barang yang keluar
masuk sementara kapasitas pelabuhan tetap seperti sediakala.
Selama tahun 19797 pelabuhan ini menampung arus barang sebanyak
4,4 juta ton, sedang kapasitasnya kurang dari 2 juta ton. Kalau
keadaan ini berlanjut terus diperkirakan pada 1983, beban
Belawan meningkat menjadi 6 juta ton. "Angka ini sangat
mengancam," kata Administratur Pelabuhan (Adpel), HG Lutungan
dengan wajah serius.
Pelabuhan Belawan yang didirikan pada akhir 1780-an, sejak 2
tahun ini harus memikul beban yang bertambah berat karena
cepatnya peningkatan arus barang interinsuler dan ekspor-impor.
Dibandingkan 1976, arus interinsuler kini naik 1,2 juta ton
menjadi 2,4 juta ton, sementara arus ekspor-impor meningkat dari
1,8 juta ton menjadi 1,9 ton setahun.
Orici
Sekitar 10% dari arus barang interinsuler ternyata berasal dan
untuk daerah Aceh dan Sum-Bar. Arus barang dari dan ke wilayah
Aceh misalnya, terpaksa melalui Belawan karena pelabuhan Kuala
Langsa di Aceh Timur belum berfungsi. Begitu juga Sum-Bar,
Pelabuhan Teluk Bayur yang berada di pantai barat, belum
disinggahi kapal-kapal secara rutin--karena pantai barat
dianggap jalur pelayaran yang tidak ekonomis. Pedagang-pedagang
di Sum-Bar terpaksa berpaling juga ke Belawan.
Senasib dengan Teluk Bayur, Pelabuhan Sibolga juga berada di
pantai barat Sumatera. Perkebunan karet PTP IV, Hapesong,
Tapanuli Selatan -- tidak jauh dari Sibolga--terpaksa
mengapalkan ekspornya di Belawan. Sebab, karet yang dikirim ke
Singapura--sebelum ke Eropa Barat--lebih dekat melalui Belawan
dibanding Sibolga. Apa boleh buat.
Akibatnya semua barang bermuara dan mengalir ke Belawan.
Barang-barang bertumpuk, kapal-kapal saling berhimpit. Kapal
yang masuk, paling cepat harus menunggu 5 hari untuk mendapat
tempat di kade "Di Medan sering terjadi barang yang masih di
kapal sudah diperjual-belikan," kata Ushuluddin, pengurus
Gabungan Veem & Ekspedisi Indonesia (Gaveksi), Sum-Ut.
Untuk melawan kongesti itu, Adpel Luntungan mencoba
beragai usaha, antaranya membangun lapangan kontainer seluas 3
ha di kawasan pelabuhan dan diharapkan selesai 1981 nanti. Jam
kerja juga ditingkatkan, "kalau perlu 24 jam kerja," kata
Luntungan. Tetapi cara ini menurut Adpel Belawan, perlu disertai
sinkronisasi dengan semua aparat yang berkaitan dengan
pelabuhan, termasuk gudang.
Di sini timbul kesulitan pula soal gudang, terutama untuk
membongkar barang-barang elektronik atau tekstil di tengah
malam. "Kalau hilang, siapa yang bertanggung jawab?" tanya
Ushuluddin. Tambahan lagi pihak Bea Cukai rupanya agak enggan
bekerja di luar jam kantor setelah kebobolan kasus manipulasi
ekspor kopi PT Orici baru-baru ini.
Usaha yang paling penting tentunya perluasan Pelabuhan Belawan
sendiri. Sejak April 1980, Pelabuhan Belawan memang sudah mulai
diperluas dengan bantuan biaya pemerintah Jerman Barat.
Diharapkan pada tahun 1983 -- saat yang dikira paling kritis
untuk Belawan --perluasan kade sepanjang 850 meter dengan
kapasitas 5 kapal itu sudah selesai.
Selain itu tampaknya juga sedang diusahakan memanfaatkan
pelabuhan sekitar Belawan, seperti Kuala Langsa (Aceh), Kuala
Tanjung (Asahan) dan Dumai (Riau), perlu. Presiden Soeharto
sendiri dalam sidang kabinet terbatas 8 Oktober lalu juga telah
mengisyaratkan hal itu.
Kuala Langsa di Aceh Timur mulai tahun ini memang dibenahi.
Jalan yang menghubungkan Langsa dengan pelabuhan sepanjang 9 km
yang selama ini mati, sekarang sudah diaspal. Bulan lalu
pengerukan pelabuhan itu juga dilakukan. "Diharapkan selain
menampung barang dari Aceh, pelabuhan itu bisa menunjang
Belawan," kata Drs. Zainuddin Mard, Bupati Aceh Timur.
Begitu juga Pelabuhan Dumai. Sekarang tengah dibangun jalan yang
menghubungkan Kota Pinang (Kabupaten Labuhan Ratu, Sum-Ut)
dengan Dumai di Riau. Diharapkan pelabuhan ini kelak dapat
menampung arus barang dari Sum-Ut bagian selatan.
Pelabuhan Kuala Tanjung, dibangun PT Inalum dalam kerangka
proyek Asahan. Dalam Master Agreement (MA), ditetapkan salah
satu dari 3 dermaga yang dibangun PT Inalum akan diserahkan
kepada pemerintah, setelah proyek Asahan selesai pada 1984.
"Sampai sekarang secara resmi belum ada pemberitahuan untuk
memakai pelabuhan itu untuk umum, sebelum tahun 1984 seperti
tercantum dalam MA," kata Soerono, Direktur PT Inalum pekan lalu
kepada TEMPO. Apalagi jalan umum ke Kuala Tanjung sampai
sekarang belum ada. "Tetapi kalau memang kemauan Presiden, saya
kira tidak ada soal," tambahnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini