Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pencuri di Labirin Tulang Anda

Penyakit osteoporosis terus berkembang serius. Perlu kampanye "menabung tulang" agar kualitas hidup masa depan tidak berantakan.

20 Oktober 2002 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tubuhnya ramping. Bobot yang 48 kilogram dengan tinggi badan 165 centimeter membuat dia tampak sedap dipandang. "Nggak ada yang menyangka saya kena osteoporosis," kata Jill, 34 tahun, bukan nama sebenarnya. Jill yang guru menari ini mengisahkan pengalamannya. Sejak usia belasan tahun dia berlatih habis-habisan untuk menjadi penari. Cedera di lutut, tumit, pergelangan kaki dan tangan berulang terjadi. Jill, yang kini bermukim di Yogyakarta, pun berdiet ketat demi menjaga tubuh tetap langsing. Dia juga kerap menenggak pil dan jamu penunda menstruasi bila irama biologis ini mengganggu jadwal pentas tari. Sampai akhirnya, pada umur 30 tahun, dia didiagnosis mengalami osteoporosis atau keropos tulang. "Memang belum kelewat parah," kata Jill, "tapi saya jadi merasa seperti nenek yang sudah uzur." Memang, kasus Jill adalah perkecualian khusus. Lazimnya, menurut Bambang Setiyohadi, ahli rematologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Jakarta, osteoporosis menyerang perempuan yang sudah menopause. "Keropos tulang yang terhebat muncul pada 10 tahun pertama menopause, ketika produksi hormon estrogen merosot drastis," kata Bambang, yang berbicara dalam sebuah forum menyambut peringatan Hari Osteoporosis Nasional, 20 Oktober 2002, dua pekan lalu di Jakarta. Seberapa penting, sih, persoalan osteoporosis sehingga perlu dibikin peringatan? Angka kejadian osteoporosis dalam lingkup dunia memang cukup serius. Di Australia, misalnya, diperkirakan sedikitnya ada 2 juta penderita osteoporosis, sebagian pasien adalah laki-laki. Di Inggris, satu dari tiga perempuan dipastikan berisiko keropos tulang. Lalu, di Amerika Serikat setiap tahun terjadi 30 ribu kasus patah tulang (fraktur) lantaran tulang yang sudah serapuh kerupuk emping. Di Indonesia, syukurlah, kejadian osteoporosis tidak separah di dunia Barat. Sinar matahari di negeri ini cukup melimpah untuk memasok senyawa provitamin D yang mengukuhkan massa tulang. Persoalannya, zaman sudah berubah. Hampir semua orang bekerja dari dini hari sampai petang di dalam ruang tertutup dengan mesin pendingin udara. Sinar matahari yang kaya vitamin D, yang ideal pukul 8 pagi dan 3 sore, tak sempat lagi kita nikmati. Kalaupun harus menyongsong sinar matahari, biasanya para wanita melindungi kulitnya dengan sun block atau krim tabir surya. "Banyak orang takut berkulit hitam," kata Bambang. Kondisi tadi diperburuk dengan gaya hidup sedenter alias hanya bersandar. Ke mana pun pergi, bajaj, bus kota, taksi, atau mobil mewah siap mengantar. Tak perlu lagi jalan kaki. Padahal, aktivitas fisik inilah yang berperan penting melancarkan penyerapan kalsium serta menguatkan massa tulang. Berdasar situasi tersebut, wajar bila osteoporosis melaju di Indonesia. Di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM), misalnya, tercatat ada 3.000 pasien baru yang didiagnosis osteoporosis setiap tahun. Angka ini sebetulnya belum layak dianggap mewakili kenyataan yang sesungguhnya. Maklum, sampai kini masyarakat kita belum terbiasa memeriksakan diri secara komplet. Kejadian patah tulang, misalnya, hanya ditangani dengan balutan gipsum dan obat-obatan seperlunya. Padahal, boleh jadi sang pasien memiliki tulang yang sudah rapuh yang siap retak atau patah kapan saja. Gerakan yang remeh, misalnya menyapu lantai atau turun dari tempat tidur, sudah cukup untuk mematahkan tulang yang rapuh. Cacat permanen atau bahkan kematian pun berisiko datang. Tapi jangan kelewat risau, masih ada banyak jalan memulihkan kepadatan tulang yang sudah telanjur rapuh ini. Atau, paling tidak menjaga agar tulang-tulang keropos ini tidak patah secara spontan. Jurus yang baku adalah terapi sulih hormon (hormone replacement therapy, HRT). Seperti diketahui, penyebab osteoporosis terutama adalah terkurasnya hormon estrogen tubuh. Pasokan hormon, bisa berupa suntikan, koyok, atau pil, berguna untuk mengembalikan metabolisme tulang. Pil kalsium juga perlu diberikan sebagai pelengkap upaya menggenjot pembentukan massa tulang. Agar berhasil maksimal, terapi hormonal plus kalsium tadi perlu dilengkapi latihan senam. Tapi bukan sembarang senam. "Perlu gerakan khusus untuk merangsang sel tulang yang sudah sekarat," kata Dr. Sadoso Sumosardjuno, ahli kesehatan olah raga yang memimpin Pusat Uji Kesehatan Manggala Wana Bhakti, Jakarta. Senam khusus osteoporosis ini sengaja tidak dijejali dengan gerakan lari dan lompat. Alasannya, Sadoso menjelaskan, saat kaki menapak tanah pada gerak lari dan lompat, kaki terbebani 2 sampai 3,5 kali bobot tubuh, yang berisiko memperburuk osteoporosis. Bandingkan dengan jalan kaki, yang hanya membuat kedua kaki menopang 1 sampai 1,14 kali bobot tubuh. Nah, berbekal pertimbangan tadi, Sadoso merancang senam unik yang sudah diterapkan di Klub Aerobik Dr. Sadoso sejak sepuluh tahun silam. Senam khusus ini didominasi gerakan sembari duduk atau tidur di matras yang disesuaikan dengan kondisi setiap pasien. Manfaatnya cukup meyakinkan. Berduet dengan Dr. Ichramsjah Rachman, spesialis osteoporosis dari RSCM, Sadoso menggelar riset terhadap tiga kelompok pasien osteoporosis yang berobat di RSCM. Kelompok pertama menjalani terapi hormonal, grup kedua bersenam khusus osteoporosis, dan kelompok ketiga menggabungkan terapi hormonal dan senam aerobik khusus. Ternyata, massa tulang kelompok pertama bertambah 4-5 persen dan grup kedua 3-4 persen per tahun. Kelompok ketiga, dengan terapi gabungan, mencatat hasil terbaik, dengan penambahan massa tulang 5-19 persen tiap tahun. "Ini cukup bermakna untuk menjinakkan osteoporosis," kata Sadoso. Lalu, bagaimana dengan mereka yang belum terkena osteoporosis? Profesor Johanna Rumawas, spesialis gizi FKUI, menjamin semua jenis olahraga bagus untuk mencegah si maling tulang, osteoporosis, beraksi. Rajin berolah jasmani sama halnya dengan mengaktifkan seluruh komponen pembangun massa tulang. Harapannya kelak, massa tulang yang tergerus oleh menopause tidak terlalu banyak. Hantu osteoporosis pun tidak mengacaukan kualitas hidup masa depan. Menyantap makanan kaya kalsium juga sangat dianjurkan. Ikan teri, kedelai, tempe, tahu, kacang tolo, bayam, daun pepaya, masuk dalam daftar rekomendasi. Susu, jangan lupa, Saudara, adalah nutrisi yang paling disarankan. Sebab, Johanna menjelaskan, inilah sumber kalsium yang terbaik, paling gampang dicerna, dan melancarkan metabolisme kalsium dalam sistem pertulangan. Riset yang digelar Profesor Edith Ming-Chu Lau, The Chinese University of Hong Kong, menyuguhkan bukti khasiat susu. Penelitian selama tiga tahun ini, 1998-2001, melibatkan 200 relawan pascamenopause yang terbagi dalam dua kelompok. Grup pertama menjalani diet biasa, dan kelompok lainnya diberi tambahan minum dua gelas susu sehari. Kesimpulannya, pasokan susu sanggup mengerem laju pengurangan massa tulang sampai 90 persen. Profesor Johanna juga menyarankan agar Anda tak perlu terobsesi untuk memiliki tubuh superlangsing tanpa sedikit pun timbunan lemak. Dalam kadar yang cukup, tidak berlebihan, timbunan lemak turut berperan dalam menunjang metabolisme kalsium tulang. Itulah sebabnya orang yang terlalu kurus—biasanya penari dan peragawati—menyandang risiko osteoporosis yang relatif tinggi. Risiko kian tinggi bila sang penari sering meminum pil penunda menstruasi, yang mengacaukan irama produksi hormon estrogen. Begitulah, pengalaman Jill, sang penari, menyimpan hikmah. Apalah guna teramat langsing bila kelak harus bertulang keropos. Mardiyah Chamim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus