Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Siaran TV analog telah mengudara selama 60 tahun terakhir. Sehubungan dengan penerapan migrasi siaran televisi atau ASO, Pemerintah mulai mendistribusikan 1.055.360 unit set top box atau STB untuk fasilitas menonton TV digital ecara nasional.
Tidak lama, fasilitas tersebut akan segera dapat dinikmati oleh jutaan masyarakat dari berbagai kalangan. Mengenai televisi, apa dampak buruk menonton TV bagi balita ?
TV addiction
Baca : TV Nasional Down Trending di Twitter, Simak Tips Mengurangi Kecanduan Televisi
Menurut penelitian pada tahun 2019 dari Biro Statistik Tenaga Kerja Amerika Serikat, orang Amerika rata-rata menghabiskan lebih dari setengah waktu luang mereka untuk menonton TV.
Sebagian penyebabnya karena TV menjadi semakin berkembang dalam beberapa tahun terakhir. Kabel mewah tidak semahal dulu, dan Anda dapat menemukan apa saja yang Anda inginkan di situs streaming. Selain itu, Anda tidak hanya terbatas pada perangkat TV lagi. Laptop, ponsel, dan tablet juga bisa memberikan hiburan laiknya televisi.
Evolusi TV telah datang dengan beberapa konsekuensi yang tidak diinginkan. The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders atau DSM tidak memasukkan kecanduan TV dalam edisi kelimanya. Namun, penelitian 2013 menunjukkan bahwa menonton TV yang berlebihan setara dengan DSM-5 atau gangguan penggunaan narkoba.
Terlebih, kecanduan TV bukanlah kondisi yang diakui secara resmi. Hal itu berarti tidak ada kumpulan gejala yang disepakati.
Bagaimanapun, sejumlah peneliti telah mengembangkan kuesioner untuk membantu mengidentifikasi ketergantungan TV. Salah satunya, diterbitkan pada tahun 2004, mereka menggunakan kriteria ketergantungan zat untuk membantu mengukur ketergantungan dan kecanduan TV dengan pernyataan-pertanyaan tertentu.
Dampak Buruk
Baca : Sederet Dampak Buruk Anak Terlalu Banyak Nonton TV
Menonton TV merupakan salah satu hiburan paling populer di dunia. Dengan melihat TV, anda memiliki kesempatan untuk belajar dan berkomunikasi dengan banyak orang. Namun, banyak dampak negatif yang dapat timbul jika menontonnya secara berlebihan.
Dilansir dari webmd.com, kecanduan TV terbukti menjadi masalah nyata. Beberapa masalah yang ditemukan karena kebanyakan menonton TV diantaranya gangguan tidur, kemungkinan kontribusi untuk Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD), dan gaya hidup kurang bergerak.
Terlebih lagi, anak-anak antara usia 8-16 tahun ditemukan memiliki indeks massa tubuh dan lemak tubuh yang lebih tinggi ketika menonton TV lebih dari 4 jam per hari, dibandingkan dengan teman sebayanya yang menonton kurang dari dua jam.
Bagi Balita
Baca : Awas Kecanduan Gawai Bisa Sebabkan Gangguan Mental pada Anak
Menurut dokter anak, menonton TV atau menggunakan aplikasi seluler adalah ide yang buruk bagi anak-anak sebelum usia 18 bulan. Bahkan, survei memberi tahu bahwa 92,2% anak berusia 1 tahun telah menggunakan perangkat seluler. Beberapa anak bahkan mulai menggunakan perangkat seluler tersebut semenjak usia 4 bulan.
America Academy of Pediatrics (AAP) merekomendasikan orang tua dari bayi dan balita harus membatasi waktu yang dihabiskan anak-anak mereka di depan televisi, komputer, maupun pertunjukan orang dewasa jika tidak ingin kecanduan gadget.
Menurut laman theasianparent.com, hal ini tak lepas dari bahaya televisi seperti perilaku kekerasan di kalangan anak-anak yang berakar dari televisi. Beberapa percaya bahwa menonton kekerasan di televisi kemungkinan besar menyebabkan sejumlah besar anak-anak berperilaku kekerasan. Yang lain telah setuju bahwa ini mungkin benar tetapi hanya dengan anak-anak yang sudah rentan untuk menunjukkan kekerasan.
Selain itu, menonton televisi juga dapat mengurangi interaksi antara anak dengan orang tua. Hal ini terjadi ketika orang tua menjadikan TV sebagai pilihan pertama untuk menghibur anak mereka, dibandingkan dengan diri mereka sendiri.
Yang terakhir, jika anak menonton TV hingga larut malam, ini akan menyebabkan kantuk di siang hari. Alhasil, hal tersebut akan mempengaruhi konsentrasi di kelas dan prestasi sekolah yang menurun.
Mengikuti rekomendasi dari AAP mengenai batas screentime, maka yang terbaik bagi orang tua saat ini adalah membatasi durasi menonton dan memilah siaran TV digital untuk tontonan anak.
DANAR TRIVASYA FIKRI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “http://tempo.co/”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini