Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Mereka Tumbuh Seperti Teman

14 Desember 1998 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PASANGAN Wahyu Wirawan dan Elidawati, dengan lima bayi kembarnya, sebelum ini memegang rekor sebagai orang tua bayi kembar terbanyak di Indonesia. Tapi, berbeda dengan bayi Andre dan Susan, bayi yang dilahirkan Elida 7 Oktober 1996 di RS Boromeus, Bandung, itu tanpa melalui proses rekayasa sama sekali. Murni alamiah.

Ketika dilahirkan kembar lima itu--dua putra dan tiga putri--mereka cuma berbobot 1,2--1,5 kilogram. Tentu jauh lebih kecil daripada bayi tunggal, yang biasanya lahir dengan berat badan di atas 2,5 kilogram. Apakah berat badan minim ini mempengaruhi pertumbuhan bayi selanjutnya?

Ternyata tidak. "Semua organ tubuhnya normal, tidak ada kelainan. Sampai saat ini pertumbuhan tubuh, mental, dan motoriknya normal dan baik,’’ kata Kelly Munajal, dokter anak yang menangani sejak kembar lima itu lahir hingga sekarang.

Ketika baru saja dilahirkan, bayi-bayi itu langsung ditempatkan dalam inkubator. Mereka baru diperbolehkan pulang ketika berat tubuhnya sudah 2,3 kilogram. Tak semuanya bisa dibawa pulang sekaligus. Permadi dan Nurwulan perlu sebulan tinggal di rumah sakit. Dua minggu kemudian menyusul Akbar dan Chandra Dewi. Si bungsu Anggi, karena lahir paling kecil, baru bisa pulang setelah dua bulan di rumah sakit. Anggi pulalah yang paling banyak diberi air susu ibu (ASI), meski keempat saudara kembarnya juga sama-sama diberi ASI hingga usia enam bulan.

Meskipun kembar, kelima bayi itu ternyata tumbuh dengan karakter masing-masing. Ini berbeda memang dengan kembar identik yang terjadi dari satu telur dan satu sel sperma--dalam proses pembelahan sel kemudian menjadi dua janin atau lebih. Menurut Elida, anak kembar limanya, yang di kandungan hidup dengan lima plasenta juga, tidak pernah melakukan atau mengalami kegiatan secara bersama-sama. "Mereka itu seperti teman. Tidak pernah bertengkar dan berebut mainan. Kalau mainan yang satu diambil oleh yang lainnya, ia akan mengambil mainan lain,’’ tutur Elida. Istri pegawai bagian billing PT Telkom Kandatel Cepu, Jawa Tengah, ini memang datang dari keluarga yang banyak memiliki anak kembar.

Si kembar kini memang tumbuh sehat dan dibiasakan hidup dalam jadwal yang teratur. Apalagi mereka dibesarkan dengan gizi dan perawatan yang terjamin. Elida tak perlu repot-repot. Sejak lahir, sebuah perusahaan produsen makanan bayi, Mead Johnson, telah mengontrak mereka untuk iklan produknya. Imbalannya, setiap bulan mereka mendapat 20 kilogram susu. Selain itu Mead Johnson juga memberi biaya untuk menggaji perawat bayi, Rp 500 ribu per bulan.

Tak hanya itu rezeki si kembar. PT Telkom pun memberi beasiswa dari TK hingga tamat perguruan tinggi. Kata Elida, bahkan sudah berpuluh perusahaan, media cetak, dan elektronik menggunakan anak kembarnya sebagai model. Setiap tahun RS Boromeus, yang dulu membebaskan biaya perawatan dan persalinan, juga masih rutin merayakan ulang tahun mereka. Bahkan memberi hadiah uang pula. Tak mengherankan bila tabungan si kembar kini sudah sekitar Rp 20 juta. "Sejak lahir mereka memang sudah mengurus dirinya sendiri,’’ kata sang ibu. Kelimanya kecil-kecil sudah jadi jutawan.

GSI dan Rinny Srihartini (Bandung)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus