Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Hukum

Gila-gilaan bukan gila

Orang-orang eksentrik bisa berpikir dalam & jernih kebanyakan mereka kreatif, berimajinasi tinggi, dan menyadari semua tindakannya yang aneh. umur mereka lebih panjang karena lebih bisa bahagia.

2 April 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BOB Sadino, selain petani Mercedes, dikenal pula sebagai pribadi yang nyentrik. Di mana saja, kapan, saJa dan menghadapi siapa saja, ia biasa bercelana pendek terbuat dari bahan jeans, dan baju yang pinggirannya dibiarkan tak terjahit. Bahkan ketika menerima Presiden Soeharto yang berkunjung ke ladangnya, "seragam" ini tetap melekat di badannya. Bob menyadari betul ciri khas dan identitasnya yang aneh ini. "Saya baru akan menggunakan busana lengkap kalau melayat," jawabnya berseloroh. Bob mengaku risi dan malu kalau mengenakan busana formal yang lengkap. "Bagi saya rasanya sama saja dengan telanjang," begitu kilahnya. Keanehan pelukis Affandi lain lagi. Di halaman rumahnya di Yogya, pelukis itu memarkir sebuah cikar tanpa sapi penarik. Gerobak tradisional yang biasanya dipakai untuk mengangkut barang itu bukanlah sekadar hiasan, tapi berfungsi bagaikan karavan. Itulah "kemah" Affandi. Di sana seniman itu suka bermalam, baik sendiri maupun bersama istrinya. Bermalam di gerobak hanya salah satu kebiasaan Affandi yang bagi orang lain mungkin terasa janggal. Ia, seperti Bob, sama-sama dikenal eksentrik. Penampilan Affandi juga tidak biasa. Ia senantiasa bersarung, bahkan ketika menerima penghargaan di Istana Merdeka. Tidak khawatir dituding tidak sopan? "Sopan tidaknya seseorang, menurut saya, harus dilihat dari cara dan sikap dia menghadapi orang lain," ujar Bob Sadino, "bukan dari penampilan dan pakaiannya." Bagaimana kalau dikira sinting? "Banyak orang memang menganggap saya seniman gila karena saya eksentrik," kata Affandi. "Tapi, ya, silakan saja. Saya sendiri merasa saya normal." Bob Sadino, Affandi, dan juga jutaan orang eksentrik lain di dunia biasanya memang tak peduli dan tak terpengaruh pendapat orang lain. Memang, ilmu jiwa sudah sedari abad ke-19, mengategorikan pen laku eksentrik sebagal tanda-tanda adanya problem kejiwaan. Suka menyendiri, keras kepala, berkelakuan aneh, dan sulit berkomunikasi adalah ciri-ciri orang eksentrik. Gejala kelainan jiwa yang dianggap terdekat adalah schizophrenia - sering dihantui bayangan-bayangan aneh. Di masa kini, kendati peri laku eksentrik bisa diterima banyak kalangan, definisi itu belum diubah. Karena itu, psikolog Inggris Dr. David Weeks merasa sudah waktunya batasan eksentrik diperbaiki. Dalam bukunya, Eccentrics the Scientific Investigation yang akan diterbitkan Mei mendatang, Weeks melontarkan teori baru mengenai peri laku eksentrik. Tingkah laku gila-gilaan ini, menurut Weeks, sama sekali tak bisa dikategorikan sebagai gejala sakit jiwa. "Orang eksentrik," kata Weeks, "adalah orangorang normal." Untuk membangun argumentasinya, Weeks membuat studi besar-besaran. Ia mempelajari biografi dan dokumentasi 150 tokoh yang dianggap eksentrik sejak tahun 1550. Ia juga menyebarkan angket kepada 800 orang eksentrik, baik yang ditemukannya maupun yang secara sukarela bersedia mengisi angket. Namun, hanya 130 orang yang kemudian diteliti Weeks secara intensif, melalui pengamatan dan wawancara. Berbeda dengan responden yang 800, kelompok 130 yang diamati khusus, menurut Weeks, tak diragukan lagi adalah orang-orang eksentrik tulen. Katanya, gejala eksentrik sejati sudah muncul pada usia 7-9 tahun. Dan 66% dari respondennya telah menyadari keanehan mereka sejak kecil. Ada yang karena kesadarannya sendiri, ada pula yang baru menyadari sesudah mendengar komentar orang lain. "Keyakinan ini besar pengaruhnya, karena sejak itu orang-orang eksentrik memantapkan diri untuk menjadi lain dari orang lain," kata Weeks. Peri laku eksentrik yang asli, menurut Weeks, lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, perbandingannya 9:1. Sementara itu, diperkirakan di antara 10.000 orang terdapat 1 orang eksentrik. "Selain bersikap aneh, orang-orang ini tidak suka berpura-pura dalam penampilan, dan dalam hal-hal tertentu menolak kompromi," ujar sang psikolog. Tingkah laku eksentrik ternyata sangat bervariasi. Patokannya sulit digariskan. Ada yang nyata dan sangat aneh, misalnya meng oleksi peti mati dan meminta setiap orang mencobanya. Ada pula yang tidak nyata. Dalam tindak-tanduk sehari-hari, malah terlihat sangat biasa dan tidak kontroversial, walau di belakangnya tersembunyi pendirian sangat kukuh. "Sikap eksentrik tidak selalu diikuti sifat introvert seperti dugaan umum sampai kini," kata Weeks. "Tidak sedikit yang senang bergaul dan membantu orang." Pada bagian pokok penelitiannya, Weeks mengakui peri laku eksentrik memang mempunyai kaitan dengan gejala schizophrenc. Dari 130 orang eksentrik yang ditelitinya, ia menemukan 73% mempunyai gejala kejiwaan ini. Seperti juga schizophrenia, peri laku eksentrik mungkin sekali karena faktor keturunan, yang mempunyai akar sama dengan psikose. Dari penelitiannya, Weeks mengetahui 36% dari respondennya, mempunyai keluarga yang menunjukkan gejala psikosis. Namun, David Weeks menolak teori psikologi yang menyebutkan peri laku eksentrik adalah ciri schizophrenic. Dari 130 responden yang ditelitinya secara intensif, hanya 1 orang ditemukan psikolog itu menderita schizophrenia. "Selebihnya hanya menunjukkan gejala," kata Weeks pula. "Dan menurut standar diagnosa yang ada, sama sekali tak bisa dikatakan menderita schizophrenia." Rata-rata orang eksentrik justru orang-orang berbakat yang mempunyai kelebihan. "Mereka memiliki kecerdasan istimewa, dan sama sekali bukan orang-orang bodoh yang punya kesulitan belajar atau menangkap pikiran orang," kata psikolog itu. Separuh lebih (59%) dari 130 orang yang ditelitinya berasal dari kelompok intelektual. Semua mempunyai kebiasaan membaca - 38% bahkan menunjukkan obsesi membaca. Semuanya mempunyai minat besar pada politik dan ilmu pengetahuan. Ketika diajak berdiskusi, terungkap bahwa mereka menguasai masalah-masalah ini secara mendalam, dan dengan cara melihat yang orisinil. Dengan latar belakang ini, orang eksentrik menurut Weeks umumnya sangat kritis dan tidak mau terikat pada ideologi maupun pandangan tertentu. Orang-orang ini lebih percaya pada teori-teori yang mereka ganskan sendiri. Mereka adalah individu yang lebih suka berjalan sendiri, dan tak senang identitasnya diganggu gugat. Kendati di masa kini pikiran-pikiran orang eksentrik belum diperhatikan, menurut Weeks pendapat-pendapat mereka tak dapat dianggap remeh. "Dengan mempelajari mereka kita sebenarnya bisa menyerap pengetahuan yang kaya dan murni," kata Weeks. Berdasarkan tes kognitif yang dilakukannya, Weeks'menemukan 62% dari respondennya menunjukkan kemampuan berpikir sangat mendalam, dan 65% memiliki kemampuan memecahkan masalah ruwet yang tak bisa dipecahkan orang lain. Selain daya pikir yang istimewa, orang-orang eksentrik ditemukan Weeks memiliki daya imajinasi tinggi (65%). Daya imajinasi ini berhubungan dengan kreativitas. Melalui tes kognitif, psikolog itu menemukan 57% dari respondennya memiliki angka kreativitas yang terkategori sangat tinggi. "Mereka yang kreatif ini umumnya seniman, penemu, dan ilmuwan," katanya. "Ada juga rohaniwan yang menentukan agamanya sendiri." David Weeks menduga, kreativitas pada orang-orang eksentrik disebabkan karena "mereka menggunakan kedua belah otaknya." Bila dibandingkan, pada orang biasa satu belahan otak senantiasa lebih dominan. Belahan otak kiri, yang menjadi pusat pemikiran rasional yang analitis, atau yang kanan, pusat imajinasi dan kepekaan. "Pada orang eksentrik, daya analisa dan imajinasi sama kuatnya," ujar Weeks. Perimbangan cara berpikir inilah yang membuat tekanan emosi pada orang-orang eksentrik tak sampai menjadi depresi karena senantiasa bisa terurai secara rasional. Contohnya, wanita eksentrik yang ditelitinya ditemukan Weeks lebih bahagia dari rata-rata wanita. "Mungkin ini sebabnya mengapa orang eksentrik berumur panjang," ujar Weeks. Dari dokumentasi abad ke-16 masa ketika orang rata-rata berusia 45 tahun - ia menemukan lelaki eksentrik bisa hidup sampai 71 tahun, sementara ada wanita eksentrik yang mencapai umur 81 tahun. Jim Supangkat, Moebanoe (Jakarta), Yudhi Soejoatmodjo (London), Heddy Lugito (Yogya)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus