Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Film

Pemberontakan Caesar, Pemimpin Bangsa Kera

Sebuah interpretasi baru dari film tentang bangsa kera yang jauh lebih menarik dan meyakinkan dibanding dua versi pendahulunya. Fantastis.

26 September 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Rise of the Planet of the Apes
Sutradara:Rupert Wyatt
Skenario:Rick Jaffa, Amanda Silver
Pemain:James Franco, Andy Serkis, John Lithgow, Freida Pinto

Di Hutan Merah, Caesar berkata, "Inilah rumahku." Caesar dan ratusan kawannya—orang utan, gorila, dan segala rupa bangsa kera—mengangkat lengan dan menyetujui pemimpinnya.

Terkejut, kagum, sekaligus terharu, Will Rodman (James Franco) memahami keinginan sahabatnya. Dia melepas Caesar, simpanse yang sejak bayi diasuh dan dipeliharanya dengan kasih sayang hingga dewasa.

Caesar sebetulnya tidak direncanakan sebagai hewan peliharaan, apalagi sahabat. Will Rodman, ilmuwan dari perusahaan farmasi raksasa Gen-Sys yang berpusat di San Francisco, berambisi menemukan penyembuh alzheimer, penyakit yang merongrong ayahnya. Laboratorium yang dipimpinnya mengadakan percobaan sebuah terapi genetik kepada 12 simpanse. Mereka berharap injeksi obat itu akan melejitkan inteligensi simpanse setara dengan manusia. Bright Eyes (Terry Notary), yang memperlihatkan perkembangan inteligensi itu, meruntuhkan cita-cita Will. Dia murka dan merangsek seluruh laboratorium hingga upaya percobaan itu dihentikan. Belakangan, Will baru menyadari, Bright Eyes kelojotan karena ingin melindungi bayinya. Bukan karena efek obat.

Sang bayi yang begitu cakap dan manis itu dibawa pulang, dipelihara dan dibesarkan oleh Will dan ayahnya. Dia diberi nama Caesar (Andy Serkins). Dia tumbuh seperti seorang anak manusia yang cerdas dan gesit. Perkembangannya sehari-hari dicatat. Diam-diam, Will meneruskan pencarian rumus obat alzheimer di rumahnya.

Di masa lalu, kita dibawa oleh sutradara Tim Burton ke sebuah planet yang berisi kera-kera pintar, sedangkan kini Rupert Wyat membumikannya ke kawasan San Francisco. Di bawah pimpinan Caesar, para simpanse, orang utan, gorila, dan seluruh gerombolannya menjadi sekelompok makhluk yang berdiri tegak dan menentang penindasan manusia. Ketika kamera mulai memfokuskan plot pada peristiwa penindasan para simpanse di tempat penampungan mereka, kita melihat gabungan antara cerita George Orwell berjudul Animal Farm (minus urusan politik) dan aura pemberontakan serial Prison Break. Caesar dewasa yang diperankan oleh aktor Andy Serkins (sebelumnya dikenal penonton sebagai Gollum dalam The Lord of the Rings) menampilkan simpanse yang memiliki harkat dan "kemanusiaan" yang lebih tinggi daripada manusia sesungguhnya. Dia menginginkan kebebasan dan rumah di hutan, rumah mereka yang sebenarnya. Tapi, ketika dia dijemput oleh sang tuan, Will Rodman, Caesar akhirnya menolak dan memutuskan bersama kawan-kawannya menetap di penjara binatang. Kelak mereka menggodok sebuah revolusi yang akan membebaskan mereka semua dan mengguncang seluruh San Francisco.

Film versi terbaru mengenai kera ini jauh lebih menarik dan meringkus perhatian dibanding versi-versi sebelumnya justru karena terasa lebih dekat, lebih membumi, meski tetap saja ini sebuah dunia fantasi. Pada versi Franklin J. Schaffner (1968) dan Tim Burton (2001), yang diangkat berdasarkan novel karya Pierre Boulle, bangsa kera digambarkan sebagai makhluk yang inteligensinya melebihi manusia. Sedangkan dalam versi sekarang, Rupert Wyatt perlahan memanusiakan para simpanse, orang utan, dan gorila sehingga mereka menjadi lebih manusiawi daripada manusia.

Unsur hewani mereka pada saat pemberontakan terjadi pun masih tetap seperti sebuah pemberontakan segerombolan anak muda yang dibakar amarah karena penindasan yang begitu keji. Adegan-adegan yang menggunakan computer-generated imagery—para simpanse yang berkeliaran mengangkangi laboratorium, memecahkan kaca gedung, menerobos jendela, dan menghadang di Golden Gate San Francisco—terasa begitu meyakinkan untuk dunianya, dunia yang diciptakan Rupert Wyatt. Dunia yang sejak semula dibangun dengan sebuah keinginan menaklukkan penyakit yang mematikan komunikasi antara ayah dan anak. Tapi keinginan itu malah berkembang menjadi sebuah komunikasi baru yang fantastis, komunikasi antara manusia (Will) dan binatang: Caesar.

Inilah untuk pertama kali saya menikmati film tentang kera, setelah di masa lalu sempat dikecewakan kekonyolan Planet of the Apes versi-versi vintage yang tidak berhasil membangun dunia yang meyakinkan.

Leila S. Chudori

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus