Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Observatorium Athena, Gereja Luther, dan Rembrandt

Mengambil momentum Documenta, banyak pameran paralel diadakan baik di Athena maupun Kassel. Beberapa lebih kuat daripada karya di Documenta.

17 Juli 2017 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NATIONAL Observatory Athens. Bangunan ini diresmikan pada 1846, hanya 14 tahun setelah Yunani memaklumatkan kemerdekaan dari Turki Ottoman pada 1832. Terletak di bukit Nymphs, Athena, jalan ke sana menanjak di antara perumahan dan terasa agak melelahkan. Observatorium tersebut dibangun dengan biaya Duta Besar Yunani untuk Austria kala itu, George Sinas. Dia dikenal amat peduli terhadap masalah sains dan kosmos. Observatorium tersebut menjadi tempat pertama para astronom modern Yunani mengamati bintang.

Di dalam bangunan berkubah blenduk itu, kita masih bisa melihat teleskop lama dan peralatan perbintangan abad ke-19. Salah satu jendela menghadap ke Akropolis. Parthenon tampak kecil di kejauhan. Jarak antara observatorium dan Akropolis mungkin hanya beberapa kilometer. Di sebuah jendela disediakan sebuah teropong yang memungkinkan kita melihat lekuk-lekuk Parthenon.

Memasuki pintu gerbang depan, kita mengambil jalan setapak melingkar untuk mencapai observatorium. Kanan-kiri ditumbuhi beragam jenis semak dan rumput tinggi hijau, sayur-sayuran, serta dedaunan besar. Menyegarkan, dari sela-sela tetumbuhan itu mencuat buah-buahan: labu-labu merah bundar besar atau buah bundar kuning seperti jeruk. Bukit ini seluruhnya hijau.

Mulanya agak membingungkan karya seniman Argentina, Adrian Villar Rojas, dipasang di tempat ini. Rojas mendapat komisi dari yayasan NEON milik kolektor Dimitris Daskalopoulos untuk membuat instalasi di bukit Nymphs. Memasuki observatorium, hanya ada sejumlah teropong, sementara di depan observatorium terdapat tumpukan besar bonggol kayu tua. Itukah karya Rojas? Ternyata seluruh tanaman di jalan itu juga karya Rojas.

Kita langsung bisa merasakan skala instalasi yang "gigantik" dan kesintingan Rojas. Ini jelas karya yang lebih edan daripada karya-karya Documenta yang dipamerkan di galeri, museum nasional, atau kampus Athena. Bukit itu luasnya 4.500 meter persegi. Menurut keterangan pemandu di situ, mulanya memang di area observatorium dan bukit Nymphs terdapat pohon-pohon. Tapi tanahnya kering dan tandus. Rojas membawa sampai hampir 2.000 karung tanah untuk membuat lapis kedua tanah. Ia mempekerjakan banyak tukang untuk menanam sayur-sayuran dan lain-lain mulai Desember 2016. "Setelah enam bulan, tanaman tumbuh lebat," kata sang pemandu. Dan bukit yang tadinya gersang itu sekarang hijau royo-royo.

Pada permulaan, Rojas melakukan negosiasi dengan Badan Arkeologi Yunani. Keseluruhan area observatorium di bawah pengawasan Greece's Central Archaeology Council. Seseorang tidak boleh melakukan ekskavasi sembarangan di situs itu. Rojas kemudian membawa 26 jenis spesies tanaman yang jumlahnya sampai 46 ribu. Dari jagung, melon, bambu, sampai artichoke.

Selain menghijaukan bukit, di sisi bukit yang terdapat ceruk-ceruk gua, Rojas memasang instalasi berupa kotak-kotak besar kaca. Temanya War Zone. Kotak-kotak itu diletakkan sesuai dengan kontur tanah yang miring. Di dalam kotak-kotak itu kita melihat terdapat senjata-senjata atau mitraliur yang diselimuti tanah. Juga kotak kaca yang berisi replika dari tulang-tulang fosil Australopithecus hingga replika kendaraan mobil beroda besar NASA yang digunakan untuk mendarat di Mars 2012. Termasuk replika kostum Apollo Neil Armstrong saat mendarat di bulan dan sepatu bot militer tentara Argentina tatkala perang Malvinas. Dengan semua ini, Rojas ingin berbicara tentang satu hal: kolonialisme.

l l l

SAMA dengan di Athena, di Kassel banyak pameran yang penyelenggaraannya seiring dengan Documenta. Kalau Anda ke Kassel, mampirlah ke Karlskirche Kassel, gereja Protestan. Tahun ini adalah tepat 500 tahun reformasi gereja yang dilakukan Martin Luther. Di mana-mana di Jerman, orang merayakan 500 tahun pemikiran Martin Luther. Menyambut itu, Karlskirche Kassel menyajikan pameran "Luther und Die Avantgarde" yang--sebagaimana Documenta--berakhir pada September nanti. Di situ disajikan sound sculpture karya seniman perempuan India, Shilpa Gupta.

Masuk ke gereja, suasana temaram. Tenang. Ruang utama gereja dikosongkan dari kursi-kursi ibadah. Tepat di tengah dari langit-langit, digantungkan sebentuk instalasi. Dari jarak lima meter pun--karena hanya secercah cahaya yang menimpa--materi instalasi itu tak jelas benar. Bentuk instalasi itu mirip sarang besar tawon atau sekumpulan tandan buah anggur.

Instalasi itu mengambang tak menyentuh tanah. Dari instalasi itu, muncul sayup suara celotehan dan senandung orang. Setelah didekati, ternyata--ini luar biasa--tampaklah materi instalasi yang terdiri atas ribuan mikrofon yang direkatkan bersama. Ini karya lama Shilpa Gupta. Namun, saat ditempatkan di gereja, suasana baru bisa didapat. Terasa khidmat.

Apalagi akustik gereja yang bagus. Suasana menjadikan kita betah berlama-lama meski ruangan cenderung gelap. Bisikan dari mikrofon itu terasa bisikan kudus. Dalam teks yang ditempel di dinding, suara itu mengucapkan kalimat: I keep falling at you, your garden is growing on me, I will take it away with me, to a land which you can mark no more. "Shilpa Gupta mengatakan kepada saya bahwa instalasinya dibuat dari 1.500 mikrofon," ujar penjaga.

Satu lagi, bila Anda di Kassel, jenguklah pameran reguler di kastil Wilhelmshohe, yang menyajikan koleksi old master Eropa. Memang ini pameran yang bisa disaksikan kapan pun tanpa perlu menunggu datangnya Documenta. Koleksi dikumpulkan sejak penguasa Kassel abad ke-16, Landgraf Wilhelm VIII, yang lahir pada 1682.

Wilhelmshohe merupakan sebuah kompleks bangunan dengan taman yang luas. Bangunan utama kastil tiga lantai yang menghadap kebun luas dan ke arah air mancur Herkules adalah tempat pameran. Wilhelm VII dikenal sebagai pemburu lukisan Barok Belanda dan Flemish. Ia aktif berkorespondensi dengan art dealer di Amsterdam dan mengikuti lelang-lelang Belanda. Di kastil ini, Anda bisa menyaksikan sejumlah lukisan potret karya Rembrandt. "Lukisan Rembrandt di sini lebih banyak daripada koleksi Risjk Museum di Belanda. Memang lukisan seperti Night Watch ada di Belanda, tapi yang potret lebih banyak di sini," kata Franz Xaver Augustin, sejarawan yang kini menjadi Direktur Goethe Myanmar.

Tidak hanya melihat lukisan Rembrandt, di sini Anda juga bisa menikmati lukisan Rubens, Titian, dan Anthony van Dyck. Wilhelm VIII menjalin persahabatan dengan art dealer di The Hague, Belanda, bernama Gerard Hoet. Hoet-lah yang aktif mencarikan lukisan maestro serta melakukan lobi dan negosiasi dengan pemilik lama lukisan, dari petinggi militer sampai bangsawan. Seperti diutarakan di buku katalog sejarah pengoleksian barang antik dan lukisan Galeri Wilhelmshohe, pada 1749, misalnya, Gerard Hoet mengirim paket ke Wilhelm VIII di Kassel. Paket itu berisi enam lukisan kelas wahid, di antaranya karya Anthony van Dyck, Portrait of Spaniard dan Portrait of Sebastian Leerse with His Wife and Son. Juga lukisan Rubens: The Victor's Triumph.

Gerard Hoet juga membantu Wilhelm VIII mendekati keluarga Valerius Rover, kolektor ternama di Delft, Belanda, tatkala Rover meninggal. Dia mendekati keluarga Valerius Rover dengan diam-diam karena menghindari persaingan dengan kolektor ternama lain di Belanda. Dari keluarga Rover, akhirnya Hoet bisa membeli untuk Wilhelm VII sebanyak 64 lukisan maestro. Di antaranya delapan lukisan karya Rembrandt: Old Man with a Gold Chain, The Portrait of a Man Sharpening a Quil, Saskia in Profile, Self-Portrait with Helmet, dan Portrait of Nicolaes Bruyningh.

Pada 1752, koleksi Rembrandt di kastil Kassel bertambah. Wilhelm VIII mendapatkan karya Rembrandt Portrait of a Standing Gentleman dari art dealer Denmark bernama Gerhard Morell, yang bekerja di Hamburg. Lalu, sekali lagi dari Gerard Hoet, ia mendapatkan karya Rembrandt berjudul Winter Landscape. Dan, dari art dealer yang tak diketahui namanya, Wilhelm menerima masterpiece Rembrandt Jacob Blessing the Sons of Joseph. Ia juga membeli langsung karya Rembrandt berjudul Holy Family with Curtain dari kolektor Willem Lormier. Dia melebarkan perburuan ke Paris, Brussels, Antwerp, dan Venesia. Di kota-kota itu, Wilhelm banyak menjalin kontak dengan art dealer, agen, dan kolektor.

Di galeri Kassel, setelah menikmati karya kontemporer Documenta di berbagai penjuru Kassel, kita sejenak dilempar ke lorong waktu: menikmati karya-karya klasik maestro yang betapapun "kuno" tapi tak kalah dengan instalasi kontemporer Documenta. Masing-masing memiliki kekuatan sendiri. "Raden Saleh dulu pernah berkunjung ke kastil ini," ucap Franz Xaver Augustin. Apalagi membayangkan Raden Saleh pernah melihat-lihat koleksi lukisan di sini. Tentu ia menyaksikan lukisan Rembrandt, Rubens, Albrecht Durer, Antonio Belluci, dan Bartholemeus Breenberg yang kini dipajang.

Yang menjadi pertanyaan: mengapa lukisan-lukisan ini tak ikut luluh-lantak tatkala Kassel dibombardir pada 1943? Di buku disebutkan bahwa istana pribadi di Jalan Frankfurter, Kassel, juga koyak-moyak dan banyak lukisan harus direstorasi. Tapi kastil ini, karena letaknya jauh dari jantung Kota Kassel, tak ikut terkena bom, dan ratusan koleksi lukisan terselamatkan. "Mungkin juga lukisan-lukisan ini disembunyikan di bawah tanah," ujar Xaver. Itulah Kassel: yang kontemporer dan yang klasik bisa kita nikmati bersama.

Seno Joko Suyono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus