Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Melawan kepadatan belawan

Pelabuhan belawan tak mampu lagi menampung arus barang, usaha-usaha yang dilakukan untuk menanggulangi masalah tersebut a.l: perluasan kade dan sedang diusahakan memanfaatkan pelabuhan sekitar belawan.

25 Oktober 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BELAWAN, pelabuhan terbesar di Sumatera, bak mau meledak. Pekan lalu, 16 kapal barang yang lagi bongkar muat, hampir menutupi seluruh kade pelabuhan sepanjang 2,6 km. Sementara 6 kapal lainnya antre menunggu tempat lowong di luar pelabuhan. Pemandangan hampir terjadi setiap hari di Belawan sekarang. Kesibukan itu disebabkan meningkatnya arus barang yang keluar masuk sementara kapasitas pelabuhan tetap seperti sediakala. Selama tahun 19797 pelabuhan ini menampung arus barang sebanyak 4,4 juta ton, sedang kapasitasnya kurang dari 2 juta ton. Kalau keadaan ini berlanjut terus diperkirakan pada 1983, beban Belawan meningkat menjadi 6 juta ton. "Angka ini sangat mengancam," kata Administratur Pelabuhan (Adpel), HG Lutungan dengan wajah serius. Pelabuhan Belawan yang didirikan pada akhir 1780-an, sejak 2 tahun ini harus memikul beban yang bertambah berat karena cepatnya peningkatan arus barang interinsuler dan ekspor-impor. Dibandingkan 1976, arus interinsuler kini naik 1,2 juta ton menjadi 2,4 juta ton, sementara arus ekspor-impor meningkat dari 1,8 juta ton menjadi 1,9 ton setahun. Orici Sekitar 10% dari arus barang interinsuler ternyata berasal dan untuk daerah Aceh dan Sum-Bar. Arus barang dari dan ke wilayah Aceh misalnya, terpaksa melalui Belawan karena pelabuhan Kuala Langsa di Aceh Timur belum berfungsi. Begitu juga Sum-Bar, Pelabuhan Teluk Bayur yang berada di pantai barat, belum disinggahi kapal-kapal secara rutin--karena pantai barat dianggap jalur pelayaran yang tidak ekonomis. Pedagang-pedagang di Sum-Bar terpaksa berpaling juga ke Belawan. Senasib dengan Teluk Bayur, Pelabuhan Sibolga juga berada di pantai barat Sumatera. Perkebunan karet PTP IV, Hapesong, Tapanuli Selatan -- tidak jauh dari Sibolga--terpaksa mengapalkan ekspornya di Belawan. Sebab, karet yang dikirim ke Singapura--sebelum ke Eropa Barat--lebih dekat melalui Belawan dibanding Sibolga. Apa boleh buat. Akibatnya semua barang bermuara dan mengalir ke Belawan. Barang-barang bertumpuk, kapal-kapal saling berhimpit. Kapal yang masuk, paling cepat harus menunggu 5 hari untuk mendapat tempat di kade "Di Medan sering terjadi barang yang masih di kapal sudah diperjual-belikan," kata Ushuluddin, pengurus Gabungan Veem & Ekspedisi Indonesia (Gaveksi), Sum-Ut. Untuk melawan kongesti itu, Adpel Luntungan mencoba beragai usaha, antaranya membangun lapangan kontainer seluas 3 ha di kawasan pelabuhan dan diharapkan selesai 1981 nanti. Jam kerja juga ditingkatkan, "kalau perlu 24 jam kerja," kata Luntungan. Tetapi cara ini menurut Adpel Belawan, perlu disertai sinkronisasi dengan semua aparat yang berkaitan dengan pelabuhan, termasuk gudang. Di sini timbul kesulitan pula soal gudang, terutama untuk membongkar barang-barang elektronik atau tekstil di tengah malam. "Kalau hilang, siapa yang bertanggung jawab?" tanya Ushuluddin. Tambahan lagi pihak Bea Cukai rupanya agak enggan bekerja di luar jam kantor setelah kebobolan kasus manipulasi ekspor kopi PT Orici baru-baru ini. Usaha yang paling penting tentunya perluasan Pelabuhan Belawan sendiri. Sejak April 1980, Pelabuhan Belawan memang sudah mulai diperluas dengan bantuan biaya pemerintah Jerman Barat. Diharapkan pada tahun 1983 -- saat yang dikira paling kritis untuk Belawan --perluasan kade sepanjang 850 meter dengan kapasitas 5 kapal itu sudah selesai. Selain itu tampaknya juga sedang diusahakan memanfaatkan pelabuhan sekitar Belawan, seperti Kuala Langsa (Aceh), Kuala Tanjung (Asahan) dan Dumai (Riau), perlu. Presiden Soeharto sendiri dalam sidang kabinet terbatas 8 Oktober lalu juga telah mengisyaratkan hal itu. Kuala Langsa di Aceh Timur mulai tahun ini memang dibenahi. Jalan yang menghubungkan Langsa dengan pelabuhan sepanjang 9 km yang selama ini mati, sekarang sudah diaspal. Bulan lalu pengerukan pelabuhan itu juga dilakukan. "Diharapkan selain menampung barang dari Aceh, pelabuhan itu bisa menunjang Belawan," kata Drs. Zainuddin Mard, Bupati Aceh Timur. Begitu juga Pelabuhan Dumai. Sekarang tengah dibangun jalan yang menghubungkan Kota Pinang (Kabupaten Labuhan Ratu, Sum-Ut) dengan Dumai di Riau. Diharapkan pelabuhan ini kelak dapat menampung arus barang dari Sum-Ut bagian selatan. Pelabuhan Kuala Tanjung, dibangun PT Inalum dalam kerangka proyek Asahan. Dalam Master Agreement (MA), ditetapkan salah satu dari 3 dermaga yang dibangun PT Inalum akan diserahkan kepada pemerintah, setelah proyek Asahan selesai pada 1984. "Sampai sekarang secara resmi belum ada pemberitahuan untuk memakai pelabuhan itu untuk umum, sebelum tahun 1984 seperti tercantum dalam MA," kata Soerono, Direktur PT Inalum pekan lalu kepada TEMPO. Apalagi jalan umum ke Kuala Tanjung sampai sekarang belum ada. "Tetapi kalau memang kemauan Presiden, saya kira tidak ada soal," tambahnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus