Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Teh untuk ibu hamil

Disertasi lely soemarniyati r membuktikan bahwa minum teh bagi ibu hamil dapat menguatkan gigi bayi. teh mengandung fluor berkadar tinggi bisa menyebabkan kanker. teh mengganggu kecerdasan.

10 Februari 1990 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PARA ibu yang hamil, silakan minum teh. Sebab, teh mengandung fluoride yang menyehatkan gigi bayi. Selain mujarab membantu pertumbuhan gigi anak-anak, juga efektif mengurangi difusi asam pada email -- yaitu dengan mengendapkan kembali pada permukaan gigi, serta endapan terbesar adalah kalsium fluorida. Itu menurut dokter gigi Lely Soemarniyati Radiosunu, 54 tahun. Ibu satu anak ini, Rabu pekan lalu, mempertahankan disertasinya Peran Unsur Fluor pada Teh dalam Pertumbuhan dan Pembentukan Gigi Rat, di hadapan senat Universitas Airlangga Surabaya. Fluor adalah unsur kimia yang mudah diikat dengan unsur kimia lain, di samping gampang dilepas dari ikatan senyawanya. Malah kadar tertentu dari zat racun kelompok halogen ini berguna bagi pembentukan gigi Janin bayi yang dikandung seorang ibu. Misalnya, kalau sang ibu meminum 50 cc air yang menyimpan 100 miligram teh, itu akan memperkuat gigi bayinya. Karena fluor terserap dalam makanan yang terdapat dalam plasenta si ibu, janin mendapat makanannya. "Makanya, perlu dibiasakan bagi ibu hamil agar minum teh," ujar staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta itu. Lely menyimpulkan demikian setelah dua tahun lebih ia bergelut dengan 150 tikus putih yang disuntiknya dengan cairan teh yang berkadar 1 ppm (part per million). Sesudah 15 hari, melalui mikroskop elektron transmisi, ia menemukan pembesaran pada mithokondria dengan derajat kekasaran dari endoplamsmik retikulum. Penelitiannya, diakui oleh Lely, berkonsentrasi pada dampak positif senyawa fluorida. Ia tidak menyentuh sisi negatifnya. Padahal, fluorida disebut-sebut justru menimbulkan penyakit sangat berbahaya: kanker tulang. "Bila benar teh mengandung carsinogenic, zat yang menimbulkan kanker, berarti hasil penelitian saya ini tidak berlaku," tutur Lely. Walau demikian, masih diragukan kalau teh berbahaya. Menurut Dr. I.G.D. Sukardja, kecil kemungkinan kalau fluorida dalam teh itu mengandung carsinogenic. Sebabnya, ujar onkolog (ahli tumor) di RS dr. Sutomo Surabaya ini, kadar fluor dalam teh sangat kecil -- 1 sampai 1 1/2 ppm. Makanya, tak membahayakan. Kendati ada senyawa fluorida dalam teh, cuma di literatur tak tercatat mengandung penyakit kanker. Namun, fluorida kemudian disebut-sebut berbahaya. Ini setelah perdebatan sengit muncul di Amerika Serikat pada 1950-an. Yang dipersoalkan saat itu, fluorida yang dicampur dengan air minum bisa menimbulkan kanker tulang atau osteocarcoma. Keributan yang berlarut panjang itu baru padam setelah Kongres meminta The National Toxicology Program (TNTP) agar meneliti apakah fluorida menyebabkan kanker. Dan pekan lalu hasilnya diumumkan: fluorida yang terkandung dalam air tidak membuat kanker tulang. Kesimpulan itu diperoleh TNTP setelah lewat dua tahun lembaga swasta tersebut mengujinya pada tikus, dengan memberi air yang mengandung zat fluorida. Kepada beberapa tikus, TNTP memberi air yang mengandung fluorida dengan dosis berbeda. Pada tikus yang minum air yang tak mengandung fluorida terdapat tanda penyakit kanker tulang. Dan tikus lain yang diberi minuman yang mengandung 11 ppm fluorida malahan tidak terjangkit penyakit kanker. Kendati demikian, dalam laporan TNTP disebutkan: dari 50 tikus lain yang diberi minuman mengandung 45 ppm fluorida, seekor di antaranya mengidap penyakit kanker tulang. Sementara itu, 4 tikus dari 80 tikus yang disuguhi minuman mengandung 79 ppm fluorida mengidap kanker tulang. Anehnya, kanker tulang akibat minum fluorida dengan dosis tinggi itu hanya pada tikus jantan, dan tak seekor pun tikus betina yang menandakan mengidap penyakit berbahaya tersebut. Tidak berarti keadaan sudah rapi jali. "Air yang mengandung kadar fluorida yang tinggi dapat menyebabkan kanker tulang," ujar William Marcus. Kemudian, ilmuwan yang bergabung di TNTP itu menghibur pula. "Jangan khawatir akan terjangkitnya penyakit berbahaya ini. Air yang sehari-hari biasa kita minum hanya mengandung 2-4 ppm fluorida. Jadi, kecil kemungkinannya air minum menyebabkan kanker tulang," katanya. Menurut Marcus, lebih dari 53 persen penduduk AS atau 121 juta menikmati air minum yang dibubuhi fluorida berkadar rendah. Sementara itu, yang minum air yang sudah mengandung fluorida secara alami ada 9 juta orang. Bahkan masyarakat kota besar di AS kini lebih cenderung melihat manfaat fluorida sebagai unsur kimia yang mampu menguatkan gigi manusia. Buktinya, sekitar 41 dari 50 kota besar di AS menggunakan air minum yang mengandung fluorida. Selain dalam air minum dan teh, fluorida terdapat pada pasta gigi. Manfaat fluorida untuk menjaga agar gigi tetap sehat ini masih melekat pada pikiran masyarakat kita. Karena fluorida melindungi lapisan email pada gigi dari gerogotan kuman-kuman yang membusukkan gigi. Sebaliknya, bukan tak ada pengaruh negatif lain dari kebiasaan minum teh. Yaitu, mengganggu kecerdasan anak-anak. Ini ditemui dua tahun silam lewat penelitian Deddy Muchtadi, 41 tahun, dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Ia sarjana lulusan teknologi pangan Universite des Science et Techniques du Languedoc, Montpellier, Prancis. "Kafein itu mudah diserap darah," ujar Deddy. Lebih dari 99% kafein yang dikonsumsikan, setelah diserap, lantas secara cepat didistribusikan ke seluruh tubuh. "Tidak ada satu zat yang mampu menghalanginya untuk sampai ke otak," katanya. Selain mudah diserap, kafein bahkan sulit dikeluarkan kembali dari tubuh. Lebih dari 98% kafein yang sampai ke ginjal bukan dibuang bersama urine, namun diserap kembali oleh darah. Khusus pada bayi, menurut Deddy, kafein justru sulit dimetabolisasi. Karena mempengaruhi sistem saraf pusat -- anak-anak lebih sensitif -- ia mensinyalir adanya efek negatif kafein terhadap perkembangan otak. Itulah sebabnya kafein mempengaruhi kecerdasan. Sidartha Pratidina dan M. Baharun (Surabaya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus