Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Napas akhir di etape i

Johannes sanny,48, meninggal dalam mengikuti lomba triatlon ke-4. ia terkena serangan jantung ketika baru berenang sejauh 600 meter, pada lomba yang terdiri dari tiga etape (renang, bersepeda, lari).

13 Juli 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lomba triatlon ke-4 merenggut nyawa peserta. Jangan terlalu memaksa diri. JOHANNES Sanny hanya mampu mewujudkan impiannya satu kali. Yakni ikut lomba triatlon. Ketika ia baru berenang sejauh 600 meter di lomba yang terdiri daritiga etape (renang, bersepeda, dan lari) pada Minggu pekan lalu itu, lelaki berusia 48 tahun ini terkena serangan jantung, dan mengembuskan napas terakhir. Ini musibah pertama dalam lomba yang sudah diadakan empat kali sejak 1986. Dan bagi Johannes, baru pertama kali ini pula ikut lomba triatlon. Pada tahun sebelumnya, panitia penyelenggaranya, yaitu majalah Mutiara, menolak ayah tiga anak itu menjadi peserta. Alasannya, ia terlambat mendaftar. Tapi pengusaha ini tak patah semangat. Ia terus giat mempersiapkan diri. Sejak mendengar pengumuman lomba beberapa bulan lalu, Johannes meningkatkan porsi latihan. Lelaki bertubuh tinggi besar yang selama ini memang gemar berolahraga, terutama bela diri karate -- ia pemegang sabuk Dan II -- menambah jadwal olahraga dengan berenang dan lari. "Bapak memang bersemangat untuk mengikuti lomba," ujar Rina, istri almarhum. "Meskipun prima di darat, sebetulnya untuk berenang ia lemah karena Bapak kurang bisa mengatur napas," tambah Rina, yang juga ikut lomba. Akibat terlalu bersemangat itulah, menurut perkiraan Dokter Sadoso Sumosardjuno, Johannes tumbang di etape I. "Latihan harus disesuaikan dengan usia dan kemampuan tubuh," kata dokter olahraga itu. Dan kalau latihan berlebihan, (overload), malah ia bisa celaka. Sebelum terjun ke triatlon, menurut dokter yang memeriksanya, Johannes dinyatakan sehat. Panitia mensyaratkan kepada peserta untuk menyertakan keterangan dari dokter tentang kondisinya. Tapi di saat Johannes baru berenang sekitar 500 meter (dari 2 km untuk renang, 15 km lari, dan 40 km sepeda) bersama 90 peserta lainnya, ia tampak mulai kepayahan. Melihat keadaannya demikian, panitia menawarkan supaya ia naik ke perahu penolong, tetapi ditolak. Setelah Johannes melaju lagi 100 meter, terdengar ia berteriak. Panitia segera memberi pertolongan. Johannes dilarikan ke RS Husada, Jakarta. Tapi Johannes tak bisa diselamatkan. Diduga ia sudah meninggal ketika diangkat ke atas perahu, dengan mulut penuh busa. "Itu mau Yang Mahakuasa," kata Rina.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus