Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kesehatan

Pendek Pangkal Bodoh

26 September 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Makin pendek tubuh, makin rendah inteligensi. Orang boleh tidak percaya dengan pendapat itu, tapi penelitian menguatkan hal tersebut. Setidaknya, itulah yang dilansir lembaga Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk perlindungan anak, Unicef. Menurut lembaga ini, anak balita pendek berkaitan dengan penurunan inteligensi 5-10 poin dibanding anak-anak dengan tinggi normal. Lantaran kecerdasannya kurang, menurut penelitian di sejumlah negara, risiko tak naik kelas tinggi, setidaknya satu tahun, sebesar 16 persen.

Buntut yang tak kalah penting untuk dipelototi, menurut Angela Kearney, perwakilan Unicef Indonesia, anak balita pendek memiliki produktivitas yang lebih rendah dan pendapatan lebih sedikit pada masa dewasa dibanding mereka yang tingginya normal. Menurut dia, kekurangan satu persen tinggi badan orang dewasa akibat kurangnya tinggi badan pada masa kanak-kanak diasosiasikan dengan kehilangan produktivitas sekitar 1,5 persen.

Kearney mengungkapkan hal itu dalam pelatihan regional konseling untuk tenaga kesehatan mengenai pemberian makanan pada anak dan bayi pada 12-17 September lalu. Kegiatan ini merupakan bagian dari Maternal and Young Child Nutrition Security Initiative in Asia. Selain dari Indonesia, peserta pelatihan hasil kerja bareng Unicef-Uni Eropa ini berasal dari Timor Leste dan Bangladesh. Acara ini bertujuan menghasilkan pelatih (trainer) utama yang akan memimpin pembekalan secara bertahap di daerahnya.

Bagi delapan peserta asal Indonesia, menurut Sri W. Sukotjo, spesialis nutrisi Unicef Indonesia, dalam kurun waktu sebulan selepas pelatihan, setiap peserta harus membina minimal enam kader. Mereka akan menjadi ujung tombak kampanye dan konseling ihwal pentingnya asupan gizi untuk mencegah munculnya anak balita pendek.

Merujuk jurnal medis kesohor, Lancet (2008), pemberian makanan komplementer dan pendidikan gizi dapat membantu mengurangi jumlah anak balita pendek hampir 20 persen. Konseling juga telah mendongkrak angka menyusui. Sekadar contoh, ibu yang menerima konseling individual dan konseling kelompok memiliki kemungkinan 3-5 kali lebih untuk menyusui anaknya secara eksklusif.

Hingga saat ini, anak balita pendek masih merupakan masalah serius yang dihadapi Indonesia. Menurut laporan Riset Kesehatan Dasar 2010, hampir empat dari 10 anak balita memiliki tinggi di bawah rata-rata seusianya. Bahkan, di beberapa daerah, seperti Nusa Tenggara Timur, jumlah anak balita pendek berkisar hampir enam dari 10 anak.

Angka secara global, Indonesia menduduki peringkat kelima sebagai negara dengan anak balita pendek. Peringkat pertama dipegang India.

Banyaknya anak balita pendek di Nusa Tenggara Timur dibenarkan dokter Santi Wulandari, dari Care International Indonesia, Kefa, Nusa Tenggara Timur, salah satu peserta pelatihan. Cara gampang mengeceknya, kata dia, "Minta anak-anak sekolah dasar kelas II atau III di sana untuk berdiri berjajar. Pasti akan ketahuan berapa yang pendek dan yang tingginya normal."

Untuk memotong "lingkaran setan" anak balita pendek, menurut Sri, masa 1.000 hari sejak ibu hamil hingga anak berusia dua tahun, asupan gizi harus menjadi perhatian. Masa seribu hari tersebut, Sri menegaskan, merupakan fase emas bagi perkembangan otak seorang anak.

Lantaran begitu banyak dampak buruk anak balita pendek, Unicef mendorong penuh upaya pemerintah Indonesia, yang bertekad mengurangi jumlah anak balita pendek sebesar 5 persen pada 2014.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus