MARKUS Panggabean, bayi yang menderita meningo encephalocele posterior itu, telah dioperasi hari Senin dua pekan lalu. Biaya operasi dan perawatan ditanggung oleh para penyumbang yang dikoordmasikan oleh harian Bisnis Indonesia. Kendati pembedahan berjalan lancar, kekhawatiran tetap membayangi nasib bayi malang itu. Kemungkinan besar, pembedahan ulang masih harus dilakukan. Seperti umumnya operasi hydrocephalus, setelah bagian otak yang keluar dibuang, lalu dipasang slang yang berfungsi sebagai saluran, untuk mengalirkan cairan berlebih di kepala Markus itu. Yang juga dikhawatirkan, terjadinya komplikasi akibat infeksi di bekas operasi. Juga tertinggalnya gltosis, jaringan otak yang rusak. Oleh karena itu, sampai pekan ini, Markus masih berbaring di pavilyun Bedah Saraf RSCM. Upaya pembedahan Markus, terutama dimaksudkan untuk membuang cairan dan memotong 50% dari 80% jaringan otak yang tumbuh di luar tempurung kepala. "Jaringan yang dibuang adalah jaringan otak yang rusak," kata dr. Lucas Budiono Atamadji, ahli bedah saraf RSCM yang menangani pembedahan Markus. .. Satu hal yang sulit dilakukan adalah memperbaiki sistem saraf yang sudah cacat sejak lahir. Kalaupun dioperasi, fungsi saraf Markus tidak akan lebih baik. Karena itu, umumnya penderita encephalocele tidak berumur panjang. Seandainya bisa berumur panjang, Markus akan menjadi "tanaman hidup". Kendati organ tubuh berfungsi baik, "anak itu tidak akan bisa berpikir normal," kata Lucas. Namun, Markus yang dicemaskan itu nampak sehat sesudah operasi. Hanya ibunya, Rusni boru Siregar, tak gembira. Maklum, persalan dengan Mampe Panggabean, suami yang telah memberikannya tujuh anak masih menghantui benaknya. "Entah, mau jadi apa Markus nanti. Bapaknya sudah lama tidak bicara dengan saya," keluh Rusni, dengan pandangan hampa. Moebanoe Moera
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini