Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden ke-2 RI Soeharto meninggal pada Ahad, 27 Januari 2008. Tokoh Orde Baru itu itu dinyatakan wafat setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Pusat Pertamina atau RSPP, Jakarta Selatan, selama 23 hari. Soeharto meninggal karena penyakit kompilasi, salah satunya asidosis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Koran Tempo, anggota Tim Dokter Kepresidenan, Hadiarto Mangunnegoro mengatakan, pada Sabtu malam sebelum meninggal, Soeharto mengalami kembung akibat usus yang tidak bekerja. Menurutnya, perut kembung ini mengakibatkan paru-paru Soeharto yang sudah kepayahan kian tertekan. Di saat yang bersamaan, Soeharto juga dideteksi mengalami asidosis atau kondisi asam darah yang kelewat tinggi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Lantas apa itu asidosis?
Dilansir dari Healthline, asidosis merupakan keadaan tubuh di mana darah menjadi terlalu asam. Hal ini terjadi saat ginjal dan paru-paru tidak dapat menjaga keseimbangan pH. Penyebabnya dikarenakan adanya gangguan kesehatan pada organ lain, seperti diabetes yang tidak terkontrol secara efektif dan penyakit ginjal, dan lain sebagainya.
“Banyak proses dalam tubuh yang menghasilkan asam. Paru-paru dan ginjal biasanya dapat mengimbangi sedikit ketidakseimbangan pH, tetapi masalah pada organ-organ ini dapat menyebabkan kelebihan asam terakumulasi dalam tubuh dan darah,” kata dokter gawat darurat, Darragh O’Carroll, seperti dikutip Healthline pada April 2023.
Adapun keasaman darah pasien diukur dengan menentukan pH-nya. Semakin rendah pH berarti darah semakin asam, sedangkan pH yang lebih tinggi berarti darah semakin basa. pH darah pasien normal seharusnya sekitar 7,4. Asidosis ditandai dengan pH 7,35 atau lebih rendah. Lebih tinggi dari itu disebut Alkalosis, ditandai dengan kadar pH 7,45 atau lebih tinggi.
“Meski tampak kecil, perbedaan angka ini bisa jadi serius. Asidosis metabolik dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, dan bahkan dapat mengancam jiwa,” katanya.
Masih menurut Healthline, beberapa gejala umum asidosis metabolik antara lain pernapasan cepat dan dangkal, kebingungan, kelelahan, sakit kepala, mengantuk, kurang nafsu makan, penyakit kuning, peningkatan denyut jantung, ataupun napas yang berbau buah, yang merupakan tanda asidosis diabetik (ketoasidosis).
Meski dalam beberapa kasus asidosis metabolik tergolong dapat mengancam jiwa, kondisi ini masih tergolong masalah ringan dan dapat diobati sesuai penyebab. Dikutip dari Medlineplus.gov, ada beberapa kondisi asidosis metabolik, yaitu:
- Asidosis diabetik
Terjadi ketika zat yang disebut badan keton (asam) menumpuk selama diabetes tidak terkontrol.
- Asidosis hiperkloremik
Disebabkan oleh hilangnya natrium bikarbonat dalam jumlah banyak sehingga dapat menyebabkan diare parah.
- Asidosis tubulus ginjal
Tanda asidosis tubulus ginjal perubahan kadar kalium dan bikarbonat dalam darah. Gejala lainnya lemah, detak jantung tak teratur, sakit perut, kelelahan. Kondisi lain ditandai kehilangan selera makan dan perubahan berat badan yang tidak terduga.
- Asidosis laktat
Asidosis laktat disebabkan menumpuknya asam laktat di dalam tubuh. Peningkatan produksi asam laktat terjadi ketika oksigen yang tersedia dalam darah tidak bisa memenuhi kebutuhan tubuh.
Berikut beberapa kondisi yang dapat menyebabkannya, yaitu:
- Kanker
- Keracunan karbon monoksida
- Terlalu banyak minum alkohol
- Olahraga berat dalam waktu yang lama
- Gagal hati
- Gula darah rendah
- Konsumsi obat-obatan seperti salisilat, metformin, antiretroviral
- Kekurangan oksigen yang berkepanjangan
- Kejang
Cara Mencegah Asidosis
Asidosis metabolik tidak selalu dapat dicegah tetapi ada hal-hal yang dapat dilakukan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya keadaan tersebut, antara lain:
- Minum banyak air agar tubuh terhidrasi dengan baik.
- Batasi alkohol karena kadar yang berlebihan dapat meningkatkan penumpukan asam laktat.
- Pasien dengan diabetes melitus sebaiknya minum obat teratur dan menjaga pola makan agar gula darah terkontrol. Hal ini dapat menghindari terjadinya ketoasidosis diabetik.
Terakhir, penting melakukan pemeriksaan penunjang dengan dokter guna memastikan pengobatan yang dilakukan sesuai dengan diagnosis. Tentunya, tanpa pengobatan yang cepat dan tepat, asidosis metabolik dapat menimbulkan komplikasi berupa batu ginjal, penyakit ginjal kronis, gagal ginjal, gangguan tulang, pertumbuhan terhambat, penurunan kesadaran, syok, hingga kematian.
Michelle Gabriela dan Delfi Ana Harahap berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Hari-hari Terakhir Soeharto Meninggal 17 Tahun Lalu