Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Memanfaatkan curah darah persalinan

Disertasi soenardi moeslichin mz menguraikan bahwa curah darah persalinan bisa dipakai untuk sumber antibodi hla. kalau dipraktekan bisa lebih irit. tidak ada perbedaan berarti dengan vena.

10 Februari 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BAHAN bekas dalam tubuh bukanlah ampas. Contohnya, curah darah persalinan. Karena bisa dipakai untuk sumber antibodi HLA (Human Lekocyte Antigen), hasilnya menjadi alternatif: sama dengan antibodi konvensional dari darah vena. Itulah salah satu kesimpulan disertasi Soenardi Moeslichin Mz. Disertasi yang dinilai cum laude itu berjudul Sistem HLA dalam Upaya Memperoleh Sumber Antibodinya, Rabu pekan lalu, diajukan dalam sidang Senat Guru Besar Universitas Indonesia (UI). Penyanggahnya Prof. Iskandar Wahidiyat (Dekan Fakultas Pascasarjana UI), Prof. Siti Budinah, Prof. R.P. Sidabutar, Prof. Santosa, dan Dr. Sumarmo. Promotornya, Prof. Dr. Markum, meninggal Desember lalu di Mekah. Kopromotor yang mendampingi Soenardi adalah Prof. dr. M.K. Tadjudin. Terdorong untuk berpartisipasi dalam kegiatan transplantasi organ, lalu Soenardi menelitinya selama tujuh tahun. "Keberhasilan transplantasi organ adalah hasil kerja sama multi-disiplin," katanya. Di antaranya pemeriksaan HLA. Dalam transplantasi organ, pemeriksaan HLA mutlak dilakukan. Untuk menentukan kecocokan jaringan pasangan donor resipien, antigen HLA -- yang menggambarkan seluruh antigen organ manusia -- keduanya harus diperiksa. Cocok atau tidak. Jika antigen keduanya tidak sama, terjadi penolakan (rejection). HLA adalah antigen yang terdapat di hampir seluruh permukaan sel tubuh manusia. Antigen ini produk biologis yang dikode sekelompok gen HLA yang terangkai satu sama lain, membentuk rangkaian yang disebut Major Histocompability Complex (MHC). Lokasinya ada di P-21 pada lengan kromosom nomor 6. Antigen itu sekumpulan molekul protein atau karbohidrat yang dapat merangsang reaksi imun. Pemeriksaan HLA dalam pratransplantasi organ amat menentukan. Penilaian hasil pemeriksaan mesti tepat. Ini sangat dipengaruhi variasi antiserum HLA yang digunakan. Masalahnya, antigen HLA paling luas polimorfismenya dan kompleks di antara sistem antigen pada manusia. Data terakhir (Albert dkk., 1984) menyebutkan, pada HLA lokus A ada 23 macam, lokus B ada 47 macam, dan lokus C ada 8 macam. Dari jumlah itu, dalam tiap lokus pada manusia ada dua. Karena itu, "Yang akan dicari atau yang akan bereaksi ada dua," kata Soenardi. Kalau variasi antiserum yang dipakai terlalu luas, ini berarti pemborosan. Sebab, antiserum sangat mahal. Apalagi kita biasa menggunakan antiserum impor, yang bisa diduga tidak dapat mendeteksi kemungkinan adanya antigen yang spesifik Indonesia. Sebaliknya, jika variasi antiserum terlalu sempit, penilaiannya dapat menyesatkan. Untuk mengatasi kesulitan ini, ia membuat penelitian penapisan antigen HLA pada orang Indonesia. Hasilnya diharapkan dipakai sebagai dasar pemilihan antiserum sehingga dapat disusun suatu pola "batere antiserum" yang efisien untuk pemeriksaan HLA. Batere ini sekumpulan antiserum yang disusun untuk digunakan pada penapisan antigen. Dan upaya paling sederhana memperoleh antibodi HLA adalah dari ibu hamil yang akan bersalin. "Sebab, dalam keadaan hamil, banyak diproduksi antibodi," kata Moeslichin, 51 tahun. Yang menarik, gagasan Soenardi untuk menggunakan curah darah persalinan. Selama ini, antibodi HLA diperoleh dari darah vena, pembuluh darah balik. Tapi hambatan yang mungkin dihadapi kalau ibu hamil itu anemik. Dilaporkan, 76,4% kadar hemoglobinnya kurang dari 12 g/dl. Umumnya mereka keberatan diambil 100 ml darahnya. "Dan untuk masyarakat kita, kan kurang manusiawi mengambil darah ibu yang akan bersalin," ujar Soenardi. Gagasannya dipuji pula dalam sidang Senat dan Guru Besar yang dipimpin Rektor UI Prof. Sujudi itu. "Unik, bahan yang diperiksa adalah darah yang biasa dibuang. Hal itu sangat saya hargai," ujar Prof. Iskandar. Menurut Soenardi, "Ini pikiran pemulung karena diambil dari bahan yang dibuang." Pada dasarnya, darah curah tersebut darah ibu yang terkumpul di retroplasenta dalam rahim. Dalam masa kehamilan, darah tadi langsung berhubungan dangan trofoblas, yaitu jaringan plasenta yang berasal dari mudigah, tapi tidak mengandung HLA janin. Dengan demikian, diharapkan antibodi HLA dalam darah retroplasenta -- yang terbentuk atas rangsangan antigen HLA janin -- tidak terpengaruh jaringan trofoblas. Ketika persalinan (setelah plasenta lahir) darah retroplasenta akan keluar mengikuti jalan lahir. Ini dinamakan darah curah persalinan. Untuk menghindari kontaminasi mikroorganisme, ia melakukan "simpan dingin" terhadap darah tadi dan meneteskan larutan natrium azida dalam serum yang dipisahkan dengan kadar akhir 10. Kendati demikian, curah darah itu bisa bercampur darah bayi. "Bagaimana bila diketahui darah itu telah tercampur?" tanya Prof. Iskandar. "Darah bayi yang tercampur itu yang akan berfungsi adalah antigennya. Dalam darah bayi tidak terkandung antibodi HLA yang dibentuk ibunya. Jadi, kalau tercampur dengan darah bayi, maka antigen HLA bayi yang merangsang pembentukan antibodi HLA pada ibunya," jawab Soenardi. Dalam penapisan antigen ia mengambil 606 sampel. Penapisan antibodi dilakukan terhadap 925 serum dari darah curah persalinan. Untuk membandingkan hasilnya dengan darah dari vena, dilibatkan 130 yang bersalin di RSCM. Cara pemeriksaan dengan metode mikrolimfositotoksisitas. Hasilnya, penapisan antibodi HLA dari 925 contoh darah curah persalinan, 165 serum mengandung antibodi. Dari prosedur sederhana ini juga didapatkan antibodi 17,8%, yang jumlahnya masih lebih besar dari literatur. Dalam literatur, perolehan dari vena berkisar 10% hingga 25%. Dengan uji Mc.Nemar, Soenardi membuktikan, tidak ada perbedaan berarti antara antibodi dari curah persalinan dan vena. Derajat sensitivitas dan spesivitas antibodi HLA dari darah curah persalinan malah nilainya baik. Di atas 70%. "Saya tidak membuat antibodi, lho," katanya. Namun, menurut ayah empat putri ini, untuk membuat antibodi harus melalui proses industri. Bahkan, kalau hasil penelitian Soenardi yang sudah dibuktikannya itu dipakai, ini lebih irit. Kini terpulang pada yang berduit untuk mengembangkan sumbangan dokter berpenampilan sederhana kelahiran Gresik ini. "Kalau ini tidak ditangkap orang sini, ya ditangkap orang sana," kata Soenardi, yang juga Kasubbag Hematologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM Jakarta. Laporan G. Sugrahetty D.K.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus