Virus KARTONO MOHAMAD AKHIR-AKHIR ini, masalah virus kembali banyak dibicarakan. Ada virus hepatitis yang vaksinnya baru saja ditemukan. Ada virus AIDS yang belum jelas asal mulanya, dan belum jelas pula kapan ditemukan vaksin atau obatnya. Kemudian ada pula "virus" komputer yang diciptakan untuk merusak data di komputer lain. Kini Dr. George D. Lundbergh dari majalah kedokteran Amerika, Jama, memperkenalkan "virus" baru melalui tulisannya dalam editorial majalah tersebut, 4 Januari 1990 yang lalu. Dr. Lundbergh menyebutnya "virus keserakahan" (the greed virus). Seperti juga virus penyakit lainnya, virus keserakahan ini juga dapat menyerang setiap manusia, termasuk dokter, pejabat, polisi, tentara, hakim, jaksa, pengusaha, kiai, pendeta, dan semua yang masih tergolong sebagai manusia. Ia menyebutkan, tampaknya saat ini keserakahan mulai menjadi nilai moral yang dominan dalam kehidupan manusia. Sebenarnya, tulisan Lundbergh tersebut ditujukan kepada para dokter yang telah dikuasai "virus keserakahan", lalu melakukan tindakan-tindakan medis, untuk diagnosis maupun untuk terapi, dengan menggunakan teknologi baru kedokteran, tanpa indikasi yang benar dan sahih. Motivasinya semata-mata hanya untuk mencari keuntungan finansial. Tetapi Lundbergh juga mengatakan, virus keserakahan itu telah menghinggapi berbagai lapisan masyarakat, dan dokter sebagai manusia biasa ternyata juga tidak kebal terhadapnya. Virus ini tampaknya timbul bersamaan dengan munculnya berbagai kemajuan teknologi kedokteran yang semakin canggih. Dalam edisi yang sama, Dr. Dennis L. Breo dan Dr. Lester King juga mengamati bahwa berbagai teknologi baru di bidang-bidang lain telah membuat orang menjadi serakah. Teknologi mutakhir dan penyebaran virus keserakahan tampaknya memang saling menunjang. Teknologi baru selalu memberikan harapan untuk dapat menyelesaikan pekerjaan manusia secara cepat, efisien, dan dengan produktivitas yang sangat tinggi. Ini menggoda orang untuk menggunakan teknologi maju untuk memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dalam waktu yang secepat-cepatnya, tanpa mempedulikan dampak berikutnya. Jika hasil produktivitas teknologi maju itu kemudian juga menghasilkan uang yang lebih besar lagi, manusia akan makin cenderung untuk semakin serakah. Dan karena teknologi maju biasanya juga sangat mahal harganya, pada akhirnya hanya yang memiliki modal yang besar yang akan menggunakannya. Mereka inilah yang biasanya kemudian mudah dihinggapi virus keserakahan, yang lebih ganas dibanding yang menyerang lapisan yang lebih kurang mampu, karena jumlah hasil keserakahannya yang juga sangat besar. "Dari pedagang saham di Wall Street ke kelompok milyuner di daerah midwest, sampai pengusaha real estate di Clalifornia, keserakahan tampaknya lagi menjadi mode," tulis Lundbergh. Dunia tampaknya mulai kembali ke situasi seperti pada masa awal revolusi industri dulu, yang kemudian menimbulkan kapitalisme yang menindas sesama manusia. Pada awal revolusi industri dulu, London terkenal dengan udara yang penuh asap pabrik, jalan yang berlumpur, perumahan buruh yang tidak sehat, yang kemudian mendatangkan wabah kolera dan TBC. Pemilik modal yang terhinggapi virus keserakahan lupa akan sesama manusia lainnya, yang sebenarnya mereka perlukan tenaganya. Ketika seorang penulis, William Cobbett, pada 1806 menulis betapa buruknya para pemilik pabrik memperlakukan buruhnya, para pemilik pabrik itu menolak dengan mengatakan bahwa citra (status) negara Inggris sangat bergantung pada produktivitas industrinya. Dan bahwa yang penting adalah bagaimana mempertahankan efisiensi mesin-mesin industri itu. Mesin dan teknologi yang semula diciptakan untuk membantu manusia pada akhirnya dianggap lebih penting daripada manusia itu sendiri. Ketika wabah kolera yang hebat untuk kedua kalinya melanda rakyat London, barulah kemudian dikeluarkan undang-undang kesehatan (Public Health Act) pada 1848, yang mengharuskan kaum pemilik modal memperhatikan perumahan dan kesehatan karyawannya, dan mengharuskan pemerintah menyediakan air minum yang bersih dan sarana-sarana kesehatan lainnya. Sejarah kini seperti akan berulang. Kali ini lebih hebat, karena teknologi baru yang sangat canggih bersama virus keserakahan bekerja sama secara lebih cepat merusak lingkungan, kesehatan, dan nilai-nilai moral manusia. Dengan cepat kerja sama antara teknologi maju dan virus keserakahan tadi membabat hutan, merobohkan gunung, mengotori udara, mencemari air, merusak kesehatan manusia. Virus keserakahan juga merusak nilai-nilai moral dan dapat menjadi tangan-tangan siluman yang mengendalikan para pembuat peraturan, penegak hukum, dan kaum profesional yang lemah atau yang juga mengidap virus keserakahan, sehingga mereka lupa melindungi umat manusia lainnya. Persis seperti sikap parlemen dan kaum politikus Inggris sebelum wabah kolera kedua melanda London. Melihat betapa hebatnya virus keserakahan yang datang bersama teknologi canggih itu menghinggapi manusia, Dennis Breo menjadi agak pesimistis. Di akhir tulisannya ia mengatakan, jangan-jangan 100 tahun yang akan datang anak-cucu kita justru akan mengutuk kemajuan teknologi yang telah menghancurkan sumber kehidupan dan lingkungan hidup mereka. Perlu diketahui, virus keserakahan ini mempunyai ciri yang mirip dengan virus penyakit lainnya. Tidak tampak di mata atau mikroskop, serta belum ada obat pembasminya. Yang diperlukan hanyalah kesediaan mereka yang berada dekat dengan risiko tertulari virus keserakahan itu, supaya bersedia meningkatkan kekebalan diri mereka masing-masing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini