Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Megawati Sebut Ketergantungan Beras Sebabkan Orang Rentan Diabetes, Benarkah Demikian?

Apakah benar ketergantungan mengonsumsi beras sebabkan diabetes seperti yang dikatakan Megawati? Benarkah nasi penyebab diabetes?

3 Oktober 2023 | 06.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Megawati Soekarnoputri menyatakan bahwa masyarakat Indonesia sangat bergantung pada beras yang dapat meningkatkan risiko terkena diabetes atau penyakit gula.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Tingginya konsumsi beras membawa implikasi terhadap kesehatan, mungkin sekarang yang masuk tertinggi adalah sakit gula atau diabetes," kata Megawati di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat, 29 September 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dikutip dari Antaranews, sebelumnya, dia menyinggung tentang peningkatan harga beras yang terjadi belakangan ini. Ini mencerminkan sejauh mana ketergantungan masyarakat terhadap konsumsi beras.

"Beberapa pekan terakhir ini, Indonesia telah merasakannya, dihadapkan pada persoalan kenaikan harga beras dan kebutuhan pokok lainnya. Kalau kembali dilihat karena kita ternyata tergantung sekali dalam kehidupan kita untuk mengonsumsi beras," ujar Megawati.

Dia mengutip data yang menunjukkan bahwa tingkat konsumsi beras per kapita di Indonesia melebihi angka yang disarankan. "Tingkat konsumsi beras per orang mencapai 96 kilogram, yang merupakan yang tertinggi di dunia. Namun, konsumsi beras yang sehat seharusnya sekitar 65 kilogram per orang per tahun," katanya.

Benarkah Makan Nasi Sebabkan Diabetes?

Menurut Healthline, salah satu makanan penyebab diabetes adalah karbohidrat olahan tinggi seperti yang terbuat dari tepung putih, gula putih, dan beras putih. Pada dasarnya makanan tersebut adalah makanan utuh yang telah kehilangan serat dan gandum utuh yang penting, serta vitamin, dan mineral yang sehat.

Kalori yang tidak mengandung nutrisi, dengan kandungan gula yang tinggi adalah pelaku utama diabetes dan harus dihindari. Karena sangat mudah dicerna, makanan-makanan ini dapat menyebabkan lonjakan kadar gula darah dan insulin. Seiring berjalannya waktu, ini dapat menyebabkan diabetes tipe 2.

Bukti Penelitian

Menurut sebuah studi tahun 2007 dalam jurnal Archives of Internal Medicine, diet tinggi karbohidrat yang sangat diproses meningkatkan risiko diabetes tipe 2 sebesar 21 persen pada wanita Cina, dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi diet kaya makanan utuh.

Suatu penelitian yang diterbitkan British Medical Journal pada 2012 juga menjelaskan bahwa orang yang makan beras lebih banyak, yakni tiga hingga empat porsi sehari memiliki risiko 1,5 kali lebih besar untuk mengidap diabetes dibandingkan dengan orang yang makan jumlah beras yang paling sedikit.

Beras putih memiliki indeks glikemik tinggi, yang berarti dapat menyebabkan lonjakan gula darah. Penelitian sebelumnya telah menghubungkan makanan dengan indeks glikemik tinggi dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2.

Hasil penelitian ini lebih kuat untuk orang di negara-negara Asia, yang rata-rata mengonsumsi tiga hingga empat porsi beras putih perhari. Sebaliknya, orang di negara barat rata-rata hanya mengonsumsi satu hingga dua porsi seminggu.

Untuk mengurangi risiko diabetes, batasi konsumsi makanan yang terbuat dari karbohidrat yang sangat diproses, seperti roti, muffin, kue, biskuit, dan pasta, dan lebih memilih opsi gandum utuh. Ganti karbohidrat olahan seperti beras putih dan roti putih ke konsumsi lebih banyak biji-bijian utuh.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus