SUDAH sejak awal para ahli sadar bahwa HIV -- virus penyebab AIDS -- melakukan serangan tersembunyi. Tanpa tanda, tiba-tiba saja seseorang yang tertular virus ini mendapat AIDS. Para ahli memperkirakan, penggerogotan diam-diam ini berlangsung sejak penularan awal, delapan tahun sebelum tanda pertama menurunnya imunitas. Karena tidak adanya aba-aba itu, para peneliti bertanya: di mana HIV (human immunodeficiency virus) bersembunyi selama delapan tahun? Dan apa yang dikerjakannya? Misteri ini akhirnya diungkapkan. Hampir bersamaan, sejumlah penelitian di Eropa dan Amerika berhasil membongkar siasat gelap HIV. Dua pekan lalu Science Times memublikasikan penemuan tersebut. Hasil penelitian ini membangun pemahaman tentang tahap-tahap HIV menyerang kekebalan tubuh. Proses penyusupan HIV itu menakjubkan. Virus pembunuh yang mengerikan ini memanfaatkan banyak mekanisme tubuh, khususnya imunitas, yang beberapa di antaranya belum diketahui. Dalam menyerang tubuh seseorang, HIV memang menyiapkan perang panjang. Dan untuk mencapai sasarannya, virus ini melakukan penyerbuan bertubitubi. Kemudian menyusun penyusupan, bertahan untuk mengumpulkan kekuatan, dan baru membuka serangan terakhir. Tak sedikit HIV yang mati dalam serbuan pertama. Kenyataan ini ditemukan Luc Montagnier, ahli dari Institut Pasteur Paris yang juga penemu HIV. Target serangan HIV adalah sel darah putih, sel T (khususnya T4), yang punya peran dalam sistem kekebalan tubuh. Sel T bisa disebut "panglima" imunitas karena dari sel ini turun perintah memproduksi antibodi untuk menyerang bibit penyakit. Ketika HIV menyusup ke darah, sel T4 yang pertama diserangnya. HIV berusaha menduduki sel T4. Dengan menguasai kode genetik di inti sel ini, HIV menjadikan mekanisme pembelahan sel di sini menjadi alat berkembang biak. Bila serangan terjadi cukup gencar, jumlah sel T4 turun, hingga tinggal 20%. Penurunan jumlah ini tidak sampai menimbulkan AIDS, hanya perasaan lemah seperti kena flu. Karena itu, banyak penderita lalu menjadi tak sadar telah tertular HIV. Namun, pada tahap awal penularan ini tubuh mengadakan perlawanan. Pada tahap awal ini HIV biasanya kalah. Jumlah sel T4 naik lagi sampai mencapai 90%. Pada masa ini penderita merasa sehat walafiat. Namun, HIV ternyata tidak menyerah dan berusaha terus menguasai sel T4. Di akhir pertarungan, pada penderita AIDS jumlah sel T4 biasanya menurun tajam sampai hanya 300 per milimeter darah, yaitu sepertiga dari jumlah normal. Selama ini tidak seorang pun dokter mampu mendeteksi proses penggerogotan yang sebenarnya berlangsung perlahan itu. "Ini karena pemeriksaan terkonsentrasi pada penghitungan sel T4 pada darah," kata Dr. Anthony Fauci, Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional Amerika Serikat. "Padahal, sebagian besar sel T4 tidak bersarang di darah." Penelitian terbaru menemukan bahwa jumlah sel T4 dalam darah memang tak pernah banyak. Hanya 2%. Selebihnya bersarang di kelenjar getah bening, limpa, dan sumsum tulang belakang. HIV menyusup justru di jaringan organ yang luput dari pemeriksaan itu. Dengan bersembunyi di limpa dan kelenjar getah bening, yang letaknya berdekatan, virus ini menunggu sel T4 yang lewat. "Sekarang kita tahu, di organorgan inilah terutama terjadi penginfeksian selsel T4," kata Fauci. Penghitungan jumlah sel T4 di sini memang menunjukkan penurunan bertahap. Dan tahutahu menurun seperti dalam darah. Luc Montagnier menemukan gejala lain. Ia memperkirakan, bukan hanya HIV yang merusakkan selsel T4. Terjadi saling serang di antara selsel darah putih sendiri. Dr. William Haseltine dari Harvard School of Medicine menemukan sel darah putih lain yang menyerang sel T4. Sel ini adalah sel-sel dendritik. Dalam sistem pertahanan tubuh, sel dendritik "ditempatkan" di jaringan mukus dan bagian bawah kulit. Jaringan mukus terdapat pada lapisan kulit halus seperti bagian dalam mulut dan vagina. Tugas selsel dendritik ini adalah menjaga infeksi mikroba di kulit. Bila terjadi serangan bibit penyakit, selsel dendritik membawa kode benda asing itu ke sel T di kelenjar getah bening. Berdasarkan info ini, sel-sel T menyusun pertahanan. Selsel dendritik mudah dan paling sering terinfeksi HIV, karena kedudukannya di permukaan -- baik di kulit, di bagian dalam mulut, maupun vagina. Penularan umumnya terjadi melalui hubungan seks. Tapi selsel ini tidak mati. Mereka hanya menjadi pembawa HIV. Lalu melalui mekanisme pertahanan tubuh, selsel dendritik yang membawa HIV ini menyusup ke kelenjar getah bening dan memindahkan HIV ke sel T4. Dengan cara ini, semakin banyak sel T4 yang terinfeksi. Sel T4 menjadi basis HIV berkembang biak, karena inilah satusatunya sel yang memiliki molekul CD4 di permukaannya. Sel T4 yang kode genetiknya sudah diubah HIV akan memproduksi protein CD4 dalam jumlah banyak. Protein ini diperlukan HIV untuk keluar dari sel T4 dan menyebar ke darah dan organ lain. HIV ini menunggu saat lepas yang baik dengan menempel pada "belukar" CD4 di permukaan sel. Perilaku HIV yang memanfaatkan sel T4 secara habishabisan itu yang membuat sel T4 akhirnya mati. Namun, hingga kini para ahli belum bisa memastikan bagaimana proses kematian itu terjadi. Ada teori yang percaya bahwa kematian sel T4 terjadi karena kerusakan membran sel akibat beban protein CD4. Namun, teori lain menduga akibat antigennya sendiri. HIV mengubah antigen sel T4 ini -- yang tadinya berfungsi mengenali dan membunuh virus -- menjadi antigen super yang menyerang selsel darah. Jim Supangkat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini