Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyanyi Mark Westlife dan tunangannya, Cailean O’Neill telah resmi menjadi ayah. Mark, yang bernama lengkap Mark Feehily dan pasangannya itu menjalankan program surogasi alias perjanjian dengan seorang ibu yang mengandung untuk nantinya anak dibesarkan oleh orang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari Instagram pribadi Mark Westlife, @markusmoments, ia pun menunjukkan foto dirinya dan sang kekasih yang sedang membawa bayi. “Bayi Layla lahir dengan selamat pada 1 Oktober 2019 pukul 7.27 malam. Kami adalah dua ayah yang berbahagia,” tulisnya pada keterangan foto tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam sebuah keluarga, biasanya Anda akan mendapatkan orang tua berupa ayah dan ibu. Namun dalam kasus Mark Westlife, si anak akan mendapatkan dua orang ayah sekaligus. Apakah ada dampak psikologisnya?
Melansir dari situs Parents.com, profesor bidang psikologi anak di University of Texas, Amerika Serikat, Mark Regnerus mengatakan bahwa sejak kecil, anak akan merasa kesulitan untuk mendapatkan kebutuhan nutrisi yang maksimal.
Khususnya pada pasangan laki-laki yang keduanya tidak mengeluarkan Air Susu Ibu. “Bayi hingga usia enam bulan membutuhkan pasokan ASI eksklusif. Ini adalah nutrisi tertinggi dan terpenting untuk kehidupannya. Tentu para ayah tidak bisa memberikannya,” katanya.
Selanjutnya, anak-anak juga akan mengalami kesulitan dalam mengenal struktur keluarga. Regnerus mengatakan secara konstruktif, keluarga terdiri seorang ayah, ibu dan anak-anak. Namun bagi pasangan sejenis, tentu terdapat anggota yang absen dari tatanan tersebut. “Anak akan merasa bingung dan terus bertanya-tanya karena kehilangan sosok yang juga penting dalam keluarga, entah ibu ataupun ayah,” katanya.
Terakhir, anak-anak pun bisa mengalami depresi dan tingkat stres yang tinggi. Terlebih saat teman-teman di sekitarnya menjunjung tinggi pola keluarga yang terkandung dalam masyarakat. Akibatnya, anak mungkin saja akan sering mengalami diskriminasi hingga perundungan. “Ketika anak dianggap berbeda dan dikucilkan, dia akan rentan mengalami masalah psikis dan mental,” katanya.
SARAH ERVINA DARA SIYAHAILATUA | INSTAGRAM | PARENTS.COM