UPAYA menyelamatkan jiwa orang memang tak cukup dengan sekadar mengandalkan kemajuan teknologi belaka. Mengambil organ tubuh orang sudah mati dan yang masih hidup serta memperpanjang umur dengan jalan pencangkokan, misalnya, juga sudah lama bukan soal baru. Namun, kalau usaha menolong jiwa orang dilakukan dengan sengaja melahirkan bayi lebih dahulu mungkin baru pertama ini terjadi. Bayi perempuan yang beratnya sekitar tiga setengah kilogram itu akan dijadikan calon donor. Ia lahir Selasa dua pekan lalu, di Queen of the Valley Hospital, daerah luar kota West Covina, Los Angeles, AS. Bayi yang kemudian diberi nama Marissa Eve itu disambut lebih dari hanya sekadar anggota keluarga baru. Kelahiran Marissa bahkan sebagai tumpuan harapan seluruh keluarga untuk menolong kakak kandungnya, Anissa Ayala, yang menderita leukemia. Dari si adik baru itulah Anissa, 1 tahun, berharap memperoleh sumsum tulang menyembuhkan penyakitnya. Leukemia adalah penyakit kanker darah yang menghancurkan sel -sel darah putih yang sangat dibutuhkan oleh tubuh karena berfungsi sebagai pasukan tentara pembasmi penyakit. Biasanya leukemia diatas dengan membunuh sel-sel pembunuh itu dengan kemoterapi atau radiasi. Kemudian, sumsum dari donor yang cocok biasanya saudara kandung -- dicangkokkan sehingga bukan saja menghentikan proses penghancuran itu, melainkan juga mampu memproduksi sel-sel darah yang sehat. Menurut Mary Ayala, istri Abe Ayala setelah mereka menunggu hampir dua tahun, Lembaga Nasional untuk Program Bantuan Sumsum Tulang gagal memperoleh donor hidup untuk Anissa. Kemungkinan mendapat donor yang cocok sangat tipis -- cuma bisa diperoleh dari satu di antara 20.000 orang. "Kami hanya bisa berpangku tangan, tanpa mampu melakukan sesuatu, kecuali menunggu Anissa mati," ujar Ayala. Agaknya, rasa putus asa keluarga Ayala telah mendorong sebuah rencana yang sangat riskan: Mary boleh melahirkan bayi lagi, dengan harapan diperoleh sumsum tulang yang cocok buat Anissa. Ini seperti permainan taruhan, karena banyak faktor yang menghambat jalannya rencana tersebut. Abe Ayala sendiri sudah menjalankan operasi vasektomi sejak 16 tahun lalu. Ia ayah dua anak, yaitu Anissa dan abangnya, Airon, 19 tahun. Membuka kembali operasi vasektomi itu -- agar bisa memperoleh anak lagi -- memberi kemungkinan 50 persen berhasil. Mary Ayala malah sudah berumur sekitar 45 tahun, yang, menurut dokter, kemungkinan bisa mengandung diperkirakan cuma 73 persen. Dan yang paling dirisaukan: kalau bayi yang lahir itu untuk menjadi donor yang cocok, diperkirakan cuma 25 persen saja. Ternyata, pertaruhan yang dilakukan oleh keluarga Ayala memberi hasil. Setelah bayi itu diperiksa dokter melalui tes janin, terbukti bisa diperoleh sumsum yang cocok dengan Anissa. "Marissa adalah bayi ajaib kami," ujar Ayala kepada wartawan The New York Times 7 April lalu. Namun, tantangan bagi keluarga Ayala belum selesai. Menurut Patricia Konrad dokter yang akan melakukan transplantasi itu, walau leukemia Anissa sendiri dalam keadaan stabil, kemungkinan suksesnya pencangkokan 70 sampai 80 persen saja. Transplantasi akan dilakukan dalam waktu enam bulan ini. Mereka harus menunggu bayi itu besar untuk mendapatkan sumsum yang cukup. Kalau dari donor dewasa dibutuhkan sumsum sebanyak 24 ons, tetapi Dr. Konrad sudah akan merasa beruntung bila untuk Anissa, ia bisa memperoleh separuh saja dari tubuh Marissa. Dalam kasus keluarga Ayala tadi, persoalan yang muncul memang bukan cuma niat baiknya untuk menolong Anissa. Bahkan sekarang ada pendapat yang mempersoalkannya dari sudut moral: melahirkan manusia untuk menolong manusia lain. Mereka menganggapnya bahwa bayi itu dilahirkan bukan sebagaimana anak manusia itu lahir, tapi untuk tujuan tertentu. Anggapan ini tentu saja membikin sakit hati keluarga Ayala. "Kami akan tetap mencintai bayi itu sekalipun misalnya sumsum tulang yang diharapkan mampu menolong saudaranya ternyata tidak cocok nanti," ujar Ayala. Yusril Djalinus
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini