Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mengenal Oximeter, Alat Pengukur Saturasi Oksigen dalam Darah

Selama pandemi, oximeter sangat diperlukan oleh pasien positif Covid-19.

14 Januari 2022 | 07.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Selama pandemi Covid, oximeter menjadi alat yang penting bagi pasien positif Covid-19.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Alat tersebut direkomendasikan penggunaannya oleh World Health Organization (WHO).

Melansir Healthline, oximeter adalah alat kesehatan non-invasif untuk mengukur tingkat saturasi oksigen dalam darah. Alat ini berbentuk seperti klip dan bisa ditempelkan pada jari, daun telinga atau kaki.

Selain Covid-19, oximeter juga digunakan untuk memantau kesehatan pasien dengan kondisi yang mempengaruhi kadar oksigen darah, seperti penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), asma, radang paru-paru, kanker paru-paru, anemia, hingga penyakit jantung.

Oximeter mungkin berguna untuk menentukan apakah seseorang perlu dirawat inap atau rawat jalan. Pada beberapa kasus, dokter mungkin menyarankan pasien agar memiliki oximeter untuk digunakan di rumah.

Berikut adalah cara melakukan pembacaan dengan oximeter :

  1. Letakkan oximeter pada jari, daun telinga, atau kaki. Jika menggunakannya pada jari, maka cat kuku dan perhiasan yang dikenakan pada bagian ini harus dilepas. Pastikan tangan tetap hangat, rileks, dan berada di bawah ketinggian jantung.
  2. Tetap aktifkan perangkat selama diperlukan untuk memantau denyut nadi dan saturasi oksigen.
  3. Lepaskan perangkat setelah tes selesai.

Normalnya, tingkat saturasi untuk menunjukkan bahwa tubuh dalam kondisi sehat adalah 95 persen. Tingkat saturasi 92 persen atau lebih rendah dapat menunjukkan potensi hipoksemia, yakni kondisi dimana kadar oksigen dalam rendah sangat rendah.

Meski demikian, terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembacaan oximeter, salah satunya adalah warna kulit.

Menurut penelitian tahun 2020, terdapat tiga kali lebih banyak kasus tes oximeter yang gagal mendeteksi hipoksemia pada pasien kulit hitam. Para peneliti menyatakan bahwa penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memperbaiki bias rasial tersebut.

SITI NUR RAHMAWATI

Baca juga: Terus Naik, Kasus Omicron Jakarta Tembus 498 1 hari lalu

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus