Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Survey yang dilakukan oleh peneliti dari Universitas Indiana di Amerika Serikat menunjukkan remaja lebih sering menggunakan kondom dibanding orang dewasa. Sebanyak 60 persen remaja perempuan menggunakan kondom saat melakukan hubungan intim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Sementara itu, hanya 24 persen perempuan dewasa dengan rentang usia 25-34 tahun yang kedapatan menggunakan kondom, sungguh angka yang mengejutkan. Survey lain yang sudah dipublikasikan melalui The Journal of Sexual Medicine menyayangkan tingkat kesadaran penggunaan kondom yang begitu rendah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Meski penggunaan kondom tidak menjamin 100 persen Anda akan terbebas dari penyakit menular seksual, seperti klamidia, gonorrhea, HIV, dan herpes, setidaknya kondom dapat membantu mengurangi risiko terserang penyakit tersebut.
“Tidak ada toleransi bagi setiap orang yang ingin melakukan hubungan intim namun tidak menggunakan kondom,” ujar ahli urologi, Jennifer Berman.
Mengapa kebanyakan orang sangat pasif untuk masalah perlindungan? Orang dewasa di usia 20-30 tahun mengatakan mereka menjalin hubungan monogami, di mana suami tidak menikah lagi dengan orang lain, begitu pula dengan istrinya, sehingga tidak merasa perlu menggunakan kondom saat berhubungan seks.
“Meski menjalin hubungan monogami bukan berarti tidak peduli dengan infeksi penyakit menular dan kehamilan,” ujar Leslie M. Kantor, direktur Planned Parenthood Federation of America.
Kantor menambahkan, “Kondom sangat direkomendasikan untuk mengontrol kehamilan, 98 persen efektif jika digunakan secara benar. Kondom juga dapat membantu laki-laki mengontrol ereksi. Kondom membuat ereksi lebih lama. Dengan kata lain, sensasi menyenangkan dapat dirasakan oleh kedua belah pihak sebelum akhirnya mencapai klimaks.”
Selain murah, kondom juga sangat mudah digunakan dan memiliki banyak manfaat.
“Kondom yang beredar saat ini jauh lebih tipis dibanding 10 tahun lalu, mulai dari bentuk, ukuran, tekstur, hingga aromanya pun sangat beragam. Beberapa di antaranya bahkan dilengkapi dengan bintik-bintik pada permukaannya untuk menstimulasi penis maupun klitoris,” ungkap Michael Reece, direktur Center for Sexual Health Promotion di Universitas Indiana, dikutip dari ABC News.