Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Mengenal Dewa Caishen, Dewa Rezeki yang Paling Sering Disebut Saat Imlek

Saat Imlek, Dewa Caishen paling sering disebut. Dewa Kekayaan itu dipercaya membawa keberuntungan dan kekayaan bagi yang memujanya.

29 Januari 2025 | 18.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Patung dewa yang sudah dicuci di Vihara Amurva Bhumi, Jakarta, Jumat, 2 Februari 2024. Ritual pencucian patung dewa tersebut untuk menyambut perayaan Tahun Baru Imlek 2575. TEMPO / Hilman Fathurrahman W

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Saat perayaan Imlek, nama Dewa Caishen sering kali disebut dalam doa dan perayaan. Dalam kepercayaan Tionghoa, Dewa Caishen dikenal sebagai dewa kekayaan dan diyakini membawa rezeki serta keberuntungan bagi mereka yang memujanya. Penggambaran dewa ini kerap muncul dalam bentuk patung, lukisan di kelenteng, atau dekorasi dengan warna merah dan emas—yang lambangkan kemakmuran serta kesuksesan. Masyarakat Tionghoa biasanya berdoa dan mengharap restu dari Dewa Caishen agar tahun baru (Imlek) membawa keberuntungan dalam bisnis dan kehidupan mereka.  

Kepercayaan terhadap Dewa Caishen telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Imlek. Pada malam tahun baru, masyarakat Tionghoa sering melakukan persembahan dan doa khusus untuk menyambut berkah dari dewa ini. Bahkan dalam kehidupan modern, figur Dewa Caishen masih sering muncul dalam perayaan, misalnya dalam pertunjukkan barongsai hingga angpao yang bergambar dirinya. Kehadiran Dewa Caishen bukan hanya sekadar simbol kekayaan, tetapi juga harapan akan tahun yang lebih baik. 

Merangkum dari Ensiklopedia Britannica dalam artikel “Caishen”, ‘Cai’ berasal dari dewa kekayaan atau Cai Shen atau Cai Shen Ye, yang merupakan dewa penguasa kekayaan, rezeki dan harta dalam mitologi Cina. Caishen adalah dewa kekayaan yang sangat populer dalam agama Tionghoa. Dewa Caishen dipercaya dapat memberikan kemakmuran kepada para pemujanya melalui para pelayannya. 

Selama perayaan Imlek yang berlangsung dua minggu, masyarakat Tionghoa membakar dupa di kuil-kuil yang didedikasikan untuk Dewa Caishen, terutama pada hari kelima bulan pertama dalam kalender lunar. Selain itu, masyarakat juga saling bertukar ucapan selamat tahun baru dengan penuh semangat, menggunakan frasa tradisional “Gong Xi Fa Cai” yang memiliki arti harapan untuk memperoleh kekayaan.

Asal usul dewa tersebut diyakini berasal pada era dinasti Ming. Saat itu ada seorang pertapa bernama Zhao Gongming yang menggunakan sihir untuk mendukung Dinasti Shang—yang saat itu dang runtuh pada abad ke-12 SM. Namun, Jiang Ziya, seorang pendukung klan Dinasti Zhou yang akan menggantikan Shang membuat patung jerami menyerupai Zhao. Setelah melakukan (merapalkan) mantra selama 20 hari, Jiang Ziya menembakkan panah yang terbuat dari kayu pohon persik ke jantung patung tersebut. Dan saat itu juga, Zhao mendadak jatuh sakit dan meninggal.  

Dinasti Shang sendiri adalah dinasti Tiongkok pertama yang tercatat dalam sejarah. Mengutip dari Ensiklopedia Britannica “Shang Dynasty”, dinasti ini memiliki bukti baik secara dokumen maupun arkeologis. Dinasti Shang dianggap sebagai penerus dari Dinasti Xia, yang bersifat semi-legendaris dan diperkirakan berkuasa sekitar 2070–1600 SM.

Tahun berdirinya Dinasti Shang bervariasi, diperkirakan antara sekitar 1760 hingga 1520 SM. Sementara tanggal kejatuhannya juga berbeda-beda, berkisar antara 1122 hingga 1030 SM. Secara tradisional, masa pemerintahan dinasti ini biasanya ditetapkan pada tahun 1766–1122 SM.

Setelah mengunjungi kuil Yuan Shi, Jiang Ziya mendapat teguran karena telah menyebabkan kematian seorang pria yang dianggap berbudi luhur. Sesuai yang diperintahkan, Jiang Ziya membawa jasad Zhao ke dalam kuil, ia meminta maaf dan mengakui kesalahannya, serta memuji sifat-sifat baik Zhao. Sebagai bentuk penghormatan, Jiang kemudian menetapkan Zhao sebagai Caishen, dewa kekayaan, dan menunjuknya sebagai pemimpin Kementerian Kekayaan (Beberapa versi kisah ini menyebutkan bahwa kesetiaan dinasti antara Zhao dan Jiang ditukar).

Versi lain menyebutkan bahwa Caishen adalah Bi Gan, seorang yang dihukum mati atas perintah Zhou Xin, yaitu sang kaisar terakhir Dinasti Shang. Zhou Xin murka karena kerabatnya berani mengkritik gaya hidupnya yang bejat. Konon, Zhou Xin kemudian berkata bahwa ia kini memiliki kesempatan untuk membuktikan rumor yang menyatakan bahwa setiap orang bijak memiliki tujuh lubang di jantungnya.

Sebagai dewa kekayaan yang paling sering disebut saat Imlek, Dewa Caishen melambangkan harapan akan keberuntungan dan kemakmuran di tahun yang baru. Kepercayaan Tionghoa kepada dewa ini mencerminkan tradisi budaya Tionghoa, dan semangat dalam menyambut rezeki dan kesuksesan. Sosok Caishen terus hidup dalam keyakinan masyarakat Tionghoa, mengajarkan bahwa usaha yang baik, disertai doa dan harapan akan membawa kesejahteraan bagi siapa saja yang merayakannya. 

Pilihan Editor: Ragam Jenis Fu, Kertas Jimat dalam Tradisi Tahun Baru Imlek 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus