Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Imlek Bareng PDIP, Ahok Cerita Pengalaman Triple Minoritas Saat Pilkada

Ahok menyebut sebagai triple minoritas. Tionghoa, non-muslim, dan berasal dari Belitung.

12 Februari 2021 | 15.53 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Komisaris Utama PT Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok turut hadir dalam acara 'Imlekan Bareng Banteng' di kantor DPP PDIP Diponegoro, Jakarta pada Jumat, 12 Februari 2021. Dalam kesempatan itu, Ahok bercerita pengalamannya sebagai triple minoritas memenangkan Pilkada, mundur dari Gubernur DKI Jakarta, hingga gabung ke PDIP.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ahok menyebut sebagai triple minoritas, tentu banyak yang takut mengusung dirinya sebagai calon kepala daerah. Dia Tionghoa, non-muslim, dan berasal dari Belitung. Bahkan pada Pilkada DKI Jakarta 2012, ujar Ahok, banyak yang menolak Ahok sebagai calon wakil gubernur pendamping Joko Widodo atau Jokowi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saya dengar banyak yang mengusulkan agar pendamping Pak Jokowi itu bukan saya, karena saya dianggap akan menurunkan nilai seorang Jokowi. Sebab saya Tionghoa, agama saya juga bukan mayoritas. Tapi bagi Ibu Megawati tidak, dia menilai berdasarkan meritokrasi, bisa kerja atau tidak," ujar bekas Gubernur DKI Jakarta itu.

Sama halnya ketika mencalonkan diri kembali sebagai calon Gubernur DKI Jakarta pada Pilkada 2017, ujar Ahok, banyak sekali orang yang meminta dirinya mundur supaya tidak mengganggu "keharmonisan". "Tapi Ibu Mega tetap pilih karena saya dinilai bisa kerja," ujar Ahok.

Atas dasar penilaian itu pula, lanjut Ahok, menjadi salah satu alasan ia memutuskan bergabung ke PDIP pada 2019. Ia menganggap PDIP sebagai rumah besar kaum nasionalis yang memperjuangkan kepentingan semua anak bangsa tanpa membedakan suku, agama, ras, dan antar golongan.

Ahok berharap pengalamannya itu dapat menjadi pelajaran bagi seluruh golongan minoritas di Indonesia yang ingin masuk dan berjuang di dunia politik.

"Yang penting kita jangan pernah kompromi ketika bicara kebenaran dan keadilan. Ketika Anda memutuskan menjadi politisi, Anda sudah harus siap mengorbankan diri untuk kepentingan orang banyak. Jangan takut miskin. Kalau mau kaya, jangan jadi politisi, ya jadi pengusaha saja," tutur Ahok.

DEWI NURITA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus