KARENA rasa syukur atas kesembuhan yang saya dapat dengan cara Minyak Tanah Murni, maka saya menyebarkan kabar baik ini ke saudara-saudara saya, teman-teman saya. Ternyata, banyak reaksi kesembuhan karena kabar baik ini tersebar dari mulut ke mulut." Kalimat di atas adalah salah satu pernyataan yang terlampir pada sebuah selebaran kesehatan yang aneh sifatnya. Selebaran yang diketik rapi sepanjang lima folio, dan berjudul "Minyak Tanah Murni", itu beberapa bulan terakhir ini menyebar secara luas di Bandung. Dari mana sumbernya tidak jelas. Iding, seorang penjual rokok di Jalan Moh. Toha, Bandung, mengaku mendapat dari temannya sudah berupa fotokopi. Iding menjualnya Rp 300 per selebaran. Entah bagaimana mulanya, tapi yang pasti, Iding menjual selebaran itu tanpa menjual minyak tanahnya. "Benar tidaknya saya sendiri belum pernah mencoba," ujar Iding. Selebaran itu sendiri sebenarnya tidak jelas. Agaknya, pelengkap saja bagi penjualan minyak tanahnya. Misalnya, tidak dijelaskan apa yang dimaksudkan minyak tanah murni, dan bagaimana dosis pemakaiannya. Jelasnya, selebaran itu hanya deretan "pernyataan sembuh". Pembuat pernyataan, walau mencantumkan nama, tetap tidak jelas identitasnya. Dari jumlah yang membikin pernyataan itu disebutkan orang asing yang sudah tentu sulit dicek kebenarannya. Mrs. A. Wurch dari Vancouver, Kanada, disebutkan pada selebaran itu, sembuh dari kanker ganas. "Sel-sel kanker yang mati pada lepas," bunyi selebaran itu. Ada lagi Mrs. Kraga dari Berlin, Jerman Barat, disebutkan sembuh dari penyakit darah tinggi dan jantung sesudah minum minyak tanah murni selama satu bulan. Agak nekat, selebaran itu menyebutkan tradisi pengobatan minyak tanah murni itu sudah dimulai di Persia, berabad-abad lalu. Lebih dari itu, disebutkan pula seorang bernama Paula Ganner - tidak disebutkan negara domisilinya - sudah mendapat hak paten minyak tanah murni sebagai obat, di tiga negara (Juga tidak disebutkan nama negaranya). Sekilas, bagi yang tak mengerti, selebaran itu tampak berbobot. Karena itu, banyak yang percaya. Mertua seorang dokter di Bandung - yang tak mau disebutkan namanya--bahkan terkena akibat selebaran itu. Sudah tentu sang menantu marah besar, dan menyesalkan selebaran yang disebutnya tak bertanggung jawab itu. Dari dokter itu terungkap, sang mertua membuat sendiri minyak tanah murni itu, yaitu dengan jalan disuling atau dijerang begitu saja. Resep itu didapat sang mertua dari para tetangga yang mendapat "kabar baik" itu entah dari mana. Iman Supandiman, seorang ahli penyakit dalam dan hematologi di Bandung, mengakui sudah mendengar penggunaan minyak tanah sebagai obat itu, beberapa bulan terakhir. Ada beberapa pasien kanker liver yang dirawatnya juga pernah mencoba cara itu. Hasilnya memang tak ada. "Minyak tanah mengandung zat toksin yang dapat merusakkan sel-sel pembuat darah," ujar Kepala Bagian Hematologi RS Hasan Sadikin itu, "jadi minyak tanah malah berbahaya." SEMENTARA itu, kepala laboratorium farmakologi RS Hasan Sadikin, Prof. Dr. Rudy Syarif Sumadilaga, menyebutkan bahwa minyak tanah malah bisa menjadi penyebab kanker, karena minyak tanah mengandung senyawa karbon. Minyak tanah murni, atau kerosin, menurut Rudy, mengandung unsur-unsur belerang dan oksigen, selain senyawa hidrokarbon. Dan menurut penelitian, diketahui menimbulkan iritasi kulit. Bila diminum, menimbulkan rasa mengantuk dan pusing, juga berak-berak. Warta Medika, suplemen majalah kedokteran Medika, memberitakan, dua orang dokter di RS Pirngadi, Medan, telah meneliti secara khusus keracunan minyak tanah yang meningkat akibat selebaran minyak tanah murni. Selain gejala muntah, demam, kejang-kejang, dan shock akibat keracunan, kedua dokter menemukan pula komplikasi radang paru pneumonia. Penderita merasa sesak napas yang hebat dan kekurangan oksigen. Menghadapi selebaran yang tak bertanggung jawab itu, Kepala Kanwil Departemen Kesehatan Jawa Barat, dr. Rustandi, menyatakan akan mengusut sumber penyebaran selebaran itu. Ia sudah menemukan beberapa kasus keracunan. "Kabar baik itu berbahaya," katanya menanggapi selebaran itu, "apalagi bila di usus ada luka." J.S. Laporan Hasan Syukur (Bandung)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini