Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Makanan Super di Sekitar Kita

Superfood tak hanya berasal dari luar negeri. Banyak makanan yang biasa kita konsumsi juga merupakan makanan super.

17 Juli 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hampir tiap kali bersantap, Reisa Broto Asmoro tak pernah lupa menaburkan biji-bijian ke atas makanannya. Bukan sembarang biji-bijian yang ia sebarkan, melainkan bijichiadan quinoa, yang disebut sebagai makanan super aliassuperfood. "Sekitar tahun 2010 sudah mulai mengkonsumsi itu," kata presenter acara televisiDr Oz Indonesia ini, Rabu pekan lalu.

Sebagai dokter, perempuan 31 tahun ini sangat memperhatikan kesehatan tubuh. Dua jenis biji-bijian impor itu membuatnya tetap leluasa menyantap apa pun tanpa perlu khawatir kadar kolesterol dalam darahnya naik. "Dulu saya bisa makan apa saja, tapi lama-lama naik kolesterolnya. Setelah saya kombinasikan chiaseeddengan makanan, bisa turun lagi," ujar Putri Indonesia Lingkungan 2010 ini.

Biji chia merupakan jenis biji-bijian kecildari tanamanSalvia hispanica Lyangtumbuh di Meksiko dan Amerika Selatan.Pamornya mulai naik setelahdokter selebritas di Hollywood, Mehmet Cengiz Öz, mempopulerkannya dalam acara bincang-bincang The Oprah Winfrey Show sembilan tahun lalu. Dokter Öz menyebut biji chia sebagai salah satu makanan super yang mengandung serat, kalsium, mangan, fosfor, tembaga, kalium, zinc, serta asamlemak omega-3yang bisamenurunkan trigliserida.

Sedangkan quinoa merupakanspesies tanaman biji-bijian yang berasal dari wilayah Andean (Pegunungan Andes) di Peru, Bolivia, Ekuador, danKolombia. Di dalam quinoa,tersimpanprotein dua kali lebih banyak dibanding oat,dengan asam amino esensial, serat makanan, vitamin B9 (folat), B6, B2, B1, B3, E, kolin, mangan, fosfor, magnesium, zat besi, zinc, natrium, kalium, dan kalsium.

Sementara Reisa memilih makanan super impor, A. Dudi Krisnadi, 48 tahun, lebih menyukai superfood lokal. Sama seperti Reisa, Dudi mengkonsumsi makanan super sejak 2010. Bedanya, ia memilih daun kelor alias moringa yang ditanam di pekarangan rumahnya. Padahal awalnya Dudi tak menyukai tumbuhan ini. "Di daerah saya, ada mitos daun kelor berhubungan dengan Nyi Roro Kidul," kata pria asal Pangandaran, Jawa Barat, itu.

Namun, lantaran banyak penelitian yang menyebutkan bahwa daun itu memiliki gizi lengkap, Dudi tergelitik mencoba mengkonsumsi daun pohon yang disebutmiracletreeini. Hasil penelitian membuktikan daun kelor antara lain memiliki protein yang kaya asam amino esensial, vitamin C tujuh kali lebih banyak daripada jeruk, vitamin A empat kali lebih banyak dibanding wortel, dan kalsium susu. Tak tanggung-tanggung, ia membuktikan hasil penelitian itu dengan hanya makan daun kelor lebih dari enam bulan tanpa nasi dan lauk. "Daun kelor saja dimasak, kadang dibuat teh," ujarnya.

Menurut Dudi, efeknya "jos", badannya jadi bugar. Kelelahan yang sering menyerang Dudi akibat kebiasaan begadang, merokok, dan minum kopi perlahan-lahan lenyap. Ia pun tak kekurangan gizi meski mengkonsumsi daun kelor saja setiap hari.

Karena khasiat yang dirasakannya ini, Dudi mulai mempromosikan manfaat daun kelor dan mengajari siapa pun yang ingin membudidayakan tanaman ini. Sekitar empat tahun yang lalu, ia digandeng Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat memberikan pelatihan budi daya kelor di Nusa Tenggara Timur untuk mempercepat pemulihan gizi anak balita provinsi itu. Kementerian Kesehatan mencatat NTT termasuk provinsi dengan angka kekurangan gizi tertinggi. "Terbukti daun kelor berhasil memulihkannya," ujar Dudi.

Dua tahun belakangan, daun kelor budi daya tersebut bahkan sudah diekspor, antara lain ke Rumania, Arab Saudi, Cina, Australia, dan Jerman. Permintaannya dari tahun ke tahun terus bertambah. "Rumania saja minta 100 ribu ton daun kelor basah, sedangkan hasil panennya baru sekitar 20 ton per bulan," kata Dudi.

Sejak diperkenalkan beberapa tahun belakangan, permintaan makanan super memang tak pernah sepi. Bukan cuma daun kelor yang banyak dicari. Antonius, pemilik Superfoodindonesia.com, yang kebanyakan produknya berasal dari luar negeri, menyebutkan permintaan superfood impor tetap ramai. Paling tidak, dalam satu bulan, tokonya mengimpor antara lain 1 ton biji chia dan 500 kilogram cranberry kering. "Kadang bisa lebih dari itu," ucapnya.

Antonius tak perlu berlelah-lelah menjelaskan manfaat makanan tersebut kepada para pelanggannya. Mereka kebanyakan sudah tahu informasi itu sebelum menyambangi toko online-nya. "Hasilnya pada tiap orang juga bisa berbeda. Ada yang berhasil, ada yang tidak, tergantung kondisi tubuhnya. Jadi kami memilih tidak menjelaskan," tuturnya.

Menurut dokter ahli gizi Tan Shot Yen, makanan yang dikatakan sebagai superfood biasanya kaya antioksidan, punyasifat mencegah penyakit degeneratif yang ditakuti kebanyakan orang zaman sekarang, seperti hipertensi, kencing manis, stroke, dan kanker. Umumnya penyakit tersebut dipengaruhi oleh gaya hidup.

Tan mengatakan konsumsi makanan super tak boleh sembarangan, harus sesuai dengan takaran. Daun kelor, misalnya, memang memiliki kandungan manfaat. Jurnal kesehatan Med India pada 2014 mempublikasikan tumbuhan ini bisa mengatasi masalah kegemukan sekaligus kurang gizi karena kandungannya yang lengkap. Selain itu, bisa mencegah kanker ovarium, mengontrol diabetes, dan mencegah dislipdemia.

Namun, dalam publikasi yang sama, kata Tan, disebutkan pula efek negatifnya. Meskipun UNESCO menganjurkan tumbuhan tersebut sebagai sumber gizi yang tidak beracun dan mudah dicerna, tetap ada batasnya. Akar pohon kelor mengandung spirochin alkaloid, yakni toksin neuro-paralitik potensial dan dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Daun kelor juga memiliki sifat pencahar, sehingga saat dimakan dalam jumlah banyak bisa menyebabkan sakit perut, jantung terbakar, dan diare.

Adapun memakan daun kelor langsung tanpa dimasak lebih dulu bisa menyebabkan rasa terbakar di dada. Rasanya juga tak begitu menyenangkan sehingga, saat pertama kali makan, apalagi dalam jumlah banyak, bisa menyebabkan muntah. Bahan kimia pada akar, bunga, dan kulit kayunya juga mesti dihindari oleh ibu hamil karena bisa menyebabkan kontraksi dan meningkatkan risiko keguguran.

Menurut Tan, selain daun kelor, masih banyak makanan super di sekitar kita. Makanan yang kita konsumsi sehari-hari, seperti bumbu dapur yang dicemplungkan ke dalam makanan kita, juga punya manfaat mencegah penyakit degeneratif. "Ada kunyit, jintan, lengkuas, dan jahe yang kaya antioksidan. Kita juga punya daun kemangi," tuturnya.

Masalahnya, kata Tan, cara masak dan cara makan kita banyak yang salah. Saat memasak kari, misalnya, santannya dihangatkan berkali-kali. Dikonsumsinya pun bersama dengan nasi putih hangat yang jumlahnya melebihi kebutuhan tubuh. Akhirnya lambat-laun muncullah penyakit degeneratif.

Namun, secara umum, konsumsi makanan apa pun, termasuk superfood, harus tetap diimbangi dengan konsumsi makanan yang sehat seimbang, tetap beraktivitas fisik, dan terkena sinar matahari sebagai sumber vitamin D. Sebab, akan percuma jika hanya mengkonsumsi makanan super tanpa bisa mengelola stres yang berdampak munculnya penyakit."Penting memahami stres dan berusaha hidup lebih selaras, punya keseimbangan antara waktu kerja, keluarga, dan merawat diri," ucap Tan.

Nur Alfiyah


Menurut dokter ahli gizi Tan Shot Yen, makanan yang dikatakan sebagai superfood biasanya kaya antioksidan, punyasifat mencegah penyakit degeneratif yang ditakuti kebanyakan orang zaman sekarang, seperti hipertensi, kencing manis, stroke, dan kanker. Umumnya penyakit tersebut dipengaruhi oleh gaya hidup.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus