Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Orang-orang Kebal di Depan Dokter

Para dokter harus lebih kreatif menangani pasien yang berilmu kebal. Susuk di tubuh terutama dari emas dapat memberikan kekebalan tubuh & aman bagi pemakainya. Mendapat perhatian di kalangan medis.

10 Oktober 1987 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DI ruang praktek dokter gigi yang tak terlalu luas, Pardiman mendesah sambil memegangi rahangnya. Ia menahan sakit, hingga kelihatan gelisah. Tak berapa lama dokter menyuntikkan anestesi dan mencoba mencabut giginya. Tapi apa yang terjadi? Dokter gigi ini kewalahan. Segala upaya telah dilakukan, tapi gigi si pasien tetap tak mau lepas. Pardiman tiba-tiba nyeletuk, "Oh, maaf, Dok, saya lupa melepas ikat pinggang," katanya, seperti ditirukan drg. Haryanto. Begitu ikat pinggang lepas, gigi yang sakit pun langsung tercabut. Kejadian itu sulit dipercaya. "Tapi itulah kenyataannya," ujar Haryanto. Tak hanya sekali itu ia menjumpai pasien kebal. Pernah ia menemukan susuk mengganjal di tulang rahang salah seorang pasiennya. Di foto ronsen terlihat jelas susuk tersebut seperti jarum melintang di rahang. "Tapi orangnya sendiri nggak pernah 'ngeluh. Padahal, seharusnya 'kan sakit," kata dokter gigi ini, heran bercampur kagum. Pasien penganut ilmu kebal juga pernah diperiksa dr. Kabat -- ahli imunologi dari Universitas Airlangga -- di Surabaya. Waktu itu sang dokter kedatangan pasien yang menderita sesak napas. Ketika diperiksa melalui foto ronsen, ternyata di dalam dada pasien ada beberapa jarum emas. "Di dadanya juga ditemukan gotri sebanyak 159 buah lengket di paru-paru," ujar Dokter Kabat, yang juga ahli penyakit paru-paru ini, kepada TEMPO. Kejadian yang unik, tentu saja. Seharusnya, akibat benda asing (corpus alienum) yang dimasukkan ke paru-paru, saluran pernapasan akan menyumbat. Dan ia tak akan mampu bertahan lama. Penyumbatan pada akhirnya akan membuat pembuluh darah pecah. "Ternyata, pasien itu tahan. Katanya, malah untuk kebal," kata dr. Kabat terheran-heran. Toh masih ada pengalamannya yang lain yang tidak kalah anehnya. Salah seorang staf dr. Kabat mukanya berjerawat. Penyebab jerawat itu, menurut analisa Kabat, disebabkan kuman-kuman yang masuk ke dalam pori-pori kulit muka, dan terjadi infeksi. Berbagai obat telah dicoba, hasilnya nihil. Lalu ia berikhtiar ke seorang ahli susuk. Di wajahnya itulah susuk dari emas dipasang. Hasilnya menakjubkan, jerawat lama-lama hilang, pipinya mulus kembali. Menurut ahli imunologi ini, logam-logam yang dimasukkan ke dalam tubuh memang dapat menjadi zat antibodi. "Tapi ini untuk waktu dan kondisi tertentu," katanya. Dan ini dapat dibuktikan secara ilmiah. Menurut Kabat, emas yang dimasukkan ke dalam pipi seseorang bisa merangsang aktivitas sel macrofag -- salah satu sel pertahanan tubuh. Logam tersebut akan memakan kuman-kuman penyakit yang ada. Sejauh mana keampuhan logam-logam yang dimasukkan itu? "Inilah yang sedang diselidiki," tutur dr. Kabat sambil menggeser letak kursinya. Pada waktu tertentu, logam murni memang bisa efektif untuk mengusir kuman. Namun, bila sel macrofag itu bekerja terus-menerus dan cenderung melebihi batas -- karena logam tersebut masih berada di dalam tubuh -- bisa berakibat tak baik bagi pemakainya. Menurut dokter lulusan Unair ini, logam yang paling banyak dimasukkan ke dalam tubuh adalah emas. Alasannya, logam ini mempunyai berat jenis besar, sehingga tingkat kerusakan pada tubuh relatif kecil. Di samping itu, ada juga yang biasa memakai perak, tembaga, bahkan kadangkadang juga baja. "Sekitar tujuh tahun lalu, pernah dikenal gelang tembaga dari Australia, yang berkhasiat menyembuhkan rematik. Logam ini tak dimasukkan ke dalam tubuh, tapi cukup ditempelkan saja. Langsung sembuh," tutur Kabat bersungguh-sungguh. Untuk menghadapi pasien kebal, Kabat berpendapat, perlu penanganan khusus. Pertama, diberi obat sesuai dengan diagnosa penyakitnya. Setelah itu, susuk yang terpasang supaya dicabut. "Jika masih ada di dalam tubuh, pengobatannya akan sulit," katanya. Sebaliknya, jika susuk keluar dari tubuh, kemungkinan sembuh lebih besar. Dokter Kabat sebenarnya kurang percaya bahwa ada orang kebal. Tapi hal ini terbukti ketika kedatangan pasien yang mengaku punya ilmu kebal. Si pasien saat itu menderita sesak napas. "Dia sesumbar tidak mempan disuntik," cerita sang dokter. "Tapi si kebal itu langsung tercengang ketika tahu sebuah jarum mampu menembus kulitnya," demikian Kabat. Pengalaman serupa juga pernah terjadi di Pusat Rehabilitasi Solo. Sudarminto -- bukan nama sebenarnya -- terkenal sebagai orang kebal. Tak mempan dibacok, tahan gebukan, dan tak roboh jika ditembak. Syaratnya, "dia tak boleh bersikap pongah," kata Raden Mas Pandi, guru ilmu kebal Sudarminto, kepada TEMPO. Suatu ketika, Sudarminto, dengan sepeda motornya, tampak terburu-buru pergi ke rumah temannya. Tapi nasib sial menghadang di jalan. Secara tak sengaja sebuah truk dengan kecepatan tinggi menyenggol bapak dua anak ini. Dia terempas, tulang kaki kirinya retak. Bapak berusia 36 tahun ini merasa terpukul. "Ternyata, saya bukan lelaki kebal," ujarnya kepada TEMPO. Untuk memulihkan tulangnya yang retak, dokter harus melakukan operasi. Sebelum mulai, dokter melihat ada sesuatu yang tak beres. "Daging Sudarminto sangat liat," keluh dokter yang merawatnya. Tim dokter pun bingung. Dari hasil foto ronsen, terlihat dengan jelas ada beberapa benda hitam -- berbentuk bundaran dan garis tipis -- pada tubuhnya. Barulah Sudarminto berterus terang pada dokter bahwa tubuhnya diisi dengan kekuatan gaib, supaya kebal. Tim dokter akhirnya minta supaya segala benda gaib itu dikeluarkan dulu. Ini untuk mempermudah pelaksanaan operasi, terutama karena tim dokter tidak bisa mengeluarkan benda-benda itu. GURU Pandi akhirnya bertindak. Sudarminto disuruh minum air putih yang telah diberinya mantra. Apa yang terjadi? Ketika Sudarminto buang air besar benda-benda berupa gotri dan jarum keluar secara otomatis. Barulah sesudah itu dokter tak sulit lagi meluruskan tulang Sudarminto. Operasi pun berjalan lancar. "Jika dokter menghadapi pasien yang kebal, ia dituntut untuk lebih kreatif," kata Dokter Herman Sukarman, Direktur Pusat Rehabilitasi Solo. Mengapa tulang Sudarminto bisa retak? Menurut keterangan gurunya, sang murid memakan pepaya, yang menjadi pantangan. "Padahal, buah yang terlalu lunak tidak boleh dimakan," ujarnya. Sudarminto tak putus asa. Dia masih ingin mengisi tubuhnya dengan ilmu kekebalan secara sempurna. Alasannya, "Saya mencintai keadilan." Ia dengan cepat menambahkan, "Keadilan kadang-kadang bisa diperjuangkan dengan kekuatan tubuh. Banyak orang gagal membela keadilan, karena takut berkelahi," katanya menyesali. Di negara-negara maju, menurur Permadi S.H. -- yang sehari-hari adalah Ketua Yayasan Parapsikologi Semesta -- hal-hal yang berhubungan dengan kemampuan tenaga dalam justru mendapat perhatian serius. Dalam dunia kedokteran di Indonesia malah terjadi sebaliknya. "Penyembuhan yang menggunakan tenaga dalam dicemooh kelompok intelektual dan dicap sebagai perdukunan dengan konotasi negatif," tutur Permadi serius. Dr. Alex J. Hukom, bersama Permadi, dalam seminar tentang tenaga dalam beberapa waktu lalu menyatakan keheranannya bahwa ilmu tenaga dalam bisa ditemukan di kalangan medis Indonesia. "Ada baiknya jika sejawat dokter merenungkan apa sebabnya kita menjumpai dukun dengan praktek lebih ramai daripada dokter ahli," kata Hukom, psikiater dan neurolog ini. Ilmu yang membuat orang kebal memang dapat dipelajari. Menurut Hukom, di Indonesia sebenarnya banyak hal yang blsa diteliti, dan kemudian dicoba untuk dikembangkan. "Yang perlu diingat bahwa ilmu ini hanya dapat disaksikan dari akibat yang ditimbulkannya. Sedangkan untuk memperoleh bukti yang kongkret masih perlu penelitian lebih lanjut," demikian Hukom. Gatot Triyanto (Jakarta), Herry Moh (Surabaya), dan Kastoyo Ramelan (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus