Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Beberapa situasi bisa membuat orang sulit bernapas. Misalnya cedera yang membuat tak sadarkan diri, menyelam untuk waktu yang lama, atau baru saja berlari cepat -- ragam kondisi yang membuat aliran oksigen terhambat. Ada pula yang mengalami masalah pernapasan yang tak terlalu akut tapi bisa berlangsung lama, seperti asma, sleep apnea, dan fibrosis kistik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Masalah pernapasan lain yang umum terjadi dan cukup mengganggu adalah penyakit paru obstruktif kronis (PPOK). Penyakit paru ini berada di kelompok yang sama dengan bronkitis kronis dan emfisema.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
PPOK disebabkan kerusakan jaringan di paru-paru dan memicu peradangan yang mengiritasi jalan udara dan membuat alirannya terhambat. Kerusakan pun bisa semakin parah seiring waktu.
"PPOK paling banyak dialami orang berusia di atas 50 tahun," kata Dr. Shawn Aaron, ilmuwan senior di program peradangan dan penyakit kronis Ottawa Hospital Research Institute di Kanada, dikutip USA Today pada 6 Maret 2025.
Gejala umum PPOK termasuk napas berbunyi, dada terasa sesak, batuk terus menerus (dengan atau tanpa dahak), dan rasa lesu. Penderita juga lebih rentan mengalami infeksi pernapasan seperti pneumona, Covid-19, dan tuberkulosis.
"PPOK adalah penyebab kematian terbanyak di Amerika Serikat dan dunia," ujar Dr. David Mannino, kepala staf medis di Yayasan PPOK di Florida, AS.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), sekitar 15 juta orang dewasa menderita PPOK namun Mannino mengatakan jumlah itu bisa dua kali lipat karena banyak penderita yang tidak terdiagnosis atau salah diagnosa.
Penyebab PPOK
Kerusakan jaringan paru biasa terkait penyakit paru obstruktif kronis dan paling sering disebabkan paparan iritan seperti asap, debu, bahan kimia, atau rokok untuk jangka panjang. Itulah alasan asap rokok menjadi penyebab tertinggi PPOK di negara dengan penghasilan tinggi seperti AS, kata Mannino.
"Tetapi, tak semua perokok mengalami gejala PPOK dan semua pasien PPOK punya riwayat merokok," tutur Mannino. Faktanya, 25 persen PPOK tak pernah merokok.
"Paparan polusi udara di luar ruangan atau asap dapur di dalam rumah adalah penyebab utama PPOK," ujar Aaron, seraya menambahkan terutama di negara-negara berkembang.
Ia menjelaskan sebagian orang mengalami kondisi ini karena perkembangan paru-paru yang terhambat yang berhubungan dengan kelahiran prematur. Faktor keturunan, infeksi pernapasan saat kecil, dan riwayat asma juga berkontribusi pada berkembangnya PPOK.
Bagaimana pun kondisinya, PPOK bisa diobati, misalnya dengan terapi inhalasi dan terapi oksigen. Buat yang merokok, segeralah berhenti.