Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Gaya Hidup

Najeela Shihab Sayangkan Literasi Keuangan Anak Masih Rendah, Tapi Akses Keuangan Sudah Tinggi

Najeela Shihab menilai kualitas hubungan dalam keluarga sangatlah menentukan kemampuan seseorang untuk punya literasi keuangan yang baik.

25 April 2024 | 10.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar
UOB Media Literacy Circle bersama dengan OJK dan Pendiri Sekolah Cikal mengenai literasi keuangan bagi generasi muda, termasuk mengenai Pinjol pada 24 April 2024/UOB

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Psikolog, pendidik sekaligus pendiri Sekolah Cikal Najeela Shihab ikut menilai literasi keuangan anak Indonesia yang masih terbatas. Menurutnya tidak hanya literasi keuangan yang rendah, tetapi jika melihat masalah anak dan keluarga, ekosistem pendidikan, literasi dalam segala hal masih sangat rendah. “Rendahnya literasi keuangan bukan sesuatu mengagetkan. Kita lihat bahkan kemampuan literasi dan numerasi anak Indonesia di semua jenjang masih rendah. Juga kesenjangan berdasarkan latar belakang keluarga yang masih tinggi. Ini yang selalu terpinggirkan, terutama di kelas sosial-ekonomi bawah masalah literasi selalu tertinggal,” kata Najeela pada diskusi bertajuk UOB Media Literacy Circle bersama dengan OJK dan Pendiri Sekolah Cikal mengenai literasi keuangan bagi generasi muda, termasuk mengenai Pinjol pada 24 April 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Najeela semakin menyayangkan, di tengah rendahnya indeks literasi masyarakat, justru akses terhadap layanan keuangan semakin tinggi. Hal tersebut menyebabkan gap antara literasi dan inklusi semakin tidak terkejar. “Kita punya akses yang tidak terbatas, tetapi kesiapan setiap individu untuk mendapatkan manfaat optimal tidak ada. Ini tidak hanya literasi keuangan saja, literasi digital juga. Kemampuan untuk mengoptimalkan teknologi belum setinggi yang diharapkan. Kualitas hubungan dalam keluarga sangatlah menentukan kemampuan seseorang untuk punya literasi yang baik,” kata Najeela.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Head of Strategic Communication and Brand UOB Indonesia Maya Rizano mengatakan, peningkatan literasi untuk generasi muda menjadi sesuatu yang sangat penting, terutama bagaimana menjaga ketahanan finansial mereka. Apalagi jika melihat saat ini banyak gen Z dan milenial atau yang berusia 19 hingga 34 tahun berkontribusi besar terhadap tingginya kredit macet di pinjaman online hingga lebih dari Rp 700 miliar.

Berdasarkan survei 3 tahunan yang dilaksanakan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terungkap bahwa tren indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat Indonesia terus mengalami peningkatan. Per tahun 2022 indeks literasi keuangan sudah di angka 49,68 persen dari tahun 2019 hanya 38,03%, sementara indeks inklusi keuangan 2022 mencapai 85,1 persen dibandingkan tahun 2019 yaitu 76,2 persen.

Direktur Pelaksanaan Edukasi Keuangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Halimatus Sadiyah menjelaskan, meski setiap tahunnya mengalami peningkatan, gap antara indeks literasi dengan inklusi masih cukup tinggi. OJK hingga saat ini pun terus berupaya meningkatkan literasi keuangan masyarakat salah satunya melalui kegiatan edukasi dengan melibatkan berbagai pihak, bekerja sama dengan lebih banyak stakeholder agar bisa menjangkau masyarakat yang lebih luas.

“Kami juga telah membangun infrastuktur seperti lmsku.ojk.go.id agar masyarakat dapat belajar mandiri dengan mengakses platform secara gratis yang berisikan materi-materi jasa keuangan, perencanaan keuangan, serta konten minisite untuk tips seputar keuangan. Dari sisi inklusi kami punya program yang mendukung pemerintah yaitu 1 rekening 1 pelajar, serta ada tim percepatan akses keuangan daerah dan lainnya,” kata Halimatus.

OJK berharap agar masyarakat bisa lebih melek keuangan, termasuk transaksi digital agar tak terjerat pinjaman online ilegal. Cara mengatur keuangan yang baik penting diketahui agar tidak terjadi defisit selisih antara pengeluaran dan pendapatan. Mengatur keuangan pribadi yang pertama adalah dengan memilah kembali antara kebutuhan dan keinginan. Menurutnya, inklusi keuangan merupakan kunci untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan serta mendorong pertumbuhan ekonomi.

Maya berharap semakin banyak kegiatan edukasi yang bisa menjadi wadah untuk meningkatkan pemahaman masyarakat mengenai aspek-aspek seputar industri keuangan, yang nantinya dapat menjadi pendukung dalam menggerakan perekonomian Indonesia. "Untuk itu butuh peran dari berbagai pihak agar para generasi muda kita dapat melakukan perenanaan keuangan yang matang dan berkelanjutan,” kata Maya.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus