Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Menyolder mata dengan laser

Rabun kornea pembuluh darah yang pecah bisa "disolder" dengan sinar laser. takarannya harus cermat. kalau tidak, bagian mata yang sehat bisa terbakar. (ksh)

24 Juli 1982 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SELAIN memiliki daya rusak, sinar laser juga bisa dimanfaatkan untuk kesehatan. Sejak awal tahun 1960an dunia kedokteran menjajaki kemungkinan menggunakan sinar ini untuk menangani penyakit. Sinar yang bisa dipusatkan ketajamannya mencapai 1/50 tebal rambut manusia, mula-mula berhasil dimanfaatkan untuk operasi-operasi yang rumit. Seperti operasi otak. Tetapi manfaat yang paling menonjol dari sinar laser -- yang dulu ditakuti orang karena dipergunakan untuk peperangan -- adalah kemampuannya untuk mencegah kebutaan. Terutama yang disebabkan oleh rusaknya makula mata atau jaringan sel-sel saraf yang membentang di bola mata bagian dalam. Kerusakan itu terkadang datang berangsur-angsur, sehingga si penderita masih bisa membaca. Tapi kadang-kala kerusakan begitu cepat, sehingga korban tak bisa melihat lagi. Ini terjadi karena pigmen epithelium (selaput antara retina dan jaringan pembuluh darah) yang berada di bawahnya robek, membentuk cabang pembuluh darah baru yang abnormal dan mulai menerjang makula, satu daerah berbentuk bundar yang berfungsi sebagai pusat ketajaman penglihatan. Ganjalan pembuluh darah tadi lambat atau cepat akan membutakan orang. Di Amerika Serikat saban tahun diperhitungkan 16.000 orang usia setengah baya buta karena bencana ini. Tetapi serentak dengan itu santer juga kabar tentang kemampuan para ahli di sana untuk mengobati dan menyembuhkan penderitaan itu dengan laser. Belum lama ini National Eye Institute, lembaga yang mengurusi penyakit mata di sana, mengumumkan bahwa hampir 90% dari kebutaan karena makula rusak, bisa dicegah. Di Indonesia, terutama Jakarta, "tembakan" sinar laser ini sudah hampir setahun ditawarkan di RSPAD Gatot Subroto. Penembak ulungnya dr. Darwan M. Purba. Dokter Indonesia pertama yang punya keahlian mengobati kerusakan mata, terutama retina, dengan sinar laser. Berusia 41 tahun, superspesialis retina mata itu pernah menuntut ilmu di Retina Foundation Boston, yang berafiliasi ke Fakultas Kedokteran Universitas Harvard, selama setahun pada tahun 1980. Begitu pulang dari AS, anak Siantar yang tegap tinggi itu langsung mendapat kepercayaan memimpin bagian retina di rumahsakit yang terletak sekitar 300 m dari pusat perbelanjaan Senen Jakarta. Tanggal 26 Juli Presiden Soeharto akan meresmikan unit poliklinik mata itu. Unit peralatan lasernya seharga Rp 120 juta. Dalam tiap minggu sekitar 10-15 pasien yang "ditembak" dr. Purba. Ada yang berasal dari Jakarta. Tetapi ada juga yang datang dari berbagai daerah. Sebagian besar pasiennya adalah anggota ABRI. Pasien dari kalangan umum juga bisa minta pertolongan di sini dengan tarif Rp 25.000 sekali tembak. Ongkos yang agak mahal ini meliputi diagnosa yang memerlukan sejumlah negatif film maupun slide untuk memotret kondisi retina si penderita. "Seluruh hasil pemotretan itu saya pancarkan ke layar putih supaya pasien bisa melihatnya. Dengan begitu si penderita lebih terlibat dan menjadi jelas buat dia apa yang akan saya laksanakan," kata Darwan Purba. Pembuluh-pembuluh darah yang bocor pada retina yang membuat penglihatan lamur, kemudian "disolder" dengan sinar laser dalam ruangan gelap berukuran sekitar 20 m persegi. Penembakan bisa berlangsung beberapa seri, tergantung kondisi penyakit. Sesudah ditembak penderita merasa seperti baru keluar dari cahaya yang luar biasa terang. Tapi keadaan ini lambatlaun akan hilang. Dan jika pengobatan --berhasil, dalam beberapa hari kemudian "akan terasa ada perubahan dalam penglihatan." Buat mereka yang beranggapan tiap pengobatan harus disertai obat-obatan, laser terkadang membuat pasien terkagum-kagum. "Heran juga, sebab biasanya kalau saya berobat dapat resep obat. Ini dengan sinar saja saya sudah bisa melihat dengan jelas kembali," ujar bekas pasien, seorang nyonya yang bekerja di Rumah Sakit Cikini, Jakarta. Sekitar 60% pasien yang datang ke bagian retina RSPAD itu terdiri dari penderita penyakit mata karena sakit kencing manis menahun. "Menurut pengamatan saya lebih dari 50% pasien kerusakan retina akibat kencing manis, bisa diselamatkan laser dari kebutaan total," kata Purba. Selain kerusakan retina karena kencing manis, dia juga menangani robeknya retina baik karena kecelakaan maupun karena rusak akibat degenerasi jaringan retina. Penyolderan-penyolderan mata ini dilakukan dengan perhitungan yang cermat. Kepala si pasien diletakkan pada sebuah penyangga untuk mencegah gerakan. Bola mata juga "dipegang" kuatkuat oleh dokter dengan lensa kontak khusus. Sebab sedikit saja tembakan meleset dari sasaran, akibatnya jaringan yang sehat akan terbakar. "Pengaturan titik api, penyesuaian tenaga dan waktu tembak, merupakan penentu dosis pengobatan," ulas dokter itu. Untuk mencegah efek samping, masa tembak tidak lebih dari 0,2 detik. Titik api antara 50 sampai 1000 mikron dengan tenaga antara 100 sampai 600 milliwatt.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus